Tekun merasa kecewa. lagi lagi ia tak diangkat menjadi
pegawai tetap. sudah nyaris 6 tahun ia menjadi guru SD honorer dengan
penghasilan sekedar menutupi ongkos, tapi belum juga ia diangkat.
Tekun tak pernah mengeluh, ia bahkan nyaris tak pernah terlambat datang ke sekolahnya yang terletak dipelosok Kabupaten Bogor. Kalaupun ia terlambat, biasanya karena sepeda butut yang dipakainya mengajar rusak. Tekun juga tetap tak mengeluh ketika honornya yang tak seberapa itu terlambat. Beberapa kali ia bahkan rela menghabiskan uangnya yang serba kurang demi membuat alat praktek bagi muridnya.
Tekun suka melihat murid muridnya berkembang, dengan gaya mereka masing masing. Tekun selalu merasa hangat di hati saat murid muridnya tertawa dan bermain sesuai usia. Ia terus berusaha belajar dan mencari cara mengajari mereka sebaik mungkin. Buat Tekun, bukan uang yang dicarinya saat mengajar. Sukacita dan tatap mata ceria murid muridnya adalah bayaran yang cukup untuknya.
Disudut lain sebuah kota yang serakah, serombongan tukang ajar yang dibayar berlebihan malah berulah. Mereka menyakiti anak anak yang seharusnya dibimbing. Gilanya aksi mereka ditutupi oleh sang kepala sekolah. Polisi seolah tak punya taring menghadapi keras kepalanya sekolah elit itu.
Entah karena desakan orang orang kaya yang mendukung sekolah itu, atau gigi mereka sudah terkikis dollar yang bertebaran.
#fiksikota #microstory
Tekun tak pernah mengeluh, ia bahkan nyaris tak pernah terlambat datang ke sekolahnya yang terletak dipelosok Kabupaten Bogor. Kalaupun ia terlambat, biasanya karena sepeda butut yang dipakainya mengajar rusak. Tekun juga tetap tak mengeluh ketika honornya yang tak seberapa itu terlambat. Beberapa kali ia bahkan rela menghabiskan uangnya yang serba kurang demi membuat alat praktek bagi muridnya.
Tekun suka melihat murid muridnya berkembang, dengan gaya mereka masing masing. Tekun selalu merasa hangat di hati saat murid muridnya tertawa dan bermain sesuai usia. Ia terus berusaha belajar dan mencari cara mengajari mereka sebaik mungkin. Buat Tekun, bukan uang yang dicarinya saat mengajar. Sukacita dan tatap mata ceria murid muridnya adalah bayaran yang cukup untuknya.
Disudut lain sebuah kota yang serakah, serombongan tukang ajar yang dibayar berlebihan malah berulah. Mereka menyakiti anak anak yang seharusnya dibimbing. Gilanya aksi mereka ditutupi oleh sang kepala sekolah. Polisi seolah tak punya taring menghadapi keras kepalanya sekolah elit itu.
Entah karena desakan orang orang kaya yang mendukung sekolah itu, atau gigi mereka sudah terkikis dollar yang bertebaran.
#fiksikota #microstory
No comments:
Post a Comment