30 December 2015

Hujan Itu Rahmat

Hari ini masuk malam lagi. Saat berangkat hujan rintik datang, terpaksa tetap berangkat dengan mengerudungkan plastik jas hujan 10 ribuan. Yang penting kepala tidak basah, kalau celana lembab sedikit ya wajar lah..

Baru melaju sekitar 1 kilometer di atas motor butut kesayangan, tiba-tiba air seperti dicurahkan dari langit. Hujan deras. Belum sempat mencari perlindungan, celana dan sepatu sudah basah kuyup. Tanggung lah... hajar saja terus ke arah stasiun kereta.

Sempat mengeluh dan sedikit misuh, kenapa harus hujan pas saya berangkat. Deras lagi. Jalanan yang tergenang semata kaki orang dewasa, membuat beberapa kali motor saya terjeblos lubang lubang cantik, yang tampaknya jadi Standard Operating Procedure dalam pembuatan, jalan di sekitar rumah saya. Belum lagi speedbump yg dibangun nyaris setiap 15 meter, membuat genangan air menumpuk dan mengalun bagaikan ombak pantai. Motor seperti terombang ambing melewatinya.

Sempat mengeluh dan memaki, mencari siapa yg bisa disalahkan. Hujan yg deras sangat terasa di kulit, tak mampu ditahan jas hujan yg setipis plastik belanjaan di mall. Celana basah, sepatu basah, cipratan air dari kendaraan lain membasahi muka. Basah kuyup seolah sengaja mandi di tengah hujan.

Mendadak saya merasa bahagia, entah darimana datangnya. Naik motor ditengah air menggenang rasanya seperti waktu anak anak; naik sepeda di tengah kubangan, bersaing siapa yg bisa membuat cipratan lebih tinggi. Baju lembab, celana basah, serasa seperti saat mandi hujan bersama teman teman dulu - dan ternyata memang banyak pengendara motor yang basah basahan seperti saya. Ah.. ini seru...
Sesekali motor sengaja saya lajukan agak cepat melewati lubang yang dalam.. hahaha.. asyik sekali.

Sampai di stasiun celana dan sepatu sudah basah sempurna. Ketika saya naik ke peron tampak ratusan orang berteduh menanti hujan reda. Sebagian besar memandangi saya yg basah kuyup tapi tetap berjalan santai di tengah hujan deras. Sepertinya mereka menganggap saya aneh.... tapi tak apa, dalam hati malah ada sedikit rasa kasihan pada mereka itu.
Mereka sepertinya sudah tak ingat lagi serunya hujan hujanan.
Saat naik kereta dan melipat jas hujan yang basah, saya merasa bersyukur sekali. Tuhan, terima kasih untuk rahmat hujan lebat tadi....

No comments:

Post a Comment