JIJIK MELIHAT WAKIL KAMI
Anggota DPR sudah memastikan, oktober ini mereka bakal dapat tambahan 10 juta dalam kantong tunjangan mereka yang sudah kelebihan. Ada beberapa hal yang membuat pemberian tambahan tunjangan itu rasanya tidak tepat.
Mereka sudah akan dapat tunjangan itu bulan November depan, padahal rencananya baru januari secara de jure penambahan tunjangan itu dipastikan. (kok bisa sebelum disahkan sudah dikeluarkan). Unik juga, sebuah lembaga yang dibiayai orang lain (baca: rakyat) menentukan sendiri naik penghasilan tanpa mempedulikan orang yang membayari mereka. Padahal seharusnya mereka pelayan rakyat.
Para dewan yang terhormat juga mendapatkan tunjangannya setelah sebelumnya mendapatkan tunjangan yang ‘berlebihan’ menurut ukuran orang indonesia. Tunjangan komunikasi (total telepon dan HP) mencapai 6 juta. Apakah berarti hanya dibayari rekeningnya sampai limit sebesar itu atau diberikan cash sebesar itu? Kalau dibayari bolehlah, dengan asumsi seluruh teleponnya adalah untuk kerjaan. Tapi kalau diberi cash, unik juga… sulit membayangkan pemakaian pulsa perorangan non bisnis bisa sebesar itu. Mereka bahkan punya tunjangan kredit kendaraan sampai 70 juta. Sepertinya diambil ludes, bahkan mungkin minta tambah kalau menilik mobil mobil yang mereka miliki. Belum mobil anak cucunya…
Tapi yang hebat dengan tunjangan baru ini adalah kemampuan mereka (anggota DPR) menahan perasaan. BBM naik tinggi sekali. Ratusan nelayan tak bisa melaut, sejuta buruh di PHK, ratusan orang terpaksa melupakan keriaan idul fitri dan terpaksa merayakan puasa yang berkepanjangan, dan tak asa satupun wakil mereka yang peduli. Wakil wakil mereka malah sibuk mempersiapkan biaya kemahalan yang akan dijadikan upeti bagi partai politiknya. Menjaga supaya dia tetap dapat jatah kursi di pemilu mendatang. Mereka (baca: anggota DPR) memang luar biasa. Mereka bisa menekan perasaan malu dan hati nurani mereka sampai batasan yang tak terbayangkan dimiliki manusia.. entah pelatihannya dimana…AKU SENDIRI MUAL MUAL MEMBAYANGKAN ADA YANG MAU MENERIMA UANG ITU
Menonton SCTV, TRANSTV, dan ANTV (saya sengaja menyebut tiga media elektronik yang saya anggap cukup bagus menampilkan berita ini. Buat yang jago melakukan content analisa coba dibandingkan beritanya dengan METRO atau TV7… monggo, hati hati sakit perut…mual) semakin saya sedih. Wawancara dengan anggota DPR malah membuat asa semakin tipis. Semua menjawab normatif: “..memang rasanya tak pantas,” , “ harusnya mencari saat yang tepat”, “membuat perbedaan semakin jauh”.. dan seterusnya..
Heran saya, kalau semua anggota DPR sudah tahu itu tak waras kok masih lolos? Padahal kan pasti ada voting? siapa pula yang mengusulkan pertama kali? siapa yang mendukung? Belum lagi bagian rumah tangga DPR yang malah marah marah saat ditanya fraksi mana saja yang mendukung dan menolak, ia tegas mengatakan bahwa fraksi partai tercintanya menolak … tapi tetap mengiyakan bahwa alasan penambahan tunjangan itu adalah untuk upeti anggota DPR ke partainya. Jadi kalau menolak di rapat lalu sudah halal makan uang rakyat? Yang benar saja…
Mereka ini bukan wakil rakyat, mereka lebih tepatnya adalah wakil partai. Mereka hanya bertanggungjawab terhadap partai, dan tak peduli pada rakyat yang membayari hidup mereka dan anak anaknya. Bahkan setan pun memenuhi beberapa janjinya pada penyembah berhala, tapi mereka melupakan semua janjinya pada rakyat.
Maaf kalau saya marah…
Saya lihat sendiri orang yang terpaksa makan arang untuk mengenyangkan perutnya. Uang tunjangan 100 ribu sebulan itu hanya ada selama 3 bulan. Setelah itu rakyat harus makan apa? Tunjangan para DPR itu 10 juta dan bertahan selama mereka masih terpilih… maukah mereka memberi makan orang lain dengan gaji itu?
Mereka bukan wakil rakyat…
Lagi pula kenapa sih mereka dinamai wakil? Pantas mereka sewenang wenang. Harusnya mereka adalah public servant, pelayan masyarakat. Toh mereka dipilih melalui mekanisme hukum yang diakui rakyat… mereka dibayar oleh keringat rakyat… mereka diperbolehkan mengaku menjadi juru bicara rakyat… harusnya mereka adalah public servant dan public representatif. Alih alih mereka sekarang jadi party representatif…
aku jadi rindu pemimpin seperti Rasulullah dan sahabat-sahabatnya. pemimpin yang bijak dan merendah seperti Abu Bakar As Shidiq, Pemimpin yang mampu memisahkan pekerjaan negara dan kehidupan pribadi seperti Umar bin Khatab, pemimpin yang takut pada Allah daripada takut tak mendapat kursi. pemimpin yang menggunakan agama sebagai pedoman hidupnya, dan tidak menggunakannya sekedar menggalang suara.
Tadinya aku berharap, ada yang berubah... tapi partai yang mengaku berdasar agama ternyata tak beda jauh kelakuannya dari partai yang terang terangan mengandalkan premanisme dan kekerasan.
No comments:
Post a Comment