Ketika seseorang mulai terobsesi, ia tidak mau mengakui bahwa ia terobsesi. hanya saja secara perlahan-lahan semua tindakan dan pemikiran berusaha didekatkan atau dikaitkan dengan obsesinya -kalau perlu menihilkan akal sehat. faktanya, banyak dari kita yang terobsesi terhadap sesuatu.
Obsesi membuat kita tidak bisa berhenti memikirkan dan bertindak mengatasnamakan obsesi kita. Kita meniru niru supaya makin dekat obsesi kita - kadang tanpa mengerti. Kita mendekati orang yang simpati dengan obsesi kita dan menentang atau tidak mempercayai apapun yang menurut kita tidak sesuai dengan obsesi kita.
Kata “obsesi” berasal dari bahasa latin “obsidere”, yang artinya “untuk duduk di dalamnya, atau menghuni”. Orang yang menjadi obsesi kita ibarat menghuni otak kita. Mereka menjadi perhatian utama yang mengelilingi pikiran kita. Mirip cinta ya? memang mirip.. tetapi berbeda.
"cinta akan menyebabkan kita rela mengikuti/melakukan apapun untuk kebahagiaan yang kita cintai. Semakin cinta, Kita akan semakin mengerti dia yang dicinta. Kita tidak memaksa yang kita cinta menjadi apa yang kita inginkan. Kesadaran dan penyerahan datang bersama cinta, satu satunya keinginan adalah membahagiakan sang cinta."
"Obsesi tidak demikian. Obsesi membuat kita membayangkan obyek obsesi kita bukan sebagai dirinya sendiri, tapi sebagai sesuatu yang kita inginkan. Nalar hilang. Hidup kita dipenuhi oleh keinginan memuaskan diri berdaasrkan obyek obsesi kita. Bahkan terkadang tidak peduli apapun perasaan atau keinginan sang obyek obsesi. Dia harus menjadi seperti yang kita bayangkan, atau lebih baik lenyap.." Tak heran fans yang terobsesi pada seorang tokoh, bisa sampai membunuh (merusak) tokoh itu jika ia merusak bayangan obsesi yang dipercayanya.
Kondisi Obsesi yang keterlaluan terhadap sesuatu atau seseorang itu sering dianalogikan sebagai: Whorsip syndrome. Walaupun ada ahli di barat yang menganalogikan Whorship syndrome mirip dengan kegiatan ritual keagamaan, tapi itu salah tentunya. Ritual keagamaan yang benar adalah yang berawal dari cinta, bukan obsesi. Seperti dikatakan Dr. Carmen Harra, PhD, seorang psikolog intuitif dalam websitenya CarmenHarra.com, yang perlu kita mengerti adalah obsesi tidak akan pernah menjadi sesuatu yang positif.
Jadi apa bedanya orang yang jatuh cinta dengan yang mengalami Whorship syndrome? tentu ada bedanya. Orang yang jatuh cinta umumnya berubah menjadi orang yang bahagia, menyenangkan dan penuh keinginan membahagiakan cinta dan orang orang disekitarnya. Mereka merasa ia menjadi milik sesuatu yang dia cintai.
Sebaliknya ciri-ciri Whorsip syndrome justru mengarah sebaliknya. cirinya soliter, impulsif, antisosial dan kerap kali malah merepotkan karena cenderung menganggap siapapun yang tidak share kekagumannya terhadap apa yang menjadi obsesinya sebagai penghalang/ musuh/ lawannya. Mereka juga menganggap hal yang menjadi obsesi nya adalah miliknya, dan bukan sebaliknya.
jadi kita termasuk pencinta atau penderita obsesi yang tidak sehat?
Tahukah ciri ciri sederhana penderita obsesif di Sosial media? ini menurut saya loo...
1. Biasanya mereka memiripkan panggilan atau nickname nya dengan obsesi mereka. Misalnya terobsesi dengan girlband korea; mendadak namanya jadi jesSISTAR, SIWON, jung seyoung atau bahkan diganti aksara korea -padahal sedikit sekali bahasa korea yang di hafal. Atau tergila gila pada Startrek dan mengganti nicknamenya dengan bahasa klingon.
2. foto foto yang mengenakan atribut sesuai obsesi, untuk menguatkan keterikatannya pada obsesinya, walau tidak terlalu mengerti arti sebenarnya. Misalnya foto dengan kuping runcing ala elf kelompok yang terobsesi pada LOTR, atau memakai laki-laki yang bermake up ala bintang K pop; walau mungkin tidak membuat tampangnya lebih oke.
3. Menuliskan dalam sosmed nya; jargon atau logo yang digunakan obsesinya - bahkan walau tidak mengerti.
4. Membela obsesinya membabi buta. menganggap semua yang tidak share kekagumannya terhadap apa yang menjadi obsesinya sebagai lawannya.
5. kemampuan komunikasinya rendah. Menolak berdialog, lebih banyak memaki dengan jargon, dan cenderung menyalahkan semua yg berbeda dengan logika : "kalau tidak cocok dengan idola gua berarti salah!" Padahal mungkin idola yang di obsesikannya justru tidak sependapat dengannya.
jadi apakah anda type mencinta atau orang obsesif di sosmed anda?
No comments:
Post a Comment