02 May 2014

fiksikota #2



alkisah, disebuah negeri yang sebagian besar penghuninya mengaku beragama, diadakanlah sayembara besar untuk memilih para pekerja di istana.

seorang rakyat sejati, bernama kawulo, yang seumur umur tak pernah naik pangkat jadi wakil rakyat atau turun pangkat jadi civil servant, berdoa ditengah alun alun kota:

"ya Tuhan, jangan biarkan kursi kursi istana diambil alih para calon yang menganggap memajang foto foto di baliho sebagai ibadah.
ya Tuhan, jauhkanlah juga mereka yang jumawa menganggap pembantaian dan penculikan bisa kedaluarsa dan dilupakan keluarga yang anak anaknya hilang.
ya Tuhan, hindarkan kami dari para pemimpin yang lebih korupsi berjamaah daripada membantu masyarakat. saya dengar Tuhan, bahkan ada diantara mereka yg menganggap membantu partai itu sedekah yg lebih baik daripada amal jariah.
dan Tuhan, tolong juga jangan sampai memilihkan pemimpin yang tergila gila pada mobil sport atau wanita.
terakhir sekali, Tuhan, tolong maafkan orang orang yang golput karena mereka memilih untuk itu. Saya juga takut kalau terpaksa atau dipaksa memilih pemimpin yang buruk, saya ikut masuk neraka bersamanya."

Kawulo pun ditangkap, karena dia berdoa keras keras di tengah lapangan. dia di filmkan oleh sesama rakyat yang setuju dengannya, lalu di upload, di twit, di retwet, di tag dan di share ke seluruh negeri. Kawulo dianggap menghasut dan menyebarkan fitnah -beberapa bilang ia adalah antek konspirasi asing- untuk menggagalkan pemilihan penghuni istana.

Kawulo pun ditangkap. ia ditelikung dan disandera ratusan orang berseragam. entah seragam apa. mereka tampak garang saat mengenakan seragam, sorban dan loreng mereka. tapi sang rakyat bisa melihat dibalik topeng mereka ada ketakutan dan kepatuhan pada siapaun yng membayar. mereka lebih pesuruh daripada penjaga.
mereka menyeretnya sepanjang jalan. Kawulo tak menangis, walau hatinya sedih melihat rakyat harus menindas sesamanya.
ia pun diseret ke sebuah gedung megah untuk diadili.

"kamu tahu kesalahanmu?" tanya Juru Adil pada rakyat bernama Kawulo itu sambil meng sms seorang penghubungnya. isinya: minta 1 m. jangan mau kurang.
"saya tidak tahu pak."
"kamu menyampaikan pikiranmu di muka umum. menghasut rakyat"
"saya sedang berdoa, pak"
"berdoa itu malam hari, saat sendiri. dimasjid, gereja atau wihara. bukan ditengah alun alun."
"tapi pak, rakyat memang harus dengar"
sang Juru Adil garuk garuk kepala. entah karena jawaban rakyat itu atau balasan sms yg tak sesuai keinginannya.
"maksud kamu apa rakyat harus dengar? kamu memang mau menghasut?"
Kawulo menarik nafas. pelan dan dalam. lalu menjawab perlahan seperti menjelaskan mekanika pada tukang becak."Pak, dalam politik ada jargon, suara rakyat adalah suara Tuhan. karena doa saya agak politis ya Tuhannya rakyat. Supaya doa saya dikabulkan, ya Tuhannya harus dengar."

sang hakim tersentak. dia bingung. maka dia bertanya pada asistennya.
"apa maksudnya? kamu pernah dengar?"
"ah..kalau tidak salah, jaman dulu ada sebuah partai yg pakai semboyan itu. Saking lamanya berkuasa mungkin, mereka merasa seperti itu."
"seperti apa? seperti rakyat atau seperti Tuhan?"
sang asisten menarik nafas berat sebelum menjawab..
"menurut bapak bagaimana?"
"seperti Rakyat ya?"
"sendiko, yang mulia"
" oke... lalu apa mereka partai besar dan kaya?"
"kurang tahu pak, tapi saya tidak yakin. pemimpinnya saja hutang sama rakyat yg terkena lumpur sampai bertahun tahun belum dilunasi."
"ohhh begitu," sang Juru adil manggut manggut. Kalau tidak punya uang lupakan saja"

sang Juru Adil pun menegakkan tubuh dan memandang pesakitan didepannya. ia bersabda.
"karena terbukti tak bisa menyewa pembela, maka rakyat dijatuhi hukuman paling berat."
Kawulo gemetar ketakutan, ia takut neraka, takut dosa, takut penjara. dengan prihatin ia mendengarkan kata kata sang juru Adil.
".... hukuman paling mengerikan, miskin seumur hidup!!!"

pemirsa mendesah, merinding mendengar kejamnya hukuman itu. Kawulo juga menarik nafas panjang. Lega.
Kalau hanya miskin, rakyat sudah terbiasa. ia jadi tahu apa yang paling ditakuti golongan penguasa. ia mendapat pengetahuan yang berharga.

esok hari Kawulo kembali berada di lapangan, meneriakkan doa doanya pada para pemilik negeri yang masih mau mendengarnya.

#fiksikota #microstory

No comments:

Post a Comment