21 March 2004

OUTSIDER

"kamu mau oleh-oleh apa? Ade pergi ke Bali nih.."
"wah , saya sih orang luar gak minta oleh-oleh apa-apa"
percakapan itu terdengar di kantor pagi ini. sedikit kaget, tapi kemudian aku tersenyum. perasaan seperti itu seringkali menghinggapiku. saat aku diposisikan sebagai asisten produser di sebuah acara dini hari, aku merasa seperti itu. acaraku tak diperhatikan, aku tak diperhatikan.

setelah 6 bulan bertugas di acara tersebut, baru aku mampu mengendalikan diri dan mengembalikan motivasi kerjaku. toh memang tak banyak yang dapat dikerjakan. aku tak punya tim peliput atau kesempatan meminta fasilitas. jadi kemudian aku memutuskan memperbaiki kualitasku, daripada terus mengeluh. saat itu aku merasa menjadi seorang yang berada di luar lingkaran kerja. seorang yang mengawasi pekerjaan dan tidak sepenuhnya terlibat didalamnya. aku merasa menjadi seorang outsider.

sebagai outsider, aku tidak mampu berbuat apa-apa. hanya mengikuti arus, dan tak berdaya memperbaiki atau merusak sesuatu. aku tak berperan pada sistem itu, selain sebagai pengamat. sakit rasanya tidak punya power berbuat sesuatu, kalau kita masih memiliki keinginan untuk mengubah atau ikut campur dalam 'permainan'. tapi sebagai outsider; akhirnya aku tidak merasa perlu ikut campur atau berperan apapun dalam sistem ini, jadi aku tak sakit hati dipinggirkan. aku hanya mengerjakan tugasku dan kemudian beralih menjadi pengamat. berada di dalam sistem tapi tak terkait dengan sistem.

tahukah kamu? mengamati tanpa mencampuri itu memabukkan. kamu tak perlu menyalahkan dirimu atas segala kerusakan. kamu tak perlu menjadi bangga dan sombong -yang besar kemungkinan berujung sakit hati jika disinggung- saat yang tercapai adalah keberhasilan. menjadi pengamat bak candu. membuatmu merasa berkuasa atas dirimu dan hasil pengamatanmu.
apalagi sejak menjadi orang luar; aku memperoleh kembali ketajaman pengamatan, kejernihan pertimbangan, dan netralitasku. ini adalah harta karun yang sangat berharga.. aku kembali merasa bangga menjadi seorang jurnalis. aku merasa kembali ke jalurku sebagai pengamat dan pemberita; bukan orang-orang yang ikut bermain.tinggal mengembalikan kepercayaan diriku dan aku siap kembali mencoba jadi wartawan.

jadi kalau lain kali temanku itu menjawab dengan sedih; "aku 'kan hanya orang luar..."
aku berjanji akan berkata padanya: "berbahagialah menjadi outsider, apalagi kamu adalah wartawan.
berbanggalah kalau kau masih bisa menganggap dirimu outsider; dari sebuah sistem, sebab keterikatan akan membatasi kejernihan dan pendirianmu."

No comments:

Post a Comment