15 January 2020

Belajar Bisnis WC umum


Sejak dulu saya ingin mengajari anak-anak saya bisnis. Bukan supaya mereka harus jadi pengusaha, tapi supaya mereka ngerti bahwa kerja sama orang lain bukan satu satunya pilihan, supaya mereka bisa cari uang tanpa harus jadi pegawai nantinya, supaya mereka paling tidak punya pilihan dan punya ketrampilan mendukung pilihannya itu; mau jadi pegawai, atau pengusaha, atau pegawai sekaligus pengusaha...
Eits.. nanti dulu. Pengusaha itu bukan cuma pedagang saja lo. Banyak lah macamnya pengusaha.

Seorang teman saya sesama dosen (dulu), mengatakan bahwa bisnis itu sangat bergantung pada inovasi. Seorang pengusaha akan memastikan usahanya terus menerus menemukan sesuatu yang baru untuk meningkatkan hasil Dan sustainability nya. Berhubung dia memang dosen manajemen, maka saya dengankan penjelasannya. Sebagai penutup, ia menceritakan sebuah kisah tentang seorang pengusaha yang mencari penerus kerajaan bisnisnya.
Sang pengusaha adalah orang Medan keturunan China, pemilik ratusan rumah dan gudang yang disewakan. Di sudut-sudut kota, di daerah penyangga dan pinggiran wilayah industri dia membangun pergudangan sekaligus rumah rumah kontrakan dan kost bagi buruh gudang itu. Saat ia tua, ia mencari penerus yang bisa memastikan kerajaan bisnisnya terus berjalan.
Ada dua calon yang dianggap potensial. Sebut saja namanya Mawar dan Melati, keduanya pria. Sebagai ujian terakhir, sang pengusaha memberi tugas sederhana pada mereka; bagaimana menaikkan pendapatan dari beberapa toilet umum di wilayah pergudangannya.
Masing masing memilih 14 pintu toilet di dua lokasi berbeda. Mawar meminta tambahan modal 30 juta dan mengubah toilet umum itu menjadi toilet modern. Keran otomatis yang menghemat air. Closet duduk canggih dan ergonomis. CCTV pengaman. Sistem wastafel dengan koin, dan sistem higienis otomatis. Perbaikan berikutnya adalah memecat penjaga toilet umum untuk menghemat gaji pekerja.
Dua minggu pertama tolilet canggih itu menjadi trend. orang orang berkunjung hanya untuk mencoba alatnya. Beberapa media juga datang membuat liputan. Penghasilan bulan pertama melonjak tinggi.
Melati meminta modal 6 juta. Perbaikan pertama memisahkan toilet pria dan wanita. Di toilet wanita dibuatkan tulisan: BAYAR DULU SEBELUM MASUK. sementara di toilet pria ditulis: BAYAR SAAT KELUAR. Perbaikan kedua Melati justru merekrut penjaga toilet yang rapi, tampan (untuk toilet wanita) dan cantik (untuk toilet pria). Ketiga; ia membeli Tissue Alas Toilet dalam jumlah banyak dengan harga grosir.
Tidak ada penambahan jumlah pengunjung signifikan, tapi penghasilan bulan pertama naik cukup tinggi.

Di akhir bulan pertama mereka dipanggil sang pengusaha untuk memberi penjelasan. Mawar berkata bahwa dengan modernisasi ia melakukan penghematan:
"air, sabun dan biaya petugas kebersihan bisa dihemat karena semua serba otomatis. Biaya penjaga di depan toilet juga tidak ada. serba murah.." kata Mawar Bangga. "belum lagi tehnologi canggih membuat banyak media meliput
"Berapa lama kira-kira toiletmu populer sebelum media bosan?"
Mawar tercenung mendengar tanggapan yang berbeda dengan harapannya. Apalagi kemudian ada pertanyaan lain dari sang mentor:
"Saya lihat di pencatatan ada biaya awal menyewa instruktur yang stand by untuk mengajari cara menggunakan tehnologi baru ini pada pelanggan. Berarti walau tak bayar penjaga, ada pengeluaran overhead lain yang kamu bayar.."
"tapi itu cuma untuk di awal-awal..."
"lalu kalau ada pelanggan baru datang bagaimana?"
Mawar terdiam...
"Sekarang kamu, Melati!"
Melati pun maju melakukan presentasi:
"saya mengganti penunggu toilet yang kumuh menjadi rapi. Selain itu ada percobaan sistem yang akan membuat pelanggan mengeluarkan uang lebih."
"Sistem apa maksudnya? perempuan bayar lebih dulu dan lelaki bayar setelah selesai itu?" Mentornya mendengus. "apa pengaruhnya?"
"tapi kenyataannya penghasilan meningkat, pak. walau jumlah pengunjung tak berubah."
"kamu beruntung saja mungkin..."
"silahkan di tinjau langsung pak.."

