29 September 2005

TANGGUNGJAWAB MORAL TV LOKAL

TV adalah institusi bisnis. sepertinya hampir semua orang mengerti paradigma itu. sebagai salah satu crew TV di Indonesia, sejak awal saya sudah diinjeksi dengan paradigma serupa. pokoknya buat acara yang bisa menghasilkan uang, jelek atau bagus itu relatif. mutu diukur dengan rating dan share.

saat tiba di lincoln, Nebraska, sebagai orang TV saya meminta agar bisa meliput sebuah TV lokal disana. saya mewawancarai Roger Moody, general manager KLKN TV sebuah saluran komersial lokal afiliasi dengan sindikasi ABC.

Dia memberi gambaran sederhana tentang Tv lokal yang ia pimpin. Sebagai sebuah Tv yang siarannya menggunakan bandwidth milik publik, KLKN memiliki obligasi memberikan sesuatu untuk publik. bukan dalam bentuk uang, tapi jasa. beberapa contoh tindakan dikategorikannya sebagai pelayanan masyarakat. saya bertanya contoh kongkrit, dan dia menjelaskan.

setiap tahun mereka selalu menyediakan iklan layanan masyarakat yang disiarkan gratis. Stasiun televisi bahkan menanggung biaya produksinya. mereka juga merelakan slot, bahkan terkadang di prime time, untuk layanan masyarakat.
Contohnya saat penggalangan dana taufan katrina. Selain mengadakan pencarian dana off air, mereka memberikan slot on air satu jam penuh untuk acara amal pengumpulan dana. mereka juga menyediakan tempat dan tenaga untuk mengumpulkan sumbangan itu.

televisi di seluruh amerika serikat juga punya program yang bernama Amber Alert. apabila terjadi penculikan terhadap anak-anak, mereka akan menayangkan foto si anak, deskripsi penculik dan data-datanya dalam slot 30 detik dengan jeda setiap 1 jam sampai ada kepastian kabar anak itu. mereka juga melakukan rolling teks tentang peristiwa itu. setiap TV akan otomatis menjadi hotline yang menyalurkan informasi apapun ke poisi.

dan mereka adalah televisi swasta yang tidak diberi subsidi.

rasanya malu juga saat aku bertanya alasannya. Moody menjawab, itu merupakan salah satu terjemahan dari tanggungjawab moral mereka. walau keluar uang banyak, tak masalah. dengan berbagi pada pvlik mereka juga menjamin kelangsungan masa depan mereka, dengan image positif yang dimiliki oleh stasiun dan presenter mereka yang biasanya jadi ujung tombak penggalangan dana.

rasanya malu juga kalau ingat TV komersial indonesia yang cuma merasa bertanggungjawab pada rating.

Image hosted by Photobucket.com

percaya atau tidak? di daerah pedesaan Amerika, acara yang dianggap paling penting dan bergengsi (tentu dengan rating tinggi) saat ini adalah ramalan cuaca... benar memang, kalau orang yang mengerti bisa menjual apa saja...

26 September 2005

SEATTLE YANG CEPAT TERTIDUR

Image hosted by Photobucket.com

Ini danau Chelan. Sebelum pergi ke Seattle saya dapat kesempatan, di danau chelan, melihat-lihat para petani apel. tapi yang paling berkesan justru kunjungan ke pabrik apel.

Image hosted by Photobucket.com

apel apel itu dipoles hingga mengkilat, dikemas, didinginkan dengan nitogen sebelum dikirim ke pelosok amerika atau ke negara-negara asia tenggara (termasuk indonesia). pengerjaannya profesional dan sangat mekanik. hanya butuh sekitar 20 pekerja untuk mengepak rata rata 350 dus sehari. masing masing dus berisi antara 80 - 100 buah apel. benar benar pengurangan tenaga kerja.

Dari sana kami menuju olimpia, ibukota Washington State. Kami mewawancarai senator Linda Evans, yang juga ibunda Guy Evans sang pembuat documentary. Orangnya menyenangkan, sebagai politisi. Dia juga sangat berminat mengenai kesehatan masyarakat. Lumayan bisa ngobrol sama senator.

