18 July 2004

SOMBONG

penyakit hati yang satu ini yang paling susah diberantas buat saya. masalahnya, pemicunya bisa apapun. kelebihan apapun bisa memicu sombong untuk muncul. lebih ganteng, lebih cantik, lebih kaya, lebih pintar, lebih unik, lebih berani, lebih aneh, lebih cepat, lebih jarang ada, lebih banyak sedekah, lebih khusyuk shalat, lebih baik hati, lebih pemurah, lebih disukai, lebih ditakuti, lebih banyak sedekah, lebih banyak berhaji, lebih alim, lebih sopan, dan daftar ini tak akan pernah selesai. itu baru kelebihan, atribut juga bisa memunculkan sang sombong. anak haji, anak medan, anak kolong, guru, murid, pekerja seni, penulis, presenter,tentara, wartawan, Dokter, insinyur, profesor, pemimpin umat, presiden, alim ulama, orang baik, atau atribusi apapun yang bisa dikenakan manusia.
susah sekali menangkis sang sombong hinggap di hati.

saya merasa terlalu percaya diri dan mungkin sombong (tapi mudah-mudahan tidak). memang tipis sekali beda percaya diri dan sombong. tapi saya pasti saya pernah terperosok menjadi orang yang sombong (mudah-mudahan tak akan lagi), setahun berkerja saya punya cukup banyak pengetahuan untuk menyombongkan diri. saya bisa mengajari orang dan menunjukkan apa kurang mereka. saya bisa memperlihatkan bagaimana melakukannya lebih sempurna. saya jadi sombong. sangat sombong (dan mengingatnya membuat saya malu). saya mulai menasehati orang-orang yang lebih tua dan berpengalaman, sekaligus pimpinan saya. walau saya tahu saya benar saat itu, saya tahu saran saya efektif untuk saat itu, dan saya tahu apa yang saya katakan berdasar kuat; tapi terlepas dari benar atau salah, cara saya menyampaikannya benar-benar keterlaluan. saya memaksa mereka mengakui saya benar. saya memaksa mereka mengikuti jalan yang saya tunjukkan, dan kalau tidak saya marah dan mulai merendahkan mereka, dengan sikap dan kata-kata. walau mungkin saya benar, saat itu saya adalah orang sombong yang tak tau diuntung. keparat yang sialan (ups..pardon my languages). sok tau yang bikin kesal.

saat itu saya lupa. walau saya mungkin mengambil keputusan benar di satu kesempatan, mereka pasti telah mengambil lebih banyak lagi keputusan benar dimasa lalu untuk mencapai posisi mereka. saya tak ingat, pengalaman mereka pasti telah membuat pertimbangan mereka lebih luas dan jauh dari pandangan saya. saya alpa kalaupun mereka keliru bisa jadi hanya kekhilafan semata. mana boleh menyalahkan orang yang lupa, benar 'kan?

Setiap mengingat masa-masa itu saya malu. bagaimana mungkin saya begitu sombongnya pada orang yang punya pengalaman, ilmu dan pandangan lebih luas dari saya. saat itu saya seperti seorang anak yang kepedasan mencicipi sambal ilmu pengetahuan yang terlalu banyak untuk diwadahi bejana jiwa saya. saya seperti anak kecil yang kepedasan, megap-megap dan bertindak diluar kendali. mabuk kepedasan.
kalau ingat masa itu, saya malu sekali.

saya berharap tidak pernah lagi ditulari penyakit sombong lagi. sakitnya tidak seberapa, tapi malunya itu....

saat ini sepertinya saya banyak melihat teman-teman muda saya kepedasan. mudah-mudahan mereka meminum air hangat, sebab air es yang menggoda tidak menghilangkan pedas.

No comments:

Post a Comment