sebuah bus berdampingan dengan sebuah mobil keluarga
mewah dijalan raya. didalam bus berjejalan puluhan orang yang baru berangkat
kerja. didalam bus berdesakan panas dan berkeringat. seorang anak kecil berusia
sekitar 4 tahun didalam mobil keluarga itu bertanya:
"Mama, kenapa mereka berdesakan?"
Sang ibu menjawab tanpa mengangkat wajahnya dari tab nya.
"karena mereka miskin, nak"
Menuju pusat kota, si anak melihat pemandangan yang unik. disisi jalan, ibu ibu tampak berdiri sambil menggendong anak -entah anak siapa- menjajakan jasa menjadi joki 3in1.
sang anak bertanya lagi.
"ibu, kenapa mereka berdiri sambil menggendong anaknya sepert itu?"
sang ibu masih asik bermain dengan gadgetnya dan menjawab seenaknya tanpa mengangkat wajah.
"itu karena mereka miskin, nak"
di mall tujuan, saat berputar menuju tempat parkir, tampak pemandangan lain. sebuah puskesmas dipenuhi antrian pasien. banyak ibu menggendong anaknya yang sakit. banyak ayah yang menunggui.
"ibu, kenapa mereka menunggu disana?"
sang ibu melirik sekilas ke puskesmas diluar, lalu kembali menekuni tabletnya.
"itu karena mereka miskin, nak. mereka tak mampu menyewa dokter ke rumah seperti kita."
sesampai di tempat parkir, sang ibu turun dan membiarkan babysitternya menggendong anaknya. sang anak mendadak menggapai dan memegang tangan ibunya.
"ibu, kenapa kita tak miskin saja?" ibunya kaget sampai menurunkan gadgetnya dan memandangi sang anak.
"kenapa kita harus miskin nak?"
"bukankah miskin lebih menyenangkan ibu?"
sang ibu nyaris tertawa mendengarnya.
"menyenangkan bagaimana?"
sang anak menghela nafas lalu berkata:
"kalau kita miskin, kita akan bersama sama terus. ayah, ibu dan aku. seperti orang-orang di bus itu.
kalau kita miskin, ibu akan lebih banyak memeluk dan menggendong aku, seperti ibu ibu disisi jalan itu. ibu yang akan menggendongku, bukan kakak babysitter.
kalau kita miskin, saat sakit, ibu akan menemani aku menunggu,dan berbicara lembut sambil menatap mataku. tak memakai gadget dan menjawab pertanyaanku seadanya.
buat aku sepertinya itu sangat menyenangkan, ibu."
disebuah kota yang terlalu penuh, seorang anak tetaplah pemberi pelajaran paling baik bagi orang tuanya.
#fiksikota #microstory
"Mama, kenapa mereka berdesakan?"
Sang ibu menjawab tanpa mengangkat wajahnya dari tab nya.
"karena mereka miskin, nak"
Menuju pusat kota, si anak melihat pemandangan yang unik. disisi jalan, ibu ibu tampak berdiri sambil menggendong anak -entah anak siapa- menjajakan jasa menjadi joki 3in1.
sang anak bertanya lagi.
"ibu, kenapa mereka berdiri sambil menggendong anaknya sepert itu?"
sang ibu masih asik bermain dengan gadgetnya dan menjawab seenaknya tanpa mengangkat wajah.
"itu karena mereka miskin, nak"
di mall tujuan, saat berputar menuju tempat parkir, tampak pemandangan lain. sebuah puskesmas dipenuhi antrian pasien. banyak ibu menggendong anaknya yang sakit. banyak ayah yang menunggui.
"ibu, kenapa mereka menunggu disana?"
sang ibu melirik sekilas ke puskesmas diluar, lalu kembali menekuni tabletnya.
"itu karena mereka miskin, nak. mereka tak mampu menyewa dokter ke rumah seperti kita."
sesampai di tempat parkir, sang ibu turun dan membiarkan babysitternya menggendong anaknya. sang anak mendadak menggapai dan memegang tangan ibunya.
"ibu, kenapa kita tak miskin saja?" ibunya kaget sampai menurunkan gadgetnya dan memandangi sang anak.
"kenapa kita harus miskin nak?"
"bukankah miskin lebih menyenangkan ibu?"
sang ibu nyaris tertawa mendengarnya.
"menyenangkan bagaimana?"
sang anak menghela nafas lalu berkata:
"kalau kita miskin, kita akan bersama sama terus. ayah, ibu dan aku. seperti orang-orang di bus itu.
kalau kita miskin, ibu akan lebih banyak memeluk dan menggendong aku, seperti ibu ibu disisi jalan itu. ibu yang akan menggendongku, bukan kakak babysitter.
kalau kita miskin, saat sakit, ibu akan menemani aku menunggu,dan berbicara lembut sambil menatap mataku. tak memakai gadget dan menjawab pertanyaanku seadanya.
buat aku sepertinya itu sangat menyenangkan, ibu."
disebuah kota yang terlalu penuh, seorang anak tetaplah pemberi pelajaran paling baik bagi orang tuanya.
#fiksikota #microstory
No comments:
Post a Comment