Image hosted by Photobucket.com

Lumayan lagi bisa jalan jalan masuk gedung senat mereka. Mirip mirip sama gedung DPR MPR kita, Cuma terawatt sekali. Gedung ini pernah rusak sekitar tahun 2000 lalu karena gempa hebat yang melanda Olimpia.

Image hosted by Photobucket.com

Sekarang bekas-bekasnya sudah hilang. Gedung dikembalikan ke bentuk klasiknya semula.

Kami lalu bablas ke Seattle untuk bertemu salah satu tokoh politik Amerika yang sangat sukses. Ralph Munro. Ternyata dia sangat familiar dengan Indonesia. Sahabatnya presiden.. eh mantan presiden Habibie dia. Sayangnya dia nggak kenal sama sekali pada SBY.

Image hosted by Photobucket.com

Selesai wawancara, langsung cabut ke bandara. Rutinitas yang sama, buka sepatu, keluarkan laptop, wawancara dengan petugas bandara, buka sabuk, penggeledahan manual, bawaan dibongkar, terus boleh lewat. Mike tertahan lamakarena menggunakan tongkat besi dan penyangga lutut. Dia yang terakhir lewat pemeriksaan. Untung kita datang cepat jadi bisa santai dulu.
Selesai pemeriksaan kami bisa lihat interior bandara. mudah mudahan perjalanan ini diberkahi; seperti kami dapat kesempatanlihat sunset yang indah sekali dari kaca jendela airport itu.

Image hosted by Photobucket.com

Ahh rasanya tak sabar menuju daerah berikut. Montana surganya para Koboi.

Image hosted by Photobucket.com

24 September 2005

4 H

Organisasi dengan nama lucu ini adalah salah satu pelopor pembinaan generasi muda lewat sarana pendidikan diluar sekolah. 4 H didirikan pertama kali di Amerika, karena kekhawatiran melihat kegiatan anak anak seusai sekolah yang cenderung negatif. Tujuan organisasi ini sederhananya adalah membuat anak anak dan remaja memiliki ketrampilan, pengalaman, dan kepercayaan diri yang berguna di dunia nyata. Selain mendukung kemampuan belajar mengajar, organisasi ini mencoba menanamkan jiwa entrepreneurship dan kepemimpinan. Learning by doing, selain memberikan jalan bagi remaja menyalurkan energinya untuk bersaing secara positif.

4 H adalah organisasi sosial nirlaba, tapi dalam perkembangannya cukup memiliki penyumbang dana sehingga relatif bisa disebut organisasi besar. 4 H bahkan telah mendapat pengakuan dari lembaga-lembaga pendidikan. Program 4 H terbagi dalam banyak sekali bidang. Mulai dari program sederhana bagi anak anak di sekolah dasar, sampai program lanjutan di college.

Aplikasinya bisa bermacam-macam. Anak anak dan remaja boleh memilih bidang yang diminatinya, dan mengerjakan penugasan dengan serius. Mulai dari astrologi; dimana penugasan bisa berupa pengamatan bintang, riset tentang tata surya, dan sebagai tugas akhir membuat teori presentasi dilengkapi dengan peragaan. Dibidang Ketrampilan dasar seperti menjahit, merancang busana, sampai bordir; akhirnya akan menuju pada ujian peragaan busana. Bermain musik; ujungnya adalah ujian berupa konser.

Image hosted by Photobucket.com

Contohnya adalah: 4 H di Montana, yang merupakan daerah pertanian. Disini para peserta diminta memelihara seekor binatang dari bayi hingga dewasa. Mereka akan bertanggungjawab pada makan, obat, perawatan, dan sampai melatih binatang itu.
Setiap anak harus melakukan pencatatan lengkap, dari hari ke hari tentang latihan dan kemajuan yang diperolehnya dan peliharaannya. Setiap bulan catatan itu akan diperiksa dalam sebuah pertemuan. Presentasi bulanan melatih kemampuan berbicara mereka. Di saat itu, para peserta juga bisa bertukar saran dan tips dari pembimbingnya, yang biasanya adalah para peternak professional yang menjadi sukarelawan. Tambahan ketrampilan dan nasehat biasanya diperoleh di tahap ini.

