Makan es kelapa muda di depan mesjid agung Kudus. Udara yang panas membuat rasa kelapa muda alias degan, seperti komentar Benu Buloe, lebih sueger bin nikmaat.
Tepat di depan tukang kelapa muda itu, ada sebuah Koran Dinding. Sudah lama sekali saya tidak melihat Koran Dinding seperti itu.
Rasa kangen membaca koran mendadak menyergap saya. Sejak kecil memang membaca koran jadi kegemaran saya. Awalnya membaca komik strip di pojok belakang, lalu ditambah halaman olahraga. Berikutnya baru saya tertarik halaman utama.
Mungkin saya terpengaruh kakak saya. Dia sering merebut halaman pertama kalau saya yang lebih dulu mendapatkan korannya. Tapi dia tidak membacanya, hanya melihatnya sekilas setelah itu langsung mengembalikannya.
Kalau ditanya, dia hanya bilang sedang mencari berita kematian.....
Setiap kali saya jelaskan bahwa berita kematian adanya di halaman kedua terakhir, kakak saya juga selalu bilang dengan percaya diri;
”berita kematian yang saya cari pasti muncul di halaman satu!”
Sejak itu saya selalu melirik halaman satu terlebih dulu.
Koran dinding adalah sebuah tempat baca koran yang diperuntukkan untuk masyarakat. Koran-koran itu ditempelkan ke sebuah dinding yang terletak dimuka umum agar dibaca dengan bebas dan gratis. Kebetulan koran yang ditempelkan di Koran Dinding Kudus, adalah suara merdeka.
Kalau saya tidak salah, koran-koran dinding itu dulu banyak tersebar di hampir setiap kota kecamatan Indonesia. Kalau tak salah lagi, itu adalah salah satu program Departemen Penerangan sejak zaman Soekarno masih presiden Indonesia, dan di teruskan pada masa pemerintahan Soeharto.
Menurut saya, program ini adalah program yang baik untuk mendukung peningkatan kecerdasan bangsa, dan Indonesia adalah bangsa yang cerdas, saya yakin itu.....
Saya perhatikan, bagian utara Koran Dinding itu lebih ramai daripada bagian selatannya. Tampaknya di bagian itulah halaman olahraga tertempel.
Di bagian selatan, tempat saya berdiri, adalah halaman utamanya. Banyak kasus korupsi tertempel dihalaman ini, tapi nyaris tak ada yang membaca. Entah mereka sudah bosan, tak peduli atau memang tengah terkena demam piala dunia.
Saya melirik halaman satu. Berita-beritanya kering sekali, maka saya bergerak ke halaman hiburan. Para artis masih selingkuh, masih kawin cerai dan hamil di luar nikah. Melihat berita olahraga, nyaris semua berita dari luar negeri. Berita dalam negeri sebatas perkelahian dan kerusuhan suporter bola. Hah, membosankan ....
Saya juga melihat berita-berita nasional di koran yang tertempel isinya itu-itu saja. Kebanyakan korupsi yang itu-itu juga, bencana yang terus terjadi dan berita yang terus di blow up padahal tidak terlalu penting. Artis banyak mengisi halaman halaman koran itu. Tidak hanya di halaman hiburan, bahkan di halaman politik. Kasus penting justru tak diketahui akhirnya. Century melenyap perlahan, digantikan mutilasi dan berita jayus dan Gayus.
Saya kembali melirik halaman satu....
Ternyata belum juga muncul obituary.
Didit
Kudus, 27 Maret 2010
Saya menunggu ada berita kematian di halaman satu.
Kematian korupsi dan kejahatan di bumi tercinta ini.....
No comments:
Post a Comment