kereta penuh, Ikhlas pun sukarela berdiri saat dua
orang ibu hamil besar mendadak berdiri didepannya. seorang ibu hamil itu, yang
berambut pendek, cepat cepat duduk dan mengucapkan terima kasih. Ikhlas hanya
tersenyum.
ia sedikit terpesona dengan senyuman ibu itu. cantik sekali. mungkin benar kata orang bahwa saat hamil pesona seorang wanita sangat tinggi. mungkin begitu pesona seorang calon ibu, pikir Ikhlas.
Ibu hamil yang satu, dengan rambut panjang terikat masih berdiri, tapi tak satupun anak muda yang duduk tergerak hatinya untuk bergantian duduk. Petugas polsuska yang datang mencolek salah seorang pemuda yang menunduk, pura pura tidur.
"mas bangun dong.... kasian ada ibu hamil."
dua tiga kali dicolek, pemuda itu mengangkat wajah. matanya mencorong marah, tak ada sisa kantuknya.
"pak, saya sengaja naik dari bogor biar dapat duduk. saya bayar kok."
"iya mas, tapi kasian ibu iNi.."
"kasihan saya dong pak! saya juga capek ini.. masak dia baru datang malah minta duduk?"
Tampang pemuda perlente itu tampak ngotot, siap ribut mulut. Sang polsuska juga serba salah. di kanan kiri sang pemuda, penumpang lain menutup mata lebih ketat dan berpura pura tidur.
Sang ibu memegang bahu polsuska itu.
"nggak apa pak. resiko saya kok"
dan sang polsuska makin serba salah. beruntung seorang kakek tua di bangku seberang bangkit memberikan duduk pada ibu itu.
"silahkan bu, pasti lelah sekali masih harus bekerja saat hamil besar begitu."
"terima kasih pak."
"nggak apa, bu... saya ingat istri saya dulu liat ibu. istri saya juga terpaksa masih bekerja saat hamil besar. maklum cuma karyawan kecil.."
pertukaran senyum menggantikan kata kata. antara si ibu dengan lelaki tua itu, antara lelaki tua dengan polsuska, dan antara sang lelaki tua dengan Ikhlas yang segera bergeser memberi pegangan pada bapak itu.
Stasiun Tanah Abang, semua turun. Ikhlas mengenang kejadian tadi dan membayangkan wajah sang bapak yang cerah. tak sadar ia ikut tersenyum. wajah itu tenang dan sabar. mungkin begitu wajah orang baik, pikir Ikhlas.
Saat berjalan melewati sebuah kios pakaian, tanpa sadar ia berhenti sebentar. didalam kios tampak ibu hamil berambut pendek yang bersamanya di kereta. wajahnya masih mempesona, tapi perutnya tak lagi besar. ibu itu tampak mengeluarkan sebuah buntalan kain dari balik bajunya, sambil bergosip dengan dua temannya di kios itu.
Tak sengaja Ikhlas mendengar kata katanya;
"...emang enak.. kalau pura pura hamil pasti dikasih duduk, deh.. emang begitu kalo di kereta.. taktik ini, taktik namanya..."
Ikhlas menarik nafas dan mendoakan ibunya. Sepenuh hati..
#fiksikota #microstory
ia sedikit terpesona dengan senyuman ibu itu. cantik sekali. mungkin benar kata orang bahwa saat hamil pesona seorang wanita sangat tinggi. mungkin begitu pesona seorang calon ibu, pikir Ikhlas.
Ibu hamil yang satu, dengan rambut panjang terikat masih berdiri, tapi tak satupun anak muda yang duduk tergerak hatinya untuk bergantian duduk. Petugas polsuska yang datang mencolek salah seorang pemuda yang menunduk, pura pura tidur.
"mas bangun dong.... kasian ada ibu hamil."
dua tiga kali dicolek, pemuda itu mengangkat wajah. matanya mencorong marah, tak ada sisa kantuknya.
"pak, saya sengaja naik dari bogor biar dapat duduk. saya bayar kok."
"iya mas, tapi kasian ibu iNi.."
"kasihan saya dong pak! saya juga capek ini.. masak dia baru datang malah minta duduk?"
Tampang pemuda perlente itu tampak ngotot, siap ribut mulut. Sang polsuska juga serba salah. di kanan kiri sang pemuda, penumpang lain menutup mata lebih ketat dan berpura pura tidur.
Sang ibu memegang bahu polsuska itu.
"nggak apa pak. resiko saya kok"
dan sang polsuska makin serba salah. beruntung seorang kakek tua di bangku seberang bangkit memberikan duduk pada ibu itu.
"silahkan bu, pasti lelah sekali masih harus bekerja saat hamil besar begitu."
"terima kasih pak."
"nggak apa, bu... saya ingat istri saya dulu liat ibu. istri saya juga terpaksa masih bekerja saat hamil besar. maklum cuma karyawan kecil.."
pertukaran senyum menggantikan kata kata. antara si ibu dengan lelaki tua itu, antara lelaki tua dengan polsuska, dan antara sang lelaki tua dengan Ikhlas yang segera bergeser memberi pegangan pada bapak itu.
Stasiun Tanah Abang, semua turun. Ikhlas mengenang kejadian tadi dan membayangkan wajah sang bapak yang cerah. tak sadar ia ikut tersenyum. wajah itu tenang dan sabar. mungkin begitu wajah orang baik, pikir Ikhlas.
Saat berjalan melewati sebuah kios pakaian, tanpa sadar ia berhenti sebentar. didalam kios tampak ibu hamil berambut pendek yang bersamanya di kereta. wajahnya masih mempesona, tapi perutnya tak lagi besar. ibu itu tampak mengeluarkan sebuah buntalan kain dari balik bajunya, sambil bergosip dengan dua temannya di kios itu.
Tak sengaja Ikhlas mendengar kata katanya;
"...emang enak.. kalau pura pura hamil pasti dikasih duduk, deh.. emang begitu kalo di kereta.. taktik ini, taktik namanya..."
Ikhlas menarik nafas dan mendoakan ibunya. Sepenuh hati..
#fiksikota #microstory
No comments:
Post a Comment