Para peternak ini mau ikut sebagai relawan, karena mungkin, anak mereka juga akan dibimbing tetangganya sesame relawan. Semua menyumbang sesuai kemampuan. Kesadaran ini membuat 4 H yang bukan organisasi profit, bisa tetap berkembang dalam komunitas daerah-daerah di Amerika. Setiap kelompok 4 H juga membuat promo untuk meyakinkan komunitas masyarakat mereka, bahwa pendidikan anak anak dan lingkungan benar-benar tanggungjawab mereka sendiri.

Selain konsultasi bulanan, sebagai grand finale, setiap tahun akan diadakan kejuaraan tahunan 4 H. Anak-anak itu diminta memperlombakan hasil kerjanya; mereka dibagi atas dasar wilayah, usia, dan jenis ketrampilan yang dipilih. Jika menang dikejuaraan daerah, mereka bisa naik ke kejuaraan nasional 4 H.

Di Montana, karena yang diperlombakan kebanyakan adalah merawat ternak seperti kuda, sapi, kambing dan domba, bentuk ujian tahunannya adalah pelelangan. Setelah juara lomba diumumkan setiap kategori, para juara dipersilahkan ikut dalam lelang ternak. Pembelinya adalah peternak umum atau siapa saja. Hasil usaha yang baik bisa menghasilkan dana sangat besar, dan sepenuhnya jadi milik peserta 4 H itu. Karena itu, ada peserta 4 H yang bahkan bisa mengumpulkan dana kuliah hanya darilelang ternak tersebut.

Peserta 4 H dibatasi mulai dari usia 4 tahun sampai menjelang kuliah. Selama kurun itu mereka boleh memilih jenis hewan dan boleh berganti setelah di nilai atau dilelang. Tak ada batasan dan paksaan. Hewan peliharaan boleh marmot, atau kuda. Anak dan remaja itu boleh memilih bidang mereka, yang dituntut adalah tanggungjawab dan kedisiplinan sesudah itu. Para peternak cilik itu harus bangun pagi, memandikan dan memberi makan ternak mereka sebelum berangkat sekolah, harus mengajak mereka berjalan jalan, melatih mereka tidak takut pada manusia dan sebagainya. Semua butuh kerja keras dan kepercayaan diri.

Ini cuma contoh organisasi social non profit yang dijalankan relawan. Sebuah organisasi yang aktif dalam skala komunitas kecil. Mengakrabkan komunitas mereka, dan berusaha menjamin anak-anak dan remaja berkembang menjadi warga Negara yang bermental kokoh dan memiliki ketrampilan tinggi. Singkatnya menjamin cahaya masa depan itu tetap bersinar…

Meski harus dilihat juga latar belakangnya, tapi intinya ide organisasi pendukung ini patut diacungi jempol..

23 September 2005

URBAN REST STOP

Image hosted by Photobucket.com

urban rest stop adalah sebuah kegiatan nirlaba yang dimulai dari kekesalan seorang aktivis pada peraturan pemerintah seattle yang melarang orang kencing sembarangan. paling banyak yang terjaring adalah orang orang yang tak punya rumah.

aktivis itu kesal karena peraturan itu tidak diikuti peraturan agar pemerintah kota menyediakan tempat kencing umum. tunawisma tak punya rumah dan sering ditolak masuk tempat umum, jadi tak heran mereka kencing sembarangan kan? jadi dia memutuskan untuk membuat WC umum. mulailah dia melobi ke kanan kiri. membujuk masyarakat sekitar, dan mengajukan permohonan budget ke lembaga sosial atau pemerintah. dengan dana pas pasan hasil sumbangan masyarakat sekitar, langsung saja didirikan urban rest stop itu. beruntung setelah setahun berdiri ada tambahan dana dari pemerintah untuk memperbaiki prasarananya.
selama perjalanan idenya berkembang, Urban rest stop menjadi program memberikan pelayanan higienis bagi para homeless.

