20 October 2010

Yuk, mulai memberikan sesuatu...

Masih ingat film “pay it forward”? Dalam film itu sang tokoh anak-anak yang diperankan John Haley-Osmond, menolong beberapa orang dengan sebuah permintaan.Kalau orang itu merasa tertolong oleh perbuatannya, ia meminta mereka membalas perbuatan baik itu ke dua orang lain, dan berpesan juga supaya mereka masing-masing membalas perbuatan baiknya ke dua orang berikut. Konsep sederhana menyebarluaskan perilaku membantu itu mempesona saya.

Setelah menonton film itu, timbul dorongan dalam hati saya untuk melakukan hal yang sama. Menolong orang lain tanpa mengharapkan balasan pada diri sendiri, menciptakan gelombang besar pertolongan-pertolongan kecil, yang kemudian segera akan berubah menjadi pertolongan besar bagi seluruh komunitas.
Saya ingin berada dalam gelombang bantuan seperti itu,
meski hanya menjadi buih kecil...

Beberapa minggu terakhir hati saya dipenuhi dorongan itu kembali.
Saya merasa harus berbuat sesuatu buat masyarakat di sekitar saya. Mungkin tak bisa berbuat sesuatu yang besar dan mempengaruhi lingkungan untuk berubah secara drastis, tapi rasanya seharusnya saya ikut membantu sebisanya.

Kepala saya juga dipenuhi pemikiran, yang sebenarnya bukan pemikiran baru buat saya. Intinya berpikir keras, bagaimana saya bisa berguna buat lingkungan saya. Anggap saja sebagai balas jasa saya buat masyarakat, karena saya sudah diberikan kemudahan hidup oleh Allah SWT.
Problemnya ya itu, karena saya orang biasa saja bagaimana saya bisa membantu masyarakat?

Saya bukan orang kaya, jadi sulit sekali membayangkan membantu lingkungan dengan uang atau materi. Tidak juga punya kuasa mengubah lingkungan atau menciptakan banyak pekerjaan bagi masyarakat.
Saya orang yang biasa sekali.

Membaca Tipping Point-nya Malcolm Gladwell, memberi saya inspirasi. Saya memang tidak seperti orang-orang istimewa dalam buku itu, tapi isi buku itu memberi saya semangat. Secara implisit Gladwell setuju bahwa perubahan radikal ataupun gradual, semuanya mungkin terjadi hanya karena peristiwa sederhana.
Keputusan saya pun jadi bulat, saya harus berbuat sesuatu. Mungkin kecil dan tak berarti, tapi paling tidak saya harus membantu berbuat sesuatu.

Memulai sesuatu yang sederhana, saya akan menghubungi sekolah menengah atas saya dulu. Menawarkan jasa, memberikan pelatihan gratis buat adik-adik kelas saya (walaupun kalau sekarang mungkin lebih tepat jadi anak-anak kelas. Pen). Kalau sekedar pengenalan dan dasar-dasar jurnalistik, mungkin saya yang sudah bekerja di dunia itu masih bisa membimbing mereka.

Gak terlalu penting memang, tapi saya kan tetap harus mulai dari sesuatu.


Syukur kalau pelatihan itu bisa memberikan tambahan pengetahuan yang berguna buat masa depan mereka. Akan sangat menyenangkan mengetahui mereka sukses di masa depan, apalagi kalau kemudian mereka juga menularkan ilmunya itu ke ’adik-adik’nya.
Saya percaya, membangun generasi muda adalah kunci mengubah nasib bangsa ini.

Kalau anda membaca tulisan ini, saya ingin mengajak anda untuk melakukan sesuatu.
Pertolongan sepintas, bantuan kecil, tindakan sederhana, untuk membantu seseorang atau sebuah lingkungan bisa berarti banyak di masa depan.
Pikirkanlah apa saja, mulai hanya tersenyum pada semua yang ditemui sampai membagikan kelebihan yang kita miliki pada orang lain. Apapun bentuknya.
Saya yakin kita seharusnya punya sesuatu yang spesial untuk dibagi-bagikan, bahkan jika hanya berupaperhatian dan pengertian.

Tunjukkan bahwa kita peduli pada orang lain dan kondisi negara ini, jangan cuma dengan mengkritik panjang pendek di jejaring sosial. Ayo tunjukkan!
Sisihkan sedikit dari waktu anda mengejar karir atau uang, dan berikanlah perhatian dan bimbingan pada anak-anak muda kita.
Yuk, bantu generasi muda semampu kita....

Didit, 28 September 2010




“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin
yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian”.
(Adz-Dzariyaat; 51:19)

Buat saya, pengetahuan adalah harta saya yang paling berharga, dan kalau didalamnya ada hak orang-orang ’miskin’ maka sudah seharusnya saya membersihkan harta saya itu.
(eddi kurnianto)

No comments:

Post a Comment