30 September 2015

fiksimini #39

Ilham memang menyebalkan, pikir Salim.

Ia terpaksa berjalan lambat lambat karena Ilham kawannya lagi-lagi berbuat sesuatu yang ganjil. Ilham menyalami semua orang yang ditemuinya, bahkan mencium tangan beberapa orang tua. Kalau dilakukan di rumah tentu biasa saja, tapi kawannya itu melakukannya sepanjang jalan dari kost mereka ke kampus yang berjarak sekitar 1 kilometer.

Sebenarnya Salim sudah biasa dengan tingkah aneh Ilham, tapi yang bikin kesal adalah dia jadi terpaksa ikut ikutan sibuk. Saat Ilham selesai bersalaman atau cium tangan, karena heran otomatis orang-orang yang tak mereka kenal itu akan menoleh ke Salim yang berjalan di sebelah Ilham. Pilihannya cuma pura-pura cuek atau segera ikut bersalaman.

Ilham memang unik. Selain kebiasaannya mengunyah permen karet, tingkahnya juga selalu tak terduga. Dua hari lalu misalnya, tiba-tiba saja Ilham menariknya ke bawah kolong jembatan layang pancoran. Ia memaksa Salim menemaninya duduk di trotoar sambil menimang-nimang Canon 550d nya. Saat ditanya kenapa, Ilham hanya nyengir dan berkata ingin mengajaknya menikmati tempat yang menyimpan banyak kedamaian. Saat itu Salim benar benar tak habis pikir. Di kolong jalan layang itu kedamaian? Tapi senyuman Ilham yang polos membuatnya bertahan menemani sang kawan. Setelah 20 menit nongkrong dan ber foto-foto, tiba-tiba Ilham mengajaknya kembali ke kost.

Salim baru tahu alasannya 3 hari kemudian ketika foto hasil jepretan Ilham jadi cover di salah satu harian kota. Fotonya adalah beberapa supir yang ditodong uang damai oleh polisi berseragam. Lokasinya di bawah jalan layang pancoran. Salim baru mengerti Ilham memanfaatkannya sebagai kedok untuk hunting foto itu. Dari tulisan singkat di bawah foto itu, "Banyak kedamaian" adalah kode untuk uang damai. 

Sialan, kalau tahu-tahu si polisi mengenalinya kan bisa jadi berabe.
Ilham ini memang menyebalkan, pikir Salim saat itu.

Salim sempat bertekad tidak mau bertegur sapa dengan Ilham, tapi baru beberapa jam mereka sudah ngobrol akrab lagi di sebuah warteg. Dongkol Salim sirna seketika saat Ilham mentraktirnya makan-makan dengan uang honor itu.

Yah, memang buat anak kost, makanan gratis kadang lebih berharga daripada kata maaf.

Sampai di Kampus Ilham masih juga belum cerita. Mereka pun mampir ke ruang dosen, hanya terlihat Pak Hanif di sana. Salim dan Ilham pun mencium tangannya dengan takzim sebelum melanjutkan pergi ke ruang kelas mereka. 

Salim langsung meletakkan tasnya di bangku dan duduk di meja. Mendadak Ilham mengambil tangannya, bersalaman dan mencium tangannya. Reflek Salim menarik tangannya, wajahnya tak bisa menyembunyikan rasa terkejut. Ilham sebaliknya malah kemudian duduk dengan santai di bangku sebelahnya.
“ada apa ini, ham?” Salim memutruskan untuk bertanya.
“ada apa apanya?”
“tingkah elo sepagian ini. Salaman sama semua orang, cium tangan segala..”
“emang kenapa kalo cium tangan?”
“i..iya.. kenapa juga sama semua orang..”
“oh itu... kan wajar aja... elo aja cium tangan ke pak hanif kan?” Ilham mengeluarkan buku dan sekotak tissu basah.
“yeee.. dia kan dosen.. guru kita..” Salim juga meniru mengeluarkan alat tulis. Ia sejenak menatap Ilham, tapi yang dipandangi santai saja.
“ya itulah. Kan wajar kalau kita cium tangan guru. Apalagi sekarang hari guru...” Ilham bicara sambil menatap Salim. “gue..kita belajar dari semua orang di sekeliling kita, pantes dong kalau di hari guru kita selamatin semuanya...”

Mendadak Salim merasa speechless. Dia hanya tersenyum pada Ilham yang juga nyengir. Tidak disangka, temannya yang satu itu bisa juga menjadi bijak. Penghargaannya pada sang teman pun mendadak meningkat pesat.
tapi, hanya sampai dia merasakan suatu benda lengket menempel di tangannya. Saat menoleh, ia melihat Ilham memandangnya nyengir sambil berkutat membersihkan telapak tangannya dari potongan benda lengket serupa. Sisa permen karet bekas dikunyah..

Sialan, Ilham ini memang menyebalkan pol... pikir Salim.

Bayangkan kalau kita mau mengakui bahwa kita belajar dari segala sesuatu di dunia. Pastinya kita akan lebih hormat, menghargai dan menjaga semua di sekitar kita. Yuk...

No comments:

Post a Comment