malam tiba. Sumarah membuka lipatan kardus yang
dibawanya diemperan toko beras. disisinya tampak si kecil Upa sudah tertidur
meringkuk beralas semen. perlahan Sumarah mengangkatnya ke alas kardus, sebelum
ia sendiri berbaring di sisinya.
malam tiba. musik menghentak-hentak memenuhi telinga Yoni dan menepiskan segala beban hidupnya. malam ini ia ingin memampatkan semua irama dan nada menggelegar di cafe itu kedalam otaknya, agar masalah, gundah dan kekecewaan tak bisa lagi masuk.
Malam tiba. Rangda membereskan peralatannya. ia harus kerja untuk membayar uang sekolah anaknya. dimasukkannya golok, penutup muka dan sarungtangan ke tas kecilnya.
"kali ini pasti bisa tembus rumah Juragan brengsek itu." gumamnya.
malam tiba. bulan bersembunyi. Suhud mengencangkan jaket oranye nya. "malam ini dingin dan berangin. bakal banyak daun gugur yang memperlama pekerjaanku," pikirnya.
malam tiba. beberapa bintang masih mampu berkelip. Kartika mematut diri di cermin. Seorang gadis jelita dengan dandanan sempurna memandangnya dari balik cermin. Kartika mencoba tersenyum, sudah waktunya bekerja.
suara tawa, tangis dan teriakan murka terjalin dalam setiap malam di kota ini, dan kota mengubahnya menjadi geraman hidup yang menyalakan malam.
bahkan disaat tersunyi sekalipun.
#fiksikota #microstory
malam tiba. musik menghentak-hentak memenuhi telinga Yoni dan menepiskan segala beban hidupnya. malam ini ia ingin memampatkan semua irama dan nada menggelegar di cafe itu kedalam otaknya, agar masalah, gundah dan kekecewaan tak bisa lagi masuk.
Malam tiba. Rangda membereskan peralatannya. ia harus kerja untuk membayar uang sekolah anaknya. dimasukkannya golok, penutup muka dan sarungtangan ke tas kecilnya.
"kali ini pasti bisa tembus rumah Juragan brengsek itu." gumamnya.
malam tiba. bulan bersembunyi. Suhud mengencangkan jaket oranye nya. "malam ini dingin dan berangin. bakal banyak daun gugur yang memperlama pekerjaanku," pikirnya.
malam tiba. beberapa bintang masih mampu berkelip. Kartika mematut diri di cermin. Seorang gadis jelita dengan dandanan sempurna memandangnya dari balik cermin. Kartika mencoba tersenyum, sudah waktunya bekerja.
suara tawa, tangis dan teriakan murka terjalin dalam setiap malam di kota ini, dan kota mengubahnya menjadi geraman hidup yang menyalakan malam.
bahkan disaat tersunyi sekalipun.
#fiksikota #microstory
No comments:
Post a Comment