Setiap musim haji, jutaan orang menyatukan hati dan gerakan mereka menuju ke satu kiblat di Mekah. Eksodus tahunan yang menakjubkan. Keinginan untuk menjadi lebih baik di mata Sang Penguasa alam semesta membuat jutaan individu bergerak menuju satu titik di bumi manusia ini. Ber Hajj alias mengunjungi Allah Azza wa Jalla
Keinginan yang sama, membuat jutaan orang lainnya untuk terus bermimpi menuju tempat yang sama.
Saya salah satu dari mereka.
Musim haji tahun ini, puluhan ribu orang di indonesia juga bergerak. Tapi bukan mengejar impian mereka. Puluhan ribu saudara-saudara saya itu justru terpaksa bergerak meninggalkan rumah-rumah mereka, kerabat mereka, dan bahkan meninggalkan impian mereka. Di Yogya, di Mentawai, di Wasior, di Sidoarjo.
Itu saudara saudara saya.
Harusnya saya salah satu dari mereka.
Di televisi, saya saksikan sepakterjang para relawan yang dengan ikhlas membantu kerabat jauh kami yang tengah kesusahan. Ada yang menyediakan rumah mereka untuk ditempati, ada yang memasak untuk para pengungsi, ada yang menyediakan diri menjadi tim pencari. Mereka mengikuti kata hati mereka, menolong begitu saja. Tanpa hitungan dagang atau mencari-cari alasan. Menurut saya mereka orang-orang bahagia, orang-orang yang mendengarkan hatinya.
Nurani mereka akan membimbing mereka menuju jalan utama; menjadi manusia yang lebih baik di mata Sang Pemilik Semesta. Mungkin, hati mereka malah telah ber Hajj pada Sang Maha Mempesona.
Terus terang saya ingin jadi salah satu mereka.
Musim haji berikutnya saya juga ingin berhaji. Ingin mengunjungi dan mendekati Ar Rahman Ar Rachiim . Entah dengan ikut berbondong bondong pergi ke Mekkah al mukaromah, atau menuju menuju Haji saya sendiri melalui jalan yang berbeda.
Memang saya belum mampu secara finansial kalau harus ke Mekkah, tapi rasanya mendekati Tuhan tak perlu harus ke Arab.
Buat saya tindakan lebih mungkin menunjukkan cinta daripada sekedar simbol seperti mawar atau coklat. Tindakan para relawan, penyumbang dan pekerja yang memberikan bantuan sepenuh hati membuat saya percaya masih banyak kebaikan di bumi yang sekarat ini. Saya memilih seperti mereka yang menyebarkan cinta dengan tindakan, daripada pergi ke Mekkah dengan uang hasil menipu orang yang mempercayai mereka.
Saya yakin Tuhan maha besar. Rasa cintanya pada kita tak mungkin dirangkumkan dalam sekedar gelar Haji atau selembar sorban besar yang habis dililitkan dikepala.
Walaupun begitu, saya tetap ingin ber Haji.
Ber Hajj pada Allah, mendekati Sang Maha Penyayang, agar bisa jadi orang lebih baik di mata Nya. Seperti sahabat Rasul, seperti para Syuhada.
Saya hanya ingin jadi salah satu dari Mereka.
Menjadi manusia yang lebih disukai Tuhan.
Sekarang Musim Haji, kawan.
Ayo ber haji lah dengan memberikan pertolongan pada mereka yang membutuhkan.
didit
----------
Haji : berasal dari bahasa Arab, Hajj:
Secara lughawi, haji berarti menyengaja atau menuju dan mengunjungi. Menurut etimologi bahasa Arab, kata haji mempunyai arti qashd, yakni tujuan, maksud, dan menyengaja.
No comments:
Post a Comment