idenya adalah: tunawisma yang mau berusaha, sering kali tak bisa, karena masyarakat keburu mengecapnya buruk dari tampilan luar yang dekil dan kotor. dengan memperbaiki penampilan maka sama artinya memberi kesempatan bagi mereka.

di urban rest stop, para tunawisma bisa mendaftar untuk mandi dan mencuci baju gratis. mereka juga bisa mendapat sabun, sikat gigi, cukur jenggot, handuk dan bahkan sampo gratis. bagi tunawisma yang ingin mencuci baju yang dipakainya, rest stop ini menyediakan baju ganti sementara. sehari rest stop ini melayani sekita 400 orang untuk mandi dan 250 cucian. sayangnya karena keterbatasan tempat sering harus menolak pendaftar.

saat ini rest stop menjadi tempat perhentian sementara bagi kaum tunawisma atau warga miskin yang butuh pelayanan kebersihan. mereka mengantri sejak subuh untuk mendaftar, dan kembali lagi saat waktu perjanjian mereka. para pendaftar bukan hanya kaum pengangguran yang tak punya rumah. sebagian besar adalah pekerja dengan penghasilan sangat rendah sehingga tak mampu punya rumah. pagi pagi mereka datang untuk mandi dan membersihkan diri, sebelum berangkat ke kantor.

setiap pelanggan hanya memperoleh jatah 15 menit di kamar mandi, dan 15 menit di toilet yang terpisah. fasilitasnya cukup lengkap, bahkan bagi orang cacat dan ibu yang menyusui anak. mereka mendapat jatah sekitar 5 kilo cucian sekali mendaftar.

beberapa tunawisma hanya datang sekali, tapi banyak yang menjadi langganan. mereka sudah menganggap rest stop ini sebagai rumah. tak heran mereka selalu berusaha melindunginya. ada beberapa peraturan yang ditegakkan sendiri oleh para pelanggan itu. tidak boleh pergi ke rest stop dalam keadaan mabuk, atau dalam pengaruh obat. mereka membantu menegakkan peraturan itu. mereka juga membantu relawan membersihkan tempat mandi setiap kali setelah digunakan. itu menjaga kamar mandi dan ruang lainnya selalu bersih, nyaman dan jauh dari jorok.

rest stop dikerjakan oleh 6 relawan setiap hari. mereka selalu melayani pendaftar atau tunawisma yang datang tanpa mendaftar, dengan hormat dan akrab. pada gilirannya ini meningkatkan kepercayaan diri dan keinginan maju dari para tunawisma. tak heran sudah banyak 'ulusan' rest stop ini sukses dan memiliki pekerjaan yang layak. dari mereka datang sumbangan sumbangan yang membuat rest stop ini terus berjalan.

rest stop ini memang mendasarkan diri pada sumbangan dan aktivis relawan utnuk terus bergerak. kriminalitas menurun dan kota tak lai dipenuhi tunawisma kotor dan menyeramkan. masyarakat yang mulai melihat manfaat rest stop ini mulai mengucurkan dana bantuan.

semua itu berawal dari ketidakpuasan seseorang pada larangan kencing di sembarang tempat.

22 September 2005

DAHAN YANG PATAH

Image hosted by Photobucket.com

Apel Chelan sudah amat terkenal, tidak saja di Amerika tapi juga di seluruh dunia. Apel Chelan terkenal manis dan segar. Tapi ternyata nasib para petani apel Chelan tidak semanis dan sesegar produksinya. Jumlah petani apel di Chelan sejak 20 tahun lalu terus merosot. Bandingkan saja, di tahun 80-an masih ada sekitar 700 petani di sekitar danau Chelan, tapi awal tahun 2000 tinggal 130-an petani yang masih bertahan. Alasannya bermacam-macam, mulai dari pajak lahan yang terus meningkat, harga apel yang fluktuatif, pupuk dan obat obatan dan persaingan dengan apel dari luar negeri.