Dua hari kemudian sang mentor mengunjungi langsung kedua toilet itu. Di toilet Mawar, sang pengusaha kagum dengan kerapian dan keindahan toilet itu. Masuk ke toilet, pilih salah satu kloset dan begitu selesai buang air, langsungada guyuran air membersihkan.
canggih. Tapi sang pengusaha langsung berhitung berapa biaya listrik, dan perawatan yang dibutuhkan.
"keren, tapi di masa depan mungkin lebih besar biaya perawatan daripada keuntungannya."
DI toilet Melati kesan yang di tangkap berbeda lagi. Rapi dan bersih, tapi sederhana. Di toilet perempuan tampak seorang pria menjaga deretan kamar-kamar kecil sewaan. DI atas kepalanya ada tulisan besar: BAYAR DULU SEBELUM MASUK, dan sebuah anak panah menunjuk meja sang penjaga. Di meja tersebut ada tulisan lebih kecil tapi di warnai dengan cerah:

Buang Air Kecil dan Besar Rp. 2000,-
Bayar Rp. 4000,-  GRATIS! tissue pelapis toilet.

Tulisan Gratis yang besar dan cerah, tampak kontras di atas meja putih bersih. Sang Pengusaha tersenyum. Banyak wanita yang memilih membayar 4000 rupiah, dan menerima selembar tissue pelapis toilet dari penjaga toilet yang ramah. Sang Pengusaha tersenyum.
"Berapa kamu beli Tissue toilet itu?" tanya sang pengusaha.
"Satu Lusin 4000 rupiah, karena saya beli banyak ada diskon juga."
"hahaha.. kamu tahu yang diperlukan pelanggan... good.. " Sang pengusaha menepuk pundak Melati. "Saya juga suka tulisan 'Gratis' itu... sentuhan yang manis. Tapi bagaimana dengan toilet Pria? kita kan nggak perlu tissue?"
"Mari, pak.. silahkan ke Toilet pria.."

Sang pengusaha dengan yakin berjalan ke toilet Pria. Di bagian luar tergantung gagah tulisan di papan besar; BAYAR SAAT KELUAR.. di bawahnya ada tulisan kecil; Silahkan Masuk, dan panah menunjuk ke pintu masuk.
Dengan gagah sang Pengusaha masuk ke toilet itu. Di pintu dia melihat seorang wanita cantik berpakaian rapi duduk di dekat pintu. Di sisinya ada sebuah keropak tempat uang. 
"itu penjaganya... cantik juga.." pikir si pengusaha. "tapi sepertinya malas. Dia tidak mendekat untuk mengumpulkan uang dari pelanggan. Hanya mengawasi dari jauh. Tampangnya juga 'ngeselin, cuma memperhatikan pelanggan yang keluar dari toilet."
Sambil masuk ke toilet, si pengusaha berjanji menyinggung kemalasan sang penjaga pada Melati.  Saat masuk, toilet itu biasa saja. bersih tapi tak ada yang istimewa. Berhubung si pengusaha memang ingin buang air, maka ia segera menunaikan hajatnya.

Saat keluar dari toilet, pengusaha itu merogoh kantongnya. Dari sudut mata ia melihat gadis penjaga itu memandanginya dari atas ke bawah dengan  sorot mata aneh. tatapan itu membuatnya jengah. pipinya agak memanas.
Saat ia mendekati keropak yang ada beberapa langkah dari kursi gadis penjaga itu, ia membaca tulisan cukup besar di atas keropak itu;

Buang Air tarif Sama.
Alat Kelamin kecil Rp. 2000,-
Alat Kelamin Besar Rp. 5000,-

Sang pengusaha sejenak ragu, 2 ribuan di tangannya tak jadi dimasukan. Dari posisi di depan keropak, jelas terlihat gadis penjaga itu memperhatikannya. Dengan menarik nafas panjang dan tersenyum kesal, sang pengusaha pun mengganti 2 ribuan di tangannya dengan 5 ribuan.
Saat mengangkat kepala, ia melihat gadis itu tersenyum sedikit. 

Sang pengusaha membalas dengan senyum lebar, walau tak selebar senyum Melati yang mengawasi dari arah sebaliknya. 

Bbagi sang Pengusaha jelas sudah siapa yang akan diberikan warisan seluruh usahanya. Bisakah kamu menebak?  Mawar? wah kamu nggak baca pelan pelan ya... Melati? ya kamu salah lagi. Yang mendapat warisannya sang pengusaha ya sudah pasti anaknya. Mawar dan Melati paling paling naik pangkat menjadi GM. 

#tulisankita
#unfaedah?

No comments:

Post a Comment