05 September 2014

fiksikota #8



Budi menatap kakinya. ujung sepatu kirinya sudah berlubang cukup besar. Ujung kuku jempolnya sudah tak bisa lagi disembunyikan. Budi menghela nafas dan kembali melangkah menuju Terminal Kampung Melayu. Ia harus bekerja untuk makan esok hari.

Budi memilih menyemir sepatu karena tak banyak saingan. anak anak jalanan yang sebaya biasanya memilih berjualan koran atau mengemis. hasilnya memang lebih banyak, tapi ia ingat nasihat almarhum ayahnya;

"Bud, jangan sampai kamu mengemis.... Mengemis itu bukan mendapat uang secara gratis, tapi mengemis itu menukar serpihan harga diri dengan uang receh dari orang lain.
saat harga diri kita habis, rasa malu pun terkikis. setelah itu tinggal tunggu waktu untuk mencuri, menjambret bahkan membegal"

masih mengenakan celana merah seragam sekolahnya, Budi berkeliling di sekitar halte-halte busway. Menawarkan semir sepatu pada para penumpang busway. Biasanya, ada saja yang menyemirkan sepatunya.

cita cita Budi tak punya. Keinginannya masih sejalan dengan kebutuhannya. Ia hanya ingin bisa membeli sepatu yang masih layak pakai.

#fiksikota 
#microstory

No comments:

Post a Comment