Persaingan membuat kehidupan semakin berat bagi petani. Ape lapel dari Negara seperti Chili, China dan korea membanjiri pasar amerika. Apel impor itu punya beberapa keunggulan; selain harganya murah, apel apel itu juga ada sepanjang musim. Hal itu membuat harga apel menjadi murah. Dengan biaya produksi yang mahal; terutama honor pekerja, biaya pupuk dan transportasi yang lebih tinggi di Amerika, membuat para petani Chelan sulit bersaing. Bandingkan saja untuk bekerja seharian, pekerja amerika dibayar antara 60 – 80 dollar; sedangkan di China mungkin hanya 10 – 30 dollar. Padahal untuk memanen lahan seluas 100 acre dibutuhkan paling sedikit 15 pekerja.

Untuk menyeimbangkan pemasukan dan pengeluaran, para petani dipaksa melakukan pendekatan industri pada tanamannya. Semakin banyak pupuk dan pestisida, semakin mengandalkan mesin, mengurangi pekerja, membutuhkan tanah semakin luas. Petani juga terpaksa melakukan penyimpanan berbulan bulan, untuk mempertahankan apel tetap ada setiap waktu. Dan mereka lalu terjebak pada siklus industriitu.

10 tahun lalu, petani berlahan 5 acre bangkrut. Lima tahun kemudian para petani dengan tanah dibawah 20 acre gulung tikar. Sekarang petani dengan tanah 100 acre mulai terengah engah. Petani kecil yang dekat dengan tetangganya mulai menghilang digantikan perusahaan raksasa yang tak peduli pada masyarakat sekitar. Bukan Cuma petani yang menghilang, suasana daerah pedesaan Amerika juga ikut lenyap. Keakraban, budaya dan kebiasaan urban Amerika musnah.

Belum lagi hilangnya kebiasaan lama membuat selai dan pai apel yang tahan lama. Karena diimpor dari luar negeri dengan iklim berbeda, apel ada sepanjang tahun. Harganya jadi lebih murah, dan masyarakat tidak lagi menghargai apel setiap musimnya. Ini membuat perusahaan raksasa terus memproduksi apel secara besar-besaran dan menyimpannya diruangan khusus yang membuat apel tahan beberapa bulan.

Image hosted by Photobucket.com

Guy Evans adalah anak petani apel tradisional. Setelah ayahnya menerima surat tunggakan hutang dari bank, Guy sadar ada yang tidak beres. Lulusan MIT ini kemudian mulai membuat sebuah film documenter tentang para petani apel di chelan. Ia menemukan para petani kecil mati matian bertahan hidup, bersaing dengan perusahaan bermodal raksasa. Dan satu persatu mereka bangkrut.

Tapi dalam perjalanan ia menemukan sesuatu yang lain. Ternyata ada beberapa petani yang bias bertahan. Pendekatan baru dalam pertanian yang mungkin bisa menyelamatkan nasib petani di seluruh Amerika. Beberapa petani kecil membuka took buah disisi ladangnya. Disana mereka menjual buah buah segar -hanya yang segar- dari ladangnya. Tentunya buah buahan yang tersedia sangat tergantung musim. Para petani itu juga menjual hasil olahan buah segar yang dapat bertahan lama – seperti selai apel, asinan, dan manisan buah- selain itu juga olahan khas untuk dimakan segera –seperti pai apel dan roti-. Petani petani itu membentuk ikatan dengan tetangga-tetangga dan pembelinya. Dengan komitmen selalu menyediakan yang segar dan khas, mereka menjaga konsumennya tidak lari, walaupun harus membayar sedikit mahal. Dengan cara itu mereka menjaga kelangsungan hidup pertanian dan pekerja-pekerja didalamnya.

