30 September 2015

fiksimini #40

"taman mini..taman mini... langsung taman mini"
Teriakan kondektur bus itu mengagetkan Bayu. Ia cepat melipat koran yang sedang dipakai dan bergegas berdiri. Bus itu berhenti agak jauh dari halte didepan kantor Bayu, tempatnya menunggu. Ia melihat beberapa orang mengejar bus itu mati matian, langsung bergelantungan di pintu. Beberapa orang yang tak kebagian naik menggerutu. Bayu membatalkan langkahnya, sepertinya bus itu terlalu penuh.

Sebenarnya Bayu sudah lelah menanti tanpa kepastian di halte ini. Ia ingin segera sampai di rumah. Paling dekat mudah memang naik taksi, tapi sudah hampir 2 jam menunggu tak ada taksi yg tampak.
Pilihan kedua adalah naik angkot tua yang ngetem dan sedari tadi menawarinya naik. Angkot ini bisa berhenti cukup dekat dari rumahnya, tinggal berjalan kaki sepuluh menit saja. Masalahnya angkot itu akan terus ngetem sampai penuh atau diusir DLLAJR. Melihat penumpangnya hanya dua walau sudah hampir satu jam ngetem, Bayu pesimis angkot itu segera berangkat. 

Pilihan ketiga adalah naik bus ke taman mini itu. Masalahnya, jika naik bus itu, ia masih harus menyambung dengan ojek atau dua kali angkot. Males banget..
Yang sedang ditunggu Bayu adalah mikrolet merah yang memang jarang jarang lewat. Sayangnya kesabaran Bayu mulai habis. Sudah terlalu lama ia menunggu.

"taman mini... taman mini..."
Saat bus kedua lewat dan sang kondektur melambai seolah khusus mengajaknya naik, Bayu jadi ragu-ragu. Apa ia naik saja?
Saat Bayu siap melangkah, di tikungan dia melihat sekilas mikrolet merah berbelok. Bayu tersenyum, "akhirnya datang juga". Senyumnya tambah lebar ketika ia melihat kursi di samping sopir baru terisi satu orang. Seorang gadis cantik. Bayu -mencari dompet di kantong celananya- bersiap-siap naik di depan juga. Sesaat kemudian senyumannya berubah menjadi ekspresi kaget, cemas, lalu akhirnya bete. Dia baru sadar setelah menunggu berjam jam. Dompetnya tertinggal di meja kerja. 

Saat itu senyuman dari gadis manis yang duduk di samping sopir mikrolet merah itu terasa seperti mengejeknya. 

No comments:

Post a Comment