18 April 2013

Resensi : Extremely loud & incredibly close’




A special movie for parent of special needs children

Film ini mengusung banyak nama besar, Tom Hanks, Sandra Bullock, Max Von Sydow, John Goodman dan beberapa wajah familiar di perfilman Hollywood, tapi dibanyak situs review film ini hanya diberi nilai average. Buat saya, pribadi,  film ini justru menyentuh sekali dan saya berikan nilai tinggi. Sebuah film bagus yang membuat saya menangis, tertawa dan menangis lagi.

Tokoh utama dalam film ini adalah seorang anak bernama Oscar schell. Anak yang bermasalah, neurotic, penuh ketakutan pada dunia. Selalu mengukur dunia dengan fakta dan angka, dan terganggu dengan segala macam suara keras dan emosi dari orang-orang yang terlalu dekat dengannya. Singkatnya Oscar tergolong sebagai anak special need. Anak yang hanya merasa dimengerti oleh sang ayah Thomas Schell.

Oscar mengalami kesulitan bersosialisasi dengan orang lain dan nyaris sepenuhnya bergantung pada ayahnya untuk memaknai dunia. Dunianya yang aman tiba-tiba berubah, saat sang ayah menjadi korban dalam peristiwa ledakan WTC tahun 2011. Oscar merasa dirinya telah mengecewakan sang ayah karena tidak mengangkat telepon terakhir ayahnya. Saat ia menemukan sebuah kunci dalam amplop kecil bertuliskan nama ‘black’ dalam sebuah vas dikamar ayahnya, Oscar menduga itu adalah peninggalan terakhir dari ayahnya untuk dia. Ia pun memulai perjalanannya untuk mencari arti kunci peninggalan itu.

Oscar yang mengalami kesulitan bersosialisasi memulai petualangannya, meriset, mencari dan mendatangi 429 orang bernama Black yang ada di New York, tentunya tanpa memberitahu sang ibu. Petualangan yang luar biasa bagi anak spesial berusia 9 tahun.
Sampai di bagian ini saya sudah meneteskan air mata. Oscar Schell yang diperankan Thomas Horn mengingatkan saya pada anak saya, Radit. Anak spesial yang sulit membaur dengan lingkungannya. Membayangkan anak seperti Radit berkeliling kota, bertemu dengan orang-orang yang asing disebuah kota seperti New York, kembali membuat saya meneteskan airmata.

Pencarian Oscar mengantarkannya bertemu dengan berbagai jenis orang, dan berbagai perlakuan. Saat ia berhasil menemukan Black yang terkait dengan kuncinya, ternyata hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Kunci itu ternyata milik ayah William Black, dan secara tak sengaja terbawa oleh ayah Oscar. Misi Oscar pun berakhir.

Saat oscar yang kecewa kembali kerumah, ia tantrum dan mengamuk di kamarnya. Sang Ibu, yang diperankan Sandra Bullock pun menahannya. Percakapan mereka saat itu membuat saya trenyuh. Oscar yang berusaha merobek buku gambar karyanya ditahan sang ibu, dengan sabar dan perlahan..
”ibu disini nak...ibu sudah memegangnya, kamu bisa melepasnya nak...
 Ibu disini.....”
Saat Oscar mulai tenang , dia menangis sedih... menyesal.
Seingat saya percakapannya begini:
“im sorry mom...i’m sorry... I’ll try to be normal...”
“ you don’t have to… you are perfect “
“ I’ve try very hard, mom, I swear.”
“ yes I know…”
“ no you don’t know.. its hard..”
“ yes, I know, son..”
“ its really hard. Mom..”
“ yes, I know, son..”

Ibunya lalu menceritakan pada Oscar bahwa selama ini ia sudah tahu petualangannya. Bukannya melarang atau mencegah, sang Ibu malah berusaha mengerti apa yang ada dipikiran anaknya, perasaan anaknya. Perlahan sang ibu berjuang mencari tahu melalui catatan dan penemuan unik anaknya.