Kegiatan ini “memberi wajah” pada setiap buah yang dibeli. Setiap butir berharga karena berarti juga memberi makan tetangga dan kerabat mereka. (mereka hidup di kota kecil yang relative saling mengenal) pendekatan ini juga meningkatkan kontak social dan komunikasi masyarakat. Membuat warga lebih dekat, saling berkunjung, bertukar resep pai, dan selalu makan buah segar. Dengan kata lain, membuat kultur dan budaya terus berkembang.

Dengan pertanian sderhana seperti itu, petani bias menjaga jarak tanam sehingga kesuburan lahan tetap terjaga, mereka juga bias hidup walau dengan lahan tak terlalu besar. Dan lahan mereka akan menghidupilebih banyak pekerja…


Guy memutuskan untuk mendukung dan mempromosikan pendekatan itu. Dua tahun Guy dan Jamie howell temannya memulai “Broken Limbs”, dokumentasi yang mempopulerkan pendekatan pertanian jenis baru. Mati matian Guy berjuang mengenalkan “sustainable farming” pada masyarakat. Dimulai dari tetangga-tetangganya, dengan pendekatan dari pintu ke pintu; Menyebarkan selebaran, dating ke pesta-pesta kebun, berbicara dalam arisan tetangga, dan lainnya. Dukungan pun mengalir, hingga mereka mampu menyelesaikan proyek dokumentasi “Broken Limbs” itu.

Dengan bantuan beberapa relawan, Guy juga mencoba membuat kurikulum yang memperkenalkan “sustainable farming” pada masyarakat. Melalui pendidikan –Guy sudah melakukan presentasi di beberapa dewan sekolah-, melalui tindakan nyata, dan melalui jalur legislative - guy mencoba mengumpulkan masyarakat yang peduli dan mendesak agar dibuat undang-undang untuk pertanian jenis baru ini-. Sampai saat ini sudah hamper seribu tanda tangan diperoleh. Cukup baikuntuk masyarakat kota kecil.

Ini pekerjaan nyaris mustahil. Bisnis apel menyumbang cukup besar bagi Negara. Di Negara seperti Amerika kepentingan ekonomi sangat kuat, dibela kalangan politisi. Para pengusaha besarlah yang membiayai kampanye mereka. Tapi Guy tak menyerah, dan Guy tidak hanya bicara. Ia tidak melanjutkan mengejar cita-cita sesuai jurusannya, tehnik elektro. Guy memutuskan tinggal di rumah keluarga mereka, membuka usaha toko buah buahan kecil dan melaksanakan sendiri “sustainable farm” yang diyakininya. Ia percaya konsep ini mampu menyelamatkan kehidupan ayahnya, petani petani di Amerika, dan secara keseluruhan menyelamatkan budaya pedesaan Amerika.

Image hosted by Photobucket.com

Ini kisah satu orang yang mulai dengan niat baik, dan mulai menginspirasi masyarakat sekitarnya. Satu orang ternyata bisa membuat perubahan…
WENATCHEE

Image hosted by Photobucket.com

ternyata kami tidak langsung pergi ke Seattle. Michael Coughlan, produser Amerika saya menjemput kami di bandara dan mengajak kami langsung ke wenatchee.

weenatchee adalah sebuah tempat kecil yang indah. disana kami menginap semalam di bestwestern lodge yang indah. danau besar dan bersih, penginapan yang rapi dan terawat ditambah suasana tenang. tempat ini ideal buat berlibur. kebanyakan yang menginap adalah orang-orang tua yang sudah mapan. maklum bestwestern mahal... tarifnya antara USD 108 sampai USD 200.

