20 October 2005

LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN

Saya mengikuti pelatihan dasar kepemimpinan. Dari seluruh program yang diadakan: ada games yang menarik dan membuka mata saya. Kami dibagi menjadi kelompok beranggota 5 orang. Kemudian kami diberi tali panjang dengan kedua ujungnya. Empat orang diperintahkan memegang tali, dan satu orang lagi berdiri ditengah tengah sebagai pimpinan. Empat orang yang memegang tali ditutupi matanya yang satu orang tidak ditutup matanya tapi diminta mencari tempat tinggi (sebuah menara kayu).

Kemudian instruktur membisikkan sebuah bentuk pada orang yang ada di menara kayu. Misalnya segi empat . kemudian sang pimpinan diminta meneriakan perintah pada 4 kawannya untuk membentuk tali menjadi bentuk sesuai perintah instruktur.

Kedengarannya mudah, tapi ternyata sangat sulit. Begitu selesai mengerjakan 4 bentuk kemudian kelompok itu berdiskusi. Ternyata 4 anggota itu rata-rata dengan keras memprotes cara si pemimpin memberi perintah. Yang memegang simpul merasa dia seharusnya jadi patokan, yang paling jauh dari simpul merasa kesulitan berjalan dengan tutup mata dan merasa terlalu banyak disuruh. Sementara dua lainnya merasa kurang mendapat perintah. Padahal mereka semua mendapat porsi perintah dan perhatian yang sama.

Saya belajar sesuatu dari sana. Masing masing anggota yang matanya tertutup dan hanya mengerjakan suatu perintah, merasa lebih tahu dari sang pemimpin yang mengetahui arah, gerakan dan posisi seluruh crew. Aku pikir; benar juga, ternyata saat jadi bawahan kita sering protes ke tidak adilan atasan karena merasa ditekan terus. Padahal mungkin itu untuk tujuan yang lebih besar dari sekedar tujuan divisi kita. Pemimpin yang melihat secara wholeness terkadang malah disalahkan karena dinilai tidak mengerti hal detail..

Sejak itu saya putuskan untuk mengurangi protes saya berkaitan dengan kebijakan. Saya pikir lebih baik memfokuskan energi saya untuk menyelesaikan masalah yang jadi bagian saya. Mungkin dengan itu saya bisa lebih berguna bagi keseluruhan tim dan perusahaan saya.

Ah.. kenapa saya menulis tentang pengalaman itu ya? tiba tiba saja pengalaman itu melintas lagi di kesadaranku.

Sebenarnya aku sedang ingin menulis tentang keindahan. tapi sulit sekali bicara indah kalau matamu menatap tangisan yang berpendar pendar, hidungmu mencium kemiskinan yang berbau busuk, dan telingamu mendengar penderitaan menjerit jerit. Memang keinginan tak selalu sejalan dengan kenyataan, tapi kali ini bahkan ketakutan pun dilampaui oleh kenyataan itu. .

bukan mau protes atau apa, saya juga tahu kalau pengetahuan saya cetek, tapi masalah BBM ternyata benar benar menyakiti batin saya. Saya tidak menyalahkan bapak presiden atau mentri mentri yang menaikan harga. Mungkin harga BBM memang harus naik, supaya lebih banyak dana dari luar masuk ke Indonesia. Supaya lebih banyak uang bias dikaryakan buat masyarakat kita. Dan alas an alas an ekonomi lain yang saya kurang paham.

Saya Cuma miris melihat nasib 30 persen masyarakat Indonesia yang mendadak jatuh dibawah garis kemiskinan. Karena nggak bisa berusaha lagi, karena nggak bisa beli makanan lagi, karena tetangga tak lagi mampu menyumbangnya, Saya Cuma sedih melihat antrian minyak dan sembako yang muncul lagi seperti jaman penjajahan dulu. Saya Cuma kesal karena kereta mendadak penuh orang orang yang tak mampu lagi naik bus umum yang tarifnya melonjak gila gilaan.

Tapi saya tidak sedih kala membaca harian umum yang menulis tentang kelakuan petinggi bangsa kita. Saya marah membaca penghasilan anggota DPR sampai 50 juta sementara di kawasan pantai, para nelayan hanya makan sekali sehari. Saya jadi marah melihat wakil wakil rakyat rebut soal tunjangan mobil terbaru mereka, sementara nyaris 1 juta pekerja di PHK menjelang hari raya. Saya marah membaca ketua MA yang dicurigai korupsi masih bisa hidup santai di istananya, sementara makin sedikit yang sadar kalau tetangga mereka belum makan beberapa hari.. yam akin sedikit yang sadar karena mereka juga harus menahan lapar..

Ah.. saya hudznuzon saja. Pastinya para pemimpin kita tengah mengejar masa depan bangsa yang lebih baik saat memutuskan kenaikan BBM ini dan mudah mudahan negara ini tidak dianggap sekedar latihan dasar kepemimpinan buat mereka.

No comments:

Post a Comment