23 March 2004

SAAT INI SEDANG MUSIMNYA BERBOHONG



aku mendengar janji-janji di ucapkan dengan mudah

aku mendengar janji-janji di muntahkan bersamaan dengan ludah

dengan mulut berbusa dan mata nyalang oleh nafsu

ratusan orang berebut kursi

seolah-olah tanggung jawab adalah sebuah anugerah



ratusan orang melupakan kesejatian mereka

cendekiawan, rohaniwan, kiai, pendeta, cerdik pandai, guru, ahli hukum

berbaur bersama dengan preman, penjilat, pantat kuda, bekas pejabat

dengan mulut berbusa oleh janji yang akan segera diingkari

mereka berebut jabatan

seolah-olah kewajiban tak punya konsekuensi



berteriak, mencela sahabat sesama pendosa

menjerit, seolah merasakan sakit orang yang ditindasnya



berbohong yang dulu dilarang dalam ceramah-ceramah

kini seolah menjadi platform cara bicara para ustad

pepatah sedikit bicara banyak bekerja; seolah dilupakan

jika diam itu emas; kini bicara menjadi platina

ludah-ludah yang beterbangan

baunya hanya diimbangi busuknya liur mereka

yang berceceran sepanjang altar

melintasi karpet merah dan tangga dari tanah liat

mereka saling berebut, mencakari temannya, melolosi senjata

saling membacok, menyabet, memuntahi rival yang dulu sobatnya



malu aku pada peci-peci mereka

pada kopiah dan surban

pada jenggot dan ketuaan



tapi kini memang jamannya bicara bohong

walau aku malu; tapi akupun terkadang ikut berbohong

demi selembar uang bergambar mantan presiden dan sepotong kaos partai





No comments:

Post a Comment