Image hosted by Photobucket.com

aemalam saja tidur disana. kami langsung angkut angkut ke mobil untuk mengunjungi danau Chelan. disana pusat perkebunan dan pengepakan Apel terkenal di amerika dan dunia. Apel Cheland dan Blue Chelan.
melalui danau cheland yang indah, membuat saya merasa ingin turun dan memancing. sayang tugas menunggu. hari kedua di Amerika kami meliput tentang ambisi seorang pemuda memperbaiki nasib petani Apel di daerah itu.

ah, cuaca panas dan menyenangkan. sayang kelembaban yang tinggi membuat saya tidak bisa berkeringat. rasanya nggak nyaman sekali...

20 September 2005

IMIGRASI oh IMIGRASI

sampai di Narita, tokyo sudah siang. sempat liat liat discount item sony di bandara. lumayan murah, tapi begitu di rupiahkan harganya tetap bikin sakit perut. ah gini kalau orang miskin jalan jalan. cuma bisa cuci mata aja.

Image hosted by Photobucket.com

buru-buru jalan di bandara super canggih dan luas itu. boarding time cuma 1 jam kurang. sepuluh menit sebelum pesawat berangkat semua ditutup. antrilah kami dengan rajin...

sekali lagi terbang dengan pesawat airbus. kali ini di northwest flyers. saya dan adiguno segera menuju portland. penerbangan 6 jam lebih (cuma sampai situ saya hitung) membosankan. untung ada film film box office yang bisa ditonton. lumayan..

sampai di portland saya dan adiguno mengantri. gara gara pengin buang air, saya terpaksa kebagian urutan 3 dari belakang, dari seluruh penumpang airbus yang 400 orang itu.
tapi hebat pelayanan petugasnya... hanya dalam 1 jam saya sudah termasuk bagian depan barisan.
tapi sesudah itu saya dan adiguno tertahan dua jam di ruang registrasi khusus dalam bandara itu. alasannya?

saya orang indonesia, pria, usia antara 15 sampai 55 tahun, islam apalagi.

agak sedih juga melihat tas dibongkar, sepatu dilepas, komputer saya diobrak abrik. yah sedih. belum lagi saya kena wajib lapor saat keluar dari setiap negara bagian. padahal perjalanan saya mengitari west coast.. berapa lama waktu yang bakal terbuang sudah terbayang.

untung pelayanannya cukup ramah dan profesional. untung juga paspor saya type I untuk jurnalis. tapi ada juga nggak untungnya... akibatnya saya dan adiguno kehilangan semangat dan flight pesawat ke portland. nasib nasib...begini kalau pegang paspor garuda.

beruntung petugas imigrasi mencarikan pesawat pengganti dan kami tidak perlu keluar uang lagi membeli tiket. akhirnya kami bisa masuk ke Amerika...
wah... seattle kami datang.

---------------------
tahu tidak harga obat gosok yang disini hanya 3000 rupiah, dibandrol usd 25. gawat juga kalau sampai masuk angin di amerika...
oh ya.. setelah ini kami berencana ke perkebunan apel di pinggir lake chelan..mmh

Image hosted by Photobucket.com

18 September 2005

KE AMERIKA BUNG!

hari pertama perjalanan saya dimulai. nggak tahu apa akan ada hambatan atau tidak. Persiapan yang buru buru membuat saya nggak percaya diri, bisa nggak ya.

Berangkat naik Thai Air. perjalanan yang menyenangkan kalau boleh saya bilang. selain cantik cantik, para pramugari juga ramah dan rajin menyapa kami, walaupun seringkali dengan bahasa Thai yang tak bisa dimengerti artinya... tapi yang penting nadanya ramah.
ah..aku jadi kepingin pergi ke thailand. ke angkorwat atau sekedar jalan jalan di pataya.
Tapi bukannya menuju thailand, aku menuju singapura...transit semalam sebelum melanjutkan perjalanan ke Narita, Tokyo.

