30 September 2015

fiksimini #44

"pemerintah payah, presidennya juga cemen.. masak dianggap kacung sama negara lain kok gembira?"
"lebih parah lagi Dewan Legislatif nya. Udah beberapa bulan, cuma ngritik aja kerjaannya... belom ada yg diberesin.."

Romeo mendengarkan celoteh dua tetua kampung di warung kopi miliknya. Malam malam begini warungnya memang ramai dengan pria pria setengah baya. Lebih dari separuhnya adalah pensiunan.
Biasanya mereka pesan segelas kopi, dan berbincang nyinyir tentang politik dan negara. Paling banyak 2 atau 3 gorengan menemani percakapan mereka. Disaat menjadi komentator itu, mereka seolah paling pintar, paling ahli dan super bijak.

"mentri itu juga sudah ketularan.. blusukan pencitraan... kayak orang tolol.."
"ada juga yg lebih tolol... masak koruptor kok diajukan jadi Calon kepala daerah..."

Dua orang yang bercakap di depan Romeo pun tak berbeda. Yang satu adalah mantan RT yang diberhentikan warga karena menilep uang kebersihan, sedang yang satu lagi pensiunan kasir restoran cepat saji yang kerap berhutang kopi.

Romeo hanya tersenyum mendengar percakapan mereka. Yah.. paling tidak celoteh mereka bisa menemani sampai warungnya tutup. semacam membayar satpam hanya dengan secangkir kopi...

No comments:

Post a Comment