30 September 2015

fiksimini #52

Jalanan kota disirami cahaya. Dari belakang kemudi, Raina melihat kota yang berpendar dan hidup, padahal jam sudah menunjukkan jam 12 malam. Puluhan mobil melaju di jalanan yang mulai lengang. Berpacu seolah bisa mengakali waktu jika mereka menekan gas cukup dalam.

Raina menekan gas lexus nya lebih dalam. Ada air disudut matanya. Perpisahan dan kesendirian tak pernah menyenangkan, bahkan ditengah riuhnya malam.

Gunalan memacu motor bebeknya kencang kencang. Hari ini kekasihnya sendirian dirumah dan mengundangnya datang. Sang suami sedang berlayar.

Dua pemuda mengendarai motor kopling tua perlahan, menyusuri tepian jalan raya. Mata mereka nyalang mengawasi parkiran sebuah mini market. Pemuda yang dibonceng menyiapkan kunci leter T dan sebilah pisau.
Mereka mengawasi seorang ibu-ibu dengan anaknya yang baru saja memarkir motornya. Panon, pemuda yang berada di depan, sejenak muram. Terbayang adiknya yang sedang sakit, kelihatannya seusia dengan anak yang dibawa ibu itu. ia menghela nafas.
sang ibu terdengar membentak bentak, berjalan setengah menyeret anaknya kedalam minimarket.
 -jangan dipaksa bu - pikir Panon muram. Ia tak akan pernah menyeret adiknya seperti itu.
Dibelakangnya, Ardin, sang teman malah menahan nafas. Mengeratkan genggaman pada pisaunya sambil membayangkan miras yang akan dibeli.
----------

Hari berganti. Pukul satu pagi, dan polisi mencatat tiga kejadian.
Seorang wanita tewas ditusuk saat pencuri merampas motornya. Anak kecil yang bersamanya sudah diselamatkan ke pos polisi terdekat. Sang pencuri kemudian tewas dikeroyok massa karena motor yang dicurinya mendadak mogok.

Hanya dua ratus meter dari lokasi pengeroyokan, seorang pengemudi motor tewas ditabrak lexus mewah. Pengemudi lexus diduga depresi, tapi dia ngotot berkata bahwa sang pengemudi motor yang mendadak memotong jalan mobilnya.

Di Pos Polisi sedikit lebih ketengah kota, seorang wanita lain melaporkan penculikan anaknya, sekaligus pencurian motor oleh pembantu wanitanya. Saat diminta mengisikan bensin yang tinggal sedikit, sang pembantu malah mengajak anaknya yang masih kecil dan kabur. Ada surat permintaan tebusan yang ditinggalkan.

Kota selalu menyediakan hiburan dan keputusasaan yang berlimpah, terutama dimalam hari. Selalu saja  ada yang menjadi korban dan pelaku. Kita tak tahu, siapa jadi yang mana.

No comments:

Post a Comment