SUPERMAN
hari masih pagi sekali saat aku keluar rumah. embun pun masih malas meninggalkan ujung dedaunan. matahari memang sudah muncul, tapi sinarnya belum lagi mampu menghangatkan hari. malam masih menyisakan kuasanya, dalam kokok ayam-ayam jantan yang berlomba untuk menjerit paling keras. Hari ini kembali aku naik kereta.
saat aku tiba, kereta di sepur dua sudah penuh. banyak orang yang berjejal dipintu. padahal ini kereta baru berangkat setengah jam lagi. aku tidak akan naik kereta yang itu. di jalur empat, sebuah kereta telah menunggu. gerbong kedua dari belakang,- gerbong langgananku - masih cukup kosong. baru ada sekitar 9 orang yang duduk saling berjauhan. aku tak takut menunggu, selama ditemani komik superman terbaru.
Superman memang tokoh favoritku. manusia baja, cukup cepat untuk melesat secepat peluru, cukup kuat untuk menghadang lokomotif, dan sangat tangguh menghadapi segala rintangan apapun bentuknya. dalam komik terbaru ini, superman bertemu tanding saat ia bertarung melawan seorang ahli sihir. ahli sihir itu mampu menguasai tubuh si manusia baja dan menggunakannya untuk menghancurkan sebuah kota. kehebatan tubuh superman tak terkatakan. menjebol bendungan, merusak gedung-gedung dan menjatuhkan pesawat penumpang. walau aku tahu akhirnya pasti pemenangnya adalah manusia baja, kisah itu tetap menarik dibaca.
peluit kepala stasiun berbunyi. pengumuman menyatakan 10 menit lagi kereta akan berangkat. Dari arah pintu stasiun, tampak seorang bapak tua masuk terburu-buru. ia menyerahkan selembar karcis, sambil tetap menggendong dua keranjang besar-besar. saat dengan terburu-buru ia melintasi jalur satu menuju gerbongku, dari tempatku berdiri yang tampak hanya dua keranjang besar terayun-ayun.
keranjang itu ternyata berisi buah-buahan, mungkin dari kebunnya.
Bapak tua itu mendengus, sebelum meletakan sebuah keranjangnya di atas kereta. perlahan di dorongnya, keranjang itu ketengah sebelum kembali mengangkat keranjang kedua. perlahan aku bangkit dan membantu menyeret keranjang pertama lebih ke tengah supaya ia mudah meletakkan keranjang kedua. tak kuduga keranjang itu berat. aku harus mengerahkan tenaga dan sebagian berat badanku untuk menariknya.
dia benar-benar kuat. bapak tua itu menyusul keranjangnya naik kereta. bercelana pangsi, bertelanjang kaki, ternyata tingginya hanya sampai pundakku. kulitnya yang hitam membungkus tangan kecil berotot yang menonjolkan tulang-tulangnya. dengan tubuh sebesar itu entah darimana tenaganya untuk menggotong dua keranjang penuh buah-buahan.
"kamana, pak?" ku coba berbasa-basi. orang ini sangat menarik hatiku
"pasar minggu." ia menjawab singkat sambil membetulkan ikatan pikulannya pada keranjang. ia menjawabku tanpa menoleh padaku. tanpa tersenyum, tanpa basa-basi.
"dijual nya?" pertanyaan bodoh!
ia mengangkat kepala dan memandangku. wajahnya tua dan keriput ditempa perjuangan hidup. ia tersenyum. barangkali ia menduga rejeki akan datang dariku.
"seribu jambunya sebiji, pisangnya delapan ribuen,"
"boleh pak, saya ambil jambunya lima," aku pilih buah jambu yang tampak matang dan kubayar dengan lima ribuan. pas.
ia mengambil uang itu dan menggosokkannya pada keranjang. aku merasa mendengar bisikannya -laris manis-
kemudian dia duduk dipintu kereta api. berpegangan pada keranjangnya. aku duduk disebelahnya sambil menggeragoti jambu miliknya. kucoba berbincang, ternyata sesungguhnya dia cukup ramah setelah curiganya lenyap.
namanya pak ahmad rojik, ia lebih sering dipanggil Encang Amat. dia tak tau usianya, hanya dia samar-samar ingat saat masih kecil dibawa orang tuanya mengungsi, saat tentara belanda datang kembali. ia ikut berjuang jaman aksi militer belanda pasca proklamasi, katanya. walaupun hanya menjadi penyuplai makanan, ia ikut mengusir penjajah. dengan bangga ia bercerita bagaimana seorang komandan kompi menitipinya surat penting 'sangat rahasia' untuk disampaikan melintasi garis pengawasan musuh. bagaimana keberhasilannya membuat satu batalyon belanda hancur. bagaimana ia kemudian dianugerahi surat tanda terima kasih...
aku tidak tahu kejadian itu benar atau tidak, tapi cara berceritanya sangat menyentuh. bangga dan penuh semangat. saat itu matanya berkilat-kilat dan menyala.
mata yang sama berubah menjadi lembut, saat ia bercerita tentang keluarganya. istrinya, yang dulunya seorang kembang desa, 3 orang anaknya, dan 7 orang cucunya. mata yang sama berkaca-kaca saat mengisahkan kehidupan anak-anaknya. anak pertamanya bekerja di malaysia tapi tak pernah kembali, meninggalkan istri dan 2 anaknya dibawah tanggungjawab encang Amat. 2 anak lainnya bekerja serabutan. sebelumnya anak keduanya sempat bekerja di pabrik, tapi di PHK dan kini membantunya berjualan buah di pasar minggu. sementara anak ketiganya memilih jadi pengojek dengan motor sewaan.
mereka masih tinggal di rumah yang sama dengan Encang Amat, secara tidak langsung juga masih menumpang biaya darinya. dia tak keberatan bekerja dalam usia tuanya demi anak cucunya.
di pasar minggu encang Amat turun. kubantu dia mengusung keranjangnya turun dari kereta. kulihat dia menuruni tangga sambil menyerahkan tiketnya. tubuhnya yang kecil bergoyang-goyang diapit dua keranjangnya. sampai keretaku bergerak, dan tubuh kecil itu menghilang dibalik pagar stasiun aku masih mengamatinya. dia orang istimewa.
kuperhatikan sekelilingku. pedagang-pedagang berteriak menjajakan jualannya, ibu-ibu tua yang duduk kelelahan di lantai disisi plastik-plastik belanjaannya. anak-anak kecil pengamen yang memaksakan menyanyi dengan pita suara yang sudah serak. pekerja-pekerja harian yang menyambung tidurnya di kereta, karena itulah satu-satunya kesempatan mereka tidur.
tiba-tiba komik ku tak menarik lagi. encang Amat dan mereka-mereka inilah adalah tokoh dalam cerita yang nyata. merekalah superman dalam kehidupan yang riil.
mereka lebih hebat dari superman karena berani menghadapi kerasnya kehidupan tanpa kekuatan super. mereka mampu bertahan dalam badai kehidupan, tidak bertekuk lutut dihantam kesusahan, dan terus berjuang walau hampir tak ada harapan. merekalah superman yang sesungguhnya.
cerita hidup mereka penuh warna airmata, perjuangan, dan pengorbanan. dan yang jelas, akhir ceritanya tidak dapat ditebak.
komik superman di tanganku benar-benar kehilangan daya tariknya.
No comments:
Post a Comment