23 September 2005

URBAN REST STOP

Image hosted by Photobucket.com

urban rest stop adalah sebuah kegiatan nirlaba yang dimulai dari kekesalan seorang aktivis pada peraturan pemerintah seattle yang melarang orang kencing sembarangan. paling banyak yang terjaring adalah orang orang yang tak punya rumah.

aktivis itu kesal karena peraturan itu tidak diikuti peraturan agar pemerintah kota menyediakan tempat kencing umum. tunawisma tak punya rumah dan sering ditolak masuk tempat umum, jadi tak heran mereka kencing sembarangan kan? jadi dia memutuskan untuk membuat WC umum. mulailah dia melobi ke kanan kiri. membujuk masyarakat sekitar, dan mengajukan permohonan budget ke lembaga sosial atau pemerintah. dengan dana pas pasan hasil sumbangan masyarakat sekitar, langsung saja didirikan urban rest stop itu. beruntung setelah setahun berdiri ada tambahan dana dari pemerintah untuk memperbaiki prasarananya.
selama perjalanan idenya berkembang, Urban rest stop menjadi program memberikan pelayanan higienis bagi para homeless.

idenya adalah: tunawisma yang mau berusaha, sering kali tak bisa, karena masyarakat keburu mengecapnya buruk dari tampilan luar yang dekil dan kotor. dengan memperbaiki penampilan maka sama artinya memberi kesempatan bagi mereka.

di urban rest stop, para tunawisma bisa mendaftar untuk mandi dan mencuci baju gratis. mereka juga bisa mendapat sabun, sikat gigi, cukur jenggot, handuk dan bahkan sampo gratis. bagi tunawisma yang ingin mencuci baju yang dipakainya, rest stop ini menyediakan baju ganti sementara. sehari rest stop ini melayani sekita 400 orang untuk mandi dan 250 cucian. sayangnya karena keterbatasan tempat sering harus menolak pendaftar.

saat ini rest stop menjadi tempat perhentian sementara bagi kaum tunawisma atau warga miskin yang butuh pelayanan kebersihan. mereka mengantri sejak subuh untuk mendaftar, dan kembali lagi saat waktu perjanjian mereka. para pendaftar bukan hanya kaum pengangguran yang tak punya rumah. sebagian besar adalah pekerja dengan penghasilan sangat rendah sehingga tak mampu punya rumah. pagi pagi mereka datang untuk mandi dan membersihkan diri, sebelum berangkat ke kantor.

setiap pelanggan hanya memperoleh jatah 15 menit di kamar mandi, dan 15 menit di toilet yang terpisah. fasilitasnya cukup lengkap, bahkan bagi orang cacat dan ibu yang menyusui anak. mereka mendapat jatah sekitar 5 kilo cucian sekali mendaftar.

beberapa tunawisma hanya datang sekali, tapi banyak yang menjadi langganan. mereka sudah menganggap rest stop ini sebagai rumah. tak heran mereka selalu berusaha melindunginya. ada beberapa peraturan yang ditegakkan sendiri oleh para pelanggan itu. tidak boleh pergi ke rest stop dalam keadaan mabuk, atau dalam pengaruh obat. mereka membantu menegakkan peraturan itu. mereka juga membantu relawan membersihkan tempat mandi setiap kali setelah digunakan. itu menjaga kamar mandi dan ruang lainnya selalu bersih, nyaman dan jauh dari jorok.

rest stop dikerjakan oleh 6 relawan setiap hari. mereka selalu melayani pendaftar atau tunawisma yang datang tanpa mendaftar, dengan hormat dan akrab. pada gilirannya ini meningkatkan kepercayaan diri dan keinginan maju dari para tunawisma. tak heran sudah banyak 'ulusan' rest stop ini sukses dan memiliki pekerjaan yang layak. dari mereka datang sumbangan sumbangan yang membuat rest stop ini terus berjalan.

rest stop ini memang mendasarkan diri pada sumbangan dan aktivis relawan utnuk terus bergerak. kriminalitas menurun dan kota tak lai dipenuhi tunawisma kotor dan menyeramkan. masyarakat yang mulai melihat manfaat rest stop ini mulai mengucurkan dana bantuan.

semua itu berawal dari ketidakpuasan seseorang pada larangan kencing di sembarang tempat.

No comments:

Post a Comment