12 April 2012

Mirip Saya

baru saja ketemu seorang anak yang unik.
Mengingatkan pada diri saya waktu kecil, untungnya dia lebih ceria.
hahaha... menarik sekali.

Sejak dulu saya kesepian karena merasa benar-benar sendirian, terutama setelah bapak meninggal saat baru masuk SMA. Di rumah nggak ada orang yang bisa diajak bicara. Disekolah, saya jadi orang aneh. Rasanya nggak ada orang yang mengerti saya. Teman teman bilang obrolan saya nggak nyambung. Saya justru merasa mereka terlalu banyak membicarakan hal remeh temeh.
Saya (merasa) lebih dalam banyak hal dari teman-teman saya, tapi saya malah mengalami kesulitan untuk berbaur dengan mereka. Selalu saja saat bermain atau ngobrol, tiba-tiba saya merasa menjadi pengamat dan bukan penyerta. Akibatnya hanya sedikit orang yang nyaman berbincang dengan saya. Hobi saya juga aneh, memperhatikan orang lain. Saat teman teman lainnya pergi ke gunung rame rame untuk melihat sunset atau sunrise, saya malah memilih mengikuti garis di peta sendirian. Kesepian tak lagi terlalu menyiksa setelah beberapa tahun, malah kesepian menjadi teman yang menyenangkan.

Sempat saya tidak terima menjadi orang yang berbeda dari teman teman. Saya mulai mempelajari teman-teman saya -malah pernah saya mengikuti teman saya yang pandai bergaul seharian, dengan membawa buku kecil dan pulpen. Saya catat semua gerakan, ucapan dan tindakannya saat bertemu teman temannya. Kemudian saya tirukan tindakannya- Saat itu tujuan hidup saya satu-satunya adalah menjadi seperti anak-anak lain. "How to win friends and to influence them" karya Dale Carnegie menjadi semacam buku panduan hidup saya saat itu. bahkan saya fotokopi bagian rangkumannya dan tempelkan di meja belajar. Walhasil memang saya jadi banyak teman.
Saya banyak tersenyum dan mendengarkan orang lain bicara. Saya usahakan percakapan selalu pada topik yang disukai orang itu. Saya bersikap asertif dan selalu berusaha membantu.
Saya berubah menjadi orang lain.

Sejak itu saya memang jadi banyak teman, tapi rasanya ada yang tidak beres. Dimanapun saya ada, selalu ramai, tapi toh saya tetap merasa kesepian didalam. Banyak teman (terutama teman wanita) yang mencari saya untuk berbincang. Itu istilah mereka, sebenarnya mereka selalu ingin curhat menceritakan masalah-masalah mereka -yang menurut saya terkadang sangat remeh- karena menganggap saya sering memberi pemecahan yang baik. Padahal saya sekedar mendengarkan mereka dan menguatkan solusi yang sudah mereka pikirkan sendiri. Lama-lama mereka menganggap saya terlalu tinggi, sebagai penasehat yang bisa memecahkan masalah seperti apapun. Lama-lama juga masalah yang muncul makin berat, sampai saya ikut stress bersama orang-orang yang curhat itu.

Ternyata walau punya banyak teman, saya tetap tidak bahagia dan tetap kesepian. Baru di awal kuliah, saya sadar alasannya. Saya tidak menjadi diri saya sendiri.
Sejak itu saya mencoba nyaman dengan diri saya; menjadi diri sendiri. Belajar menerima bahwa saya memang berbeda dari yang lain, dan tidak ada salahnya bersenang-senang dengan cara berbeda dari orang lain. Sejak itu saya jadi lebih tenang, dan kesepian mulai kehilangan sengat yang menyakitkan di hati saya.

Hari ini saya bertemu dengan orang yang mirip dengan saya. Kelihatannya dia jauh lebih dari saya. Lebih pintar bicara, good looking, dan keluarganya ada untuk mendukungnya. Saya mengamatinya, saat dia berbicara dan mengobservasi orang-orang di sekitarnya. Melakukan pencatatan mental dan menyesuaikan diri sambil berdialog. Dia unik sekali.
Sayangnya, dia belum merasa nyaman dengan dirinya. Masih terlalu mempedulikan orang lain, dan mau merubah dirinya demi menyenangkan sekitarnya. Bahkan dia rela merendahkan kualitas dirinya demi terlihat menyenangkan. Jelas sekali dia kesepian.

Saya gembira bertemu orang seperti dia -karena senang ada orang yang mirip saya- tapi juga berdoa sungguh-sungguh agar dia segera merasa nyaman dengan dirinya; Karena tak ada yang salah dengan dirinya, malah dia lebih dari orang-orang disekitarnya -termasuk saya- jadi sebenarnya tak perlu merasa tidak nyaman hanya karena berbeda.
Saya benar-benar berdoa untuknya, karena tahu bahwa kesepian itu bisa lebih menyiksa dari kebodohan.


Jakarta, kantor

2 comments:

  1. blogwalking :) saya juga pernah seperti ini.. benar sekali, walau disekeliling kita byk teman namun tetap saja kesepian. menjadi diri sendiri itu memang lebih baik. berkunjung salam kenal :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. katanya Rajawali selalu bisa terbang lebih tinggi dari burung lain, tapi sebagai ganjaran atas kemampuannya itu Rajawali selalu terbang tanpa teman...sendirian...kesepian.
      Terima kasih sudah mengunjungi blog saya, mbak...

      Delete