18 March 2014

Tentang Nama

saya menduga, dulu, bapak dan ibu kami sangat peduli pada abjad dan berniat memberi nama anak anaknya berdasarkan urutan abjad.  yah, walaupun inginnya begitu, tetap saja (seperti jargon) manusia berusaha tapi tetap Tuhan yang menentukan.

Kakak tertua saya diberi nama dengan awalan abjad paling pertama, A untuk Agung. Kalau mas Agung masih hidup dan bersekolah, sepertinya nomer absennya pasti dibawah 10. Sayangnya mas Agung meninggal saat masih bayi.
Anak kedua, menurut saya, pastinya direncanakan bernama Budi Wahono. B untuk Budi. Mungkin kemudian ditambahi kata Pandu, dengan harapan bisa menjadi awal atau penunjuk arah bagi adik adiknya yang lahir kemudian. Maklum mas Pandu ini terpaksa jadi anak pertama. alhasil nama anak kedua ini pun menjadi Pandu Budi, gagal memakai abjad nomer dua sebagai awalan namanya.

Anak ketigapun -saya kira- awalnya disiapkan dengan abjad ketiga; C untuk Chris. hehehe mirip orang barat ya? kalau yang ini saya duga masalah budaya yang campur tangan. Chrisnadi (mungkin artinya chris anaknya pak saptadi) terbilang tidak akrab dengan lidah Indonesia ditempat kakak saya ini lahir, Bali.
Saya duga Nama Dewa dewa ala agama Hindu mempengaruhi sang tukang ketik akte, maka saat dikatakan chrisnadi, yang ditangkapnya adalah Krisnadi (yang artinya kira kira berhati kresna). Budaya hindu dan budaya birokrasi salah ketik mungkin bertanggungjawab mengubah nama kakak saya yang satu ini. 
Karena nama adalah doa, maka akibatnya kakak saya yang satu ini juga mewarisi beberapa sifat kresna seperti tenang, bijaksana, cenderung bersifat brahmin dan punya ketertarikan pada konflik kenegaraan. hehehe selain warna kulit yang juga agak gelap.

kakak saya yang berikut beruntung. Sebagai anak keempat, mbak yuni berhasil dengan sukses memakai huruf keempat dalam abjad sebagai nama depannya.D untuk Diana. Nama yang kuat, indah dan ada di nyaris semua kebudayaan besar di dunia.

Dugaan saya, nama saya sendiri juga dipengaruhi kesalahan ketik. Eddi dengan dobel "d" artinya jauh berbeda dengan edi dalam bahasa sanskrit ataupun jawa kuno. Edi berarti jaya atau berhasil, sedang eddi... artinya: not found on dictionary (menurut mbah gugel).

Nama pemberian orang tua buat  saya ini adalah Eddi Kurnianto Saptawan. betul E untuk Edi...

Sebagai anak kelima, huruf abjad e memang pas jadi awalan nama saya. lucunya dulu, di raport SD , nama saya selalu terbalik. Saptawan Edi Kurnianto. bahkan saya dipanggil saptawan atau wawan disekolah. entah kenapa.
Waktu SD hal itu tidak terlalu saya pedulikan. seperti om Shakespeare bilang; "what is in a name" alias apalah arti sebuah nama. buat anak kecil seperti saya waktu itu,  yang penting saya menengok kalau di panggil. Bahkan di tanda tangan ijasah SD -yang masih saya pakai sampai sekarang- huruf awal paraf itu menggunakan huruf "S" bukannya "E". Nama keren saya saat itu: Saptawan.

Baru saat SMP pembalikan nama itu jadi masalah. Seperti umumnya anak SMP dirumah saya waktu itu, ada trend menambahi nama kita dengan nama orang tua. Maklum, umumnya nama anak anak di Ciledug hanya satu kata, seperti Marsin, Senan, Tripawoko. Supaya administrasinya gampang, maka di absen sekolah ditambahkanlah nama orang tua, dan itu dipakai dalam pergaulan sehari hari.
Sebenarnya dengan nama saya yang tiga kata -disiapkan untuk mengisi passport, kalau versi saya- tidak ada kesulitan, tapi toh demi azas keadilan tetap saja ada nama bapak Saptadi menempel di nama belakang saya.

Satu lagi tren saat itu adalah panggilan dengan menggunakan inisial nama. Marsanto bin Juhari dipanggil eM Je,  Jahroni bin Mardani dipanggil Ji Em. nah.. saat itulah nama saya jadi bermasalah. Singkatan dari: Saptawan Edi Kurnianto bin Saptadi selalu jadi bahan tertawaan. ya..ya..itu dia.. jangan diulangi keras keras sambil tertawa begitu ah...

Di saat saya gundah karena nama, tiba-tiba ada titik terang. ternyata menurut akte, nama saya adalah Eddi Kurnianto Saptawan. singkatannya menurut saya.lebih keren, dan bahkan bisa disingkat menjadi satu huruf "X".
Jadi tau dong bagaimana teman teman  memanggil saya? benar sekali..
mereka memanggil saya Didit. Itu nama panggilan ngetop yang digunakan oleh semua orang rumah dan tetangga, termasuk anak anak balita yang setiap pagi muncul di depan rumah dan memanggil: didit, didit, didit..
ya benar, didit saja... tidak pakai mas, om, kak atau pak.

begitulah cerita tentang nama kakak kakak saya dan saya - Tentunya menurut dugaan dan persepsi saya saja karena pada saat mereka diberi nama, saya bahkan belum direncanakan.
Masih kurang yakin? cek nama adik adik saya : F untuk Fuad dan G untuk Galih pamungkas, ahaha... terlihat kan polanya? jadi kalau Shakespeare bilang, - apa arti sebuah nama - buat saya sebuah nama adalah pembawa doa dan kreatifitas. 
ide nama dari bapak dan ibu pasti unik sekali saat itu, terutama ditempat kami dilahirkan, dan itu membuktikan kreatifitas orang tua saya.  Saya selalu bersyukur dengan nama ini,  bersyukur saat itu mereka tidak memutuskan memakai urutan angka jawa untuk penamaan anaknya. Kalau iya, bisa bisa nama saya sekarang jadi  Limo Kurnianto. 

ditulis di kereta menuju jakarta, akhir februari 2014.

No comments:

Post a Comment