Image hosted by Photobucket.com

semalam di singapura? asyik kok. kotanya bersih, teratur rapi dan tanda tanda jalannya sangat lengkap. walaupun sudah malam, masih banyak orang keluar dan berolahraga di jalan. kesannya aman dan tenang. belum lagi banyak wanita muda berwajah agnes monika dan berpakaian ala britney spears, lumayan menyegarkan mata..

malam malam kami keluar untuk makan. Dekat saja dari hotel sebab jam tiga pagi kamiharus lanjut ke narita Tokyo, terus lanjut ke Portland. Kami pilih makan kebab di restoran India dekat situ. Percaya nggak kalau semua hotel di singapura dekat tempat makan? Biasanya bisa dicapai kurang dari 10 menit jalan kaki. Tata kota macam ini asyik banget bung..
Image hosted by Photobucket.com malam hari kami keluar, jalan jalan makan di kebab india. makanannya lumayan enak.. suasananya asyik, orang india memang lebih hangat daripada penduduk cina di singapura. I have good time.. but still something missing. yah..saya merasa kehilangan sesuatu di singapura. kota ini terasa kering dan kehilangan hatinya. yah.. aku tetap pilih jakarta.
Image hosted by Photobucket.com

13 September 2005

PENIUP BARA

aku sudah bertemu kamu, hai peniup bara
kamu menghidupkan api semangat yang telah sekarat
tapi tak mau bertanggungjawab pada kobarannya

aku sudah bertemu dia, hai penyambut angin
yang tidak menghalangi dan tidak membantu
tapi juga tidak menghasilkan sesuatu

aku sudah bertemu mereka, hai para penghanyut ombak
kalian yang tak berpendirian
tapi juga tak mau membiarkan orang lain teguh pada takdir

aku ingin bertemu kau kekasih, yang menenangkan bahkan memabukkan.
yang mampu membuatku lupa pada impian dan kenyataan.
aku terus berharap dalam simpuh, luruh dan sujud,
tapi tak jua sampai pada pertemuan itu.
hanya mereka-mereka yang terus kutemui
bercanda ria, bercengkrama di depan mataku,
memanasi isi dunia dan membakar hati ini.

12 September 2005

LAGI-LAGI WANITA INDONESIA

fathia -detikHOT
Solo mendunia. kali ini bukan karena batik, serabi ataupun keratonnya. Solo mendunia karena putri putrinya yang gemulai mulai melangkah ke dunia modelling internasional. tak tanggung-tanggung langsung jadi model porno...
Tiara Lestari (atau ayu lestari aslinya), aka AMARA. model Indonesia berdarah asli solo terus berkibar di dunia pornografi. Adalah Adam Yurman, fotografer asal Amerika yang mulai melirik Tiara secara khusus. Bersama Adam, Tiara mulai mengembangkan sayapnya dan berhasil dua kali muncul di majalah pria, Penthouse terbitan Thailand dan Belanda.

Rupanya aksi panas gadis 23 tahun itu di majalah Penthouse mengundang ketertarikan majalah pria paling kondang sedunia, Playboy. Majalah yang telah beredar resmi di 28 negara itu meminta Adam untuk kembali mengabadikan lekuk tubuh Tiara. Setelah menembus Playboy terbitan Spanyol, Adam yang terlihat antusias dengan Tiara itu juga berencana memajang gadis asal Indonesia tersebut di sampul kalender model sensual yang akan diterbitkannya. Saat ini, foto Tiara juga sudah terpampang di sebuah situs panas milik Adam.
Image hosted by Photobucket.com
Tapi yang satu ini cukup mengejutkan. Tiara Lestari, model asal Indonesia terpampang bugil di sampul majalah Playboy edisi Agustus.

APA BEGINI CITRA EMANSIPASI KARTINI VERSI TERBARU?
entah solo perlu malu atau malah akan bangga. jangan-jangan sebentar lagi akan muncul reality show pencarian model porno berbakat. lengkap dengan SMS berhadiahnya. konfirmasi datang dari stasiun televisi tetangga yang berhasil mendatangkan Tiara ini. dengan bangga project officernya bilang ke saya. mungkin Tiara akan dijadikan host sebuah acara tengah malam. dan dia bangga?!

lagi-lagi pembuktian bahwa nilai-nilai tradisi yang tak disirami pasti tak mekar.