14 February 2011

Being single is a lot wiser than being in a WRONG relationship

Teman saya berkata, "Being single is a lot wiser than being in a WRONG relationship". Saya pikir itu kata-kata yang bijak. Saya sendiri tak pernh bisa menerapkan kata-kata seperti itu. Dulu, relationship saya banyak yang dibangun dengan dasar yang benar-benar tidak wise.Misalnya waktu SMA, saya sering tertarik pada lawan jenis yang cantik dan sexy, pasti semua sepakat itu tidak wise alias bijaksana. Saya juga terkadang membangun hubungan dengan dasar yang konyol, misalnya dia jago basket, lebih putih dari saya, atau karena saya selalu ketawa kalau bersamanya.

Saya baru menyadari bahwa hubungan terbaik biasanya menjadi kuat karena pertimbangan yang bijaksana. Bukan ketertarikan sekilas atau alasan aneh lainnya. Sebuah hubungan bukan hanya merupakan hasil dari sebuah upaya, sebuah hubungan adalah proses yang terus terjadi dan terus harus diupayakan. Hanya dengan kebijaksanaan, hubungan itu dapat terus berkembang menuju arah yang baik. Tanpa pertimbangan yang bijaksana, sebuah hubungan akan nyaris selalu berakhir buruk.

Buruk dalam artian terputus ataupun buruk karena yang satu akan didominasi dan dimanfaatkan saja oleh yang lain.

Jadi pertanyaannya bagaimana kebijaksanaan bisa mencegah hubungan yang kita miliki menjadi keliru dan buruk?
Pertanyaan itu sampai sekarang pun belum bisa saya jawab. paling paling secara normatif saya akan bilang, landasan kebijaksanaan utama dalam suatu hubungan adalah rasa kesetaraan.

Seorang ahli jiwa di Amerika pernah membuat ribuan percobaan untuk menentukan faktor apa yang membuat ada pasangan yang bisa bertahan langgeng bersama, sementara pasangan lain tidak. Setelah bertahun-tahun percobaan, sang ahli jiwa bisa menebak apakah sebuah pasangan akan menembus 10 tahun kebersamaannya atau akan segera berpisah.
Cukup dengan mendengarkan mereka bicara.

Salah satu hal utama yang menunjukkan pasangan itu akan bertahan lama adalah penghargaan terhadap pasangannya. Penghargaan ini tentunya tidak dalam satu hal saja, tapi semua hal. Dengan kata lain, kalau kita menganggap pasangan kita itu cantik - tampan, tapi bodoh, sebenarnya kita tidak menghargainya. Walau kita senang berduaan dengannya, tapi menganggap apa yang diomongkan adalah hal yang sia-sia dan tak layak didengarkan, maka kita tak menghargai pasangan kita.

Pasangan yang bisa bertahan lama akan menganggap kebodohan itu wajar, sepaket dengan kecantikan yang dipilihnya. Dan karenanya tetap menghargai segala ide dan usulan,
menganggapnya layak didengarkan.


Saya tidak tahu beda antara cinta dengan penghargaan itu. Yang saya tangkap; cinta bisa membuat orang-orang melakukan hal bodoh untuk pasangannya, sementara saling menghargai bisa membuat pasangan itu berbuat bodoh bersama-sama, dengan persetujuan bersama. yah, Itu menurut saya menyenangkan.

Cinta membuat kita merasa tertarik pada kekasih kita, tapi cinta berubah. Saat kekasih itu