19 March 2010

Pahlawan

Seorang teman saya beberapa tahun yang lalu telah mendahului keluar dari bisnis televisi. Menurutnya bisnis televisi itu kotor dan tidak idealis. Teman saya itu memutuskan untuk membuat sebuah production house sendiri, masih di dunia audio visual, tapi memungkinkan dia membuat program sesuai dengan idealismenya.

Terus terang saya kagum pada dia. Walaupun tidak terlalu setuju pada prinsipnya, tapi teman saya itu sudah menunjukkan sesuatu pada saya. Dia berani bertahan dengan idealismenya dan melakukan sesuatu untuk menegakkannya. Bahkan jika itu berarti keluar dari jalur mainstream yang mapan dan nyaman.
Saya memang selalu kagum pada orang-orang yang mempertahankan prinsip mereka -tentunya demi kemaslahatan orang-orang disekitarnya dalam jangka panjang- dan berani keluar dari zona nyaman mereka untuk itu. Orang-orang ber visi yang memilih membeli tanah sendiri, membuka sekolah atau sarana umum dengan upaya sendiri, demi masa depan masyarakat. Mereka hebat, dan buat saya orang-orang seperti itu adalah pahlawan.
Saya selalu kagum pada mereka. Mungkin rasa kagum itu muncul karena saya merasa ingin seperti mereka, tapi tak punya cukup keberanian dan kebulatan tekad. Saya memang termasuk orang yang aman, cukup nyaman dengan pekerjaan yang baik, kehidupan cukup dan ketentraman hari-sehari. Kegelisahan hati yang merasa tidak puas seringkali terpaksa saya tentramkan demi menjaga status quo itu.
Paling-paling saya mencoba bertindak seadil mungkin dalam posisi saya, menolong sebanyak mungkin orang, tapi tetap saja saya tak cukup berani mengubah total hidup saya demi mimpi-mimpi yang sering memberatkan hati.

intinya mungkin saya penakut. Saya memilih jadi bapak pekerja yang aman, demi membiayai keluarga. Jangan salah...ini pilihan, dan menurut saya pilihan saya ini sama sekali tidak salah dan tidak buruk. Buat saya keluarga saya adalah hal terpenting saat ini. Keluarga adalah amanah dari Allah swt. untuk menjadi tanggungjawab saya. Hanya saja di dalam hati seringkali terlintas
pertanyaan; Saya termasuk orang yang selalu di anugerahi berbagai kemudahan oleh Allah SWT. Saya diberikan keamanan, kebahagiaan, rizqi yang mudah, keluarga membanggakan, kesempatan belajar dan banyak hal lain. Kalau saya tidak membagikannya pada orang lain apakah saya tidak akan jadi egois? apakah saya tidak menyia-nyiakan pemberian Sang Maha Pemurah? Saya takut ALlah tidak ridho pada saya...
Saya sangat sayang pada keluarga saya. Untuk mereka saya merundukkan harga diri, menghilangkan mimpi- mimpi pribadi dan membengkokkan prinsip saya, tapi terkadang keinginan untuk melepaskan semua keamanan dan mengejar mimpi-mimpi saya menyeruak dan menggelisahkan hati.

Ah...saya memang bukan pahlawan, tapi saya ingin sekali menjadi sesuatu.
Chairil Anwar bilang; sekali berarti sudah itu mati. Mati sebagai seorang besar yang bermanfaat hidupnya bagi orang lain. Ah... mudah-mudahan sebelum berakhir nanti, saya bisa menjadikan hidup saya bermanfaat bagi orang lain.

hati ini masih gelisah...

Jakarta, 19 Maret 2010

No comments:

Post a Comment