05 September 2014

fiksikota #6




"hei, berdiri di belakang garis kuning! mundur..mundur!. peron bukan tempat bercanda...ayo mundur!" 
Beberapa mahasiswa yang berdiri di peron menunggu kereta kaget. sejenak mereka menghentikan canda mereka. seorang bapak-bapak enam puluhan tahun mengibas-ngibaskan payungnya .mendorong mereka mundur menjauh dari arah rel.

Beberapa dari mahasiswa itu mengomel, sementara yang lain terlihat tidak suka, tapi bapak itu telah bergerak menjauh, sambil menyuruh mundur orang lain yang berdiri terlalu dekat rel kereta.

"Wooi.. mundur, mundur, kereta bukan mainan... jangan bercanda di peron"

Bapak itu bernama Gagah. Setiap pagi ia melakukan hal yang sama saat orang orang ramai berangkat dan pulang kerja. Suaranya yang keras, wajahnya yang tampak tak ramah, dan caranya mengayunkan payung tua ditangannya membuat sebagian besar orang memilih mengikuti permintaannya walau sambil memaki maki dalam hati.

Kabarnya, Gagah mulai mengusiri orang orang yang terlalu dekat dengan kereta sejak anaknya terkena musibah. Saat itu, sang anak baru saja lulus dari sebuah universitas negeri yang berlokasi dipinggir rel kereta. Saat pulang wisuda, sang anak dan teman temannya bercanda di peron. Gagah yang bangga dan bahagia hanya mengawasi dari jauh.

Saat kereta berhenti di peron, Gagah dan istrinya naik. sang anak dan teman-temannya masih bercanda dan melompat naik hanya sesaat kereta mulai bergerak. Sang anak terpeleset, dan kakinya terjeblos masuk di celah antara peron dan pijakan kaki.

Pintu menutup dan kereta bergerak. Gagah menempelkan wajahnya ke jendela. Terbelalak. menyaksikan anak kesayangannya menjerit saat kereta bergerak.

Sebagian besar penumpang yang pernah mendengar kisah itu jadi memaklumi perilaku Gagah, tapi tetap saja ada yang tak suka.
Beberapa orang pernah mengeluhkan perilaku Gagah pada kepala stasiun, tapi sang kepala stasiun hanya tersenyum. Ia berdalih, Gagah tidak salah. ia justru membantu petugas. Sejak Gagah mulai melakukan kebiasaannya, tak lagi ada kecelakaan di peron stasiun yang dipimpinnya.

Dan setiap pagi Gagah pun tetap melakukan kegiatannya, mengusiri penumpang yg berdiri terlalu dekat ke peron. tak ad petugas yang berusaha mencegahnya.
Kadang, kepala stasiun memandang keluar jendela dan melihat kelakuan Gagah. Biasanya ia akan bergumam sambil mengelus sebelah kakinya yang sudah diganti kaki palsu.
bergumam dengan pandangan penuh kasih.

"Bapak benar, dari dulu juga bapak selalu benar.... peron kereta api memang bukan tempat untuk bercanda...."

#fiksikota #microstory

No comments:

Post a Comment