30 September 2015

fiksimini #34

"Everyone must endure their own journey" 
itu kata kata yang tergambar di bagian belakang sebuah truk di depan mobil butut Andi. Mengejutkan dan melecehkan buat dia.

Mengejutkan karena tulisan di belakang bak truk biasanya tak bermutu dan temanya itu-itu saja. "kutunggu janda mu", "buronan mertua", "tahan goyang", atau "cukup satu setiap kota". Tulisan di Truk di depan mobilnya itu termasuk sangat berkelas. Entah setan mana menginspirasi supir itu, tapi buat Andi, tulisan itu juga melecehkan.

Tulisan itu seolah menyindirnya yang tengah iri setengah mati pada kawan-kawan satu geng sekolah dulu. Mereka dulu kemana-mana bertiga, dimana ada Andi, disana pasti ada Ana dan Robin. Sama-sama kere dan hobi mengumpulkan brosur traveling. Mimpi mereka pun sama, keliling dunia mencari tempat terbaik di jagat.
Sekarang mereka sudah terpisah. Ana si cantik tomboy itu sudah menikah dengan seorang diplomat, dan berkeliling Eropa. Robin, kemarin malam, baru saja diantarkannya ke bandara. Ia dapat lagi beasiswa short course 3 bulan di Amerika, padahal belum setahun lalu ia pulang dari beasiswa full scholarship dari Belanda.

Walau perjalanan ke Bandara penuh tawa tapi hati Andi teriris rasa iri. Hampir empat puluh tahun usianya, belum sekalipun ia melangkahi batasan negerinya.
Truk itu bergerak perlahan, rasa sebal Andi makin menebal. Akhirnya dipinggirkannya mobil disebuah tempat makan. Sejenak ragu antara warung gudeg jogja, warteg dan warung padang, Andi akhirnya memutuskan.
"ah.. hati kesal perut lapar macam begini, butuh masakan pedas mantap"
Diintipnya dompet, masih tampak selembar 50 ribuan dan dua lembar 20 ribuan. Dengan percaya diri iapun masuk ke restoran padang.
"pokoknya makan kenyang, biar tenang."

------------------------
nun jauh di Perancis, Ana sedang berbisik pada suaminya, di sebuah restoran terkenal.
"rasanya memang enak, tapi 80 euro untuk dua sendok masakan? kalau cuma bekicot dibumbui di Indonesia sih murah banget. Bosen juga lama lama". Sang suami nyaris tersedak dalam tawa.

-------------------------
Di Narita, Robin melamun sambil menunggu transit pesawat. Ditangannya sebuah Burger besar baru digigit sekali. Susah sekali mencari makanan sehat dan murah di sini. Hanya burger yang dia mampu beli, dan rasanya langsung membuatnya rindu kampung halaman.
- hah, mana sambal sachet ketinggalan pula di bagasi - pikirnya.


just enjoy the journey, friends.
the destination will be reached eventually.

No comments:

Post a Comment