Gede berjalan perlahan memasuki taman yang mulai
dikuasai kegelapan. Beberapa lampu jalan yang mulai menyala hamya mampu membuat
suasana jadi temaram. tak sampai terang.
Daerah taman ini terkenal sebagai tempat berkumpul kelompok transgender dan crossdresser, atau sering disederhanakan sebagai Waria. Gede merasa tak nyaman. ia merasa semua mata di taman itu menatapnya. Sebagian waria, sebagian lain pelanggan mereka. Kalau tak terpaksa karena menemui temannya diujung taman itu, Gede tak akan mau malam hari melalui taman ini.
Mendadak Gede merasa seseorang mengikutinya. Siluet sosok berpakaian rok merah seperti wanita. ramping dan cantik. tapi di taman ini, malam hari, Gede tak mau ambil resiko. aura yang terasa membuatnya genntar. nafas Gede mulai memburu. Langkahnya semakin cepat. sepasang mata yang mengikutinya terasa bertambah menjadi dua, lalu tiga. Langkah Gede pun berubah menjadi berlari. makin lama makin cepat.
Gede kehabisan nafas. Taman itu seakan tak berakhir. ia merasa bayangan orang orang dibelakangnya mengejar. Gede panik, nafasnya memburu. Ia ingin berteriak tapi nafasnya tak bersisa. dibelakangnya imajinasinya mulai bergabung dengan bayangan para pengejarnya. Gede terus berlari, sampai kakinya menyerah. Tumit kakinya tertekuk keluar dan ia terbanting dengan pergelangan yang keseleo.
Tak mampu bangkit, Gede hanya bisa pasrah. perlahan beberapa orang berkumpul mengelilinginya.tak berapa lama, seorang waria berpakaian merah mirip dengan sosok yg dilihatnya sekilas tiba. Gede menegurnya. Nyalinya naik karena dikelilingi banyak orang.
"kenapa ka..kau.. mengejar saya?"
"mengejar?"
"i..iya.. dari ujung taman sana..."
"iiihh... aneh deh elo bo.....nggak kaleee, ...kebetulan aja gue searah ... tempat gue diujung sana tuh."
Gede tertunduk malu. wajahnya memerah. Ia salah sangka. Si waria melengos, menjawil dagu Gede sambil berlalu. Gede mendengarnya berkata;
"dasar geer an... ngapain gua ngejar elo. dasar cowok cemen... gua waria, tapi gua juga punya selera dong.... elo tuh bukan selera gua deeehhh.."
Wajah Gede makin memerah. ia tertunduk lebih dalam.
diseberang lain taman seorang wanita cantik berbaju merah tertunduk dibalik semak. matanya nyalang. ditangannya sebilah gunting berlumuran darah.
#fiksikota #microstory
Daerah taman ini terkenal sebagai tempat berkumpul kelompok transgender dan crossdresser, atau sering disederhanakan sebagai Waria. Gede merasa tak nyaman. ia merasa semua mata di taman itu menatapnya. Sebagian waria, sebagian lain pelanggan mereka. Kalau tak terpaksa karena menemui temannya diujung taman itu, Gede tak akan mau malam hari melalui taman ini.
Mendadak Gede merasa seseorang mengikutinya. Siluet sosok berpakaian rok merah seperti wanita. ramping dan cantik. tapi di taman ini, malam hari, Gede tak mau ambil resiko. aura yang terasa membuatnya genntar. nafas Gede mulai memburu. Langkahnya semakin cepat. sepasang mata yang mengikutinya terasa bertambah menjadi dua, lalu tiga. Langkah Gede pun berubah menjadi berlari. makin lama makin cepat.
Gede kehabisan nafas. Taman itu seakan tak berakhir. ia merasa bayangan orang orang dibelakangnya mengejar. Gede panik, nafasnya memburu. Ia ingin berteriak tapi nafasnya tak bersisa. dibelakangnya imajinasinya mulai bergabung dengan bayangan para pengejarnya. Gede terus berlari, sampai kakinya menyerah. Tumit kakinya tertekuk keluar dan ia terbanting dengan pergelangan yang keseleo.
Tak mampu bangkit, Gede hanya bisa pasrah. perlahan beberapa orang berkumpul mengelilinginya.tak berapa lama, seorang waria berpakaian merah mirip dengan sosok yg dilihatnya sekilas tiba. Gede menegurnya. Nyalinya naik karena dikelilingi banyak orang.
"kenapa ka..kau.. mengejar saya?"
"mengejar?"
"i..iya.. dari ujung taman sana..."
"iiihh... aneh deh elo bo.....nggak kaleee, ...kebetulan aja gue searah ... tempat gue diujung sana tuh."
Gede tertunduk malu. wajahnya memerah. Ia salah sangka. Si waria melengos, menjawil dagu Gede sambil berlalu. Gede mendengarnya berkata;
"dasar geer an... ngapain gua ngejar elo. dasar cowok cemen... gua waria, tapi gua juga punya selera dong.... elo tuh bukan selera gua deeehhh.."
Wajah Gede makin memerah. ia tertunduk lebih dalam.
diseberang lain taman seorang wanita cantik berbaju merah tertunduk dibalik semak. matanya nyalang. ditangannya sebilah gunting berlumuran darah.
#fiksikota #microstory
No comments:
Post a Comment