Ibu yang juga masih berduka kehilangan suaminya berusaha memberikan kesempatan pada sang anak melakukan pencariannya sendiri, berat dan sulit, tapi dia tahu sang anak membutuhkan kepercayaan darinya. Untuk lebih mengerti perjuangan sang anak, ia juga melakukan napak tilas, menemui 429 orang yang ditemui anaknya. Berbincang dengan mereka, berjalan jauh seperti anaknya saat mencari mereka.

Ibu bijak yang tidak berusaha membuat anaknya pribadi selain dirinya sendiri. Ibu yang memilih mencoba mengerti anaknya daripada membuat anaknya mengerti tentang dirinya. Dialog berikutnya kembali membuat airmata saya menetes. Oscar yang baru mendengar penjelasan ibunya bertanya:
”apa mama tak takut aku ditusuk, diculik, dibunuh, atau dicabuli ?” Oscar schell bertanya sambil membaringkan kepalanya dipangkuan sang ibu. Jawaban ibunya membuat saya terkenang pada perasaan saya setiap kali anak saya bepergian sendiri tanpa pengawasan.
” setiap waktu, nak.  Ibu bahkan tak bisa bernafas wajar sampai kau datang dan pintu tertutup dibelakangmu..”
Saya tahu rasanya, karena saya pernah merasakannya.

Sebuah dialog lain melekat dikepala saya. Sebuah penutup yang menyimpulkan seluruh rasa dan percakapan antara ibu dan anak itu.
Oscar berkata lirih, lebih pada dirinya sendiri:
“Aku pikir selama ini hanya ayah yang bisa mengerti pikiranku..”
Dan sang ibu pun menjawab sambil membelai kepala sang anak:
“aku juga berpikir begitu..”


kadang sebagai orang tua kita berpikir, anak kita tak pernah bisa dimengerti. Mereka melakukan berbagai hal yang tidak sesuai dengan kemauan kita dan perintah kita. Pikiran seperti itu membuat kita semakin jauh dari mereka, apalagi terkadang kita keliru. Kita berusaha membuat anak mengerti keinginan dan kemauan kita dan bukan sebaliknya...
Mungkin memang sudah nasib orang tua  tak akan mengerti anaknya... atau mungkin kita harus , seperti ibu Oscar, berusaha jauh lebih keras untuk mengerti mereka. Bukan sekedar memarahi dan menuntut.


Oscar berusaha sangat keras menjadi anak normal, agar diterima oleh ibunya, agar bisa membuat ayahnya bangga. Rasanya perasaan ini akan ada di dada setiap anak special yang ingin disayang oleh orang tuanya. Tapi seperti pernyataan Oscar.. “its hard…” and we don’t know how hard they try! Mengubah diri sendiri adalah hal yang paling berat dilakukan, dan anak- anak special terpaksa terus menerus berjuang mengubah dirinya demi bisa membaur dengan masyarakat… its hard!
Saya terus berpikir tentang anak saya, bagaimana susahnya dia berusaha membaur dengan lingkungan, dan mungkin berusaha memenuhi harapan-harapan saya…

Untuk saya, langkah terbaik yang bisa dilakukan seorang orang tua adalah menerima kondisi apapun yang dimiliki sang anak. “You are perfect…” semua orng tua harusnya berpikir seperti itu bagi anak-anaknya. Daripada menambah beban anak-anak special dengan berusaha merubah mereka menjadi anak-anak ‘normal’ (walau normal sendiri adalah kata-kata yang aneh, karena tidak ada satu pun individu yang sama dengan orang lain) , bukankah lebih baik para orang tua –terutama yang memiliki anak-anak special- mencoba mengerti mereka dengan sepenuh hati?

Mungkin film ini biasa saja bagi para ahli perfilman, tapi buat saya film ini benar-benar menyentuh karena alasan pribadi.
This is a special movie for parent with special needs children ….


Eddi Kurnianto

3 comments:

  1. halo pak!!! nice blog^^

    ReplyDelete
  2. pak, slide nya belom di aplot juga ke blog belajar tv pak? ^^b hehe

    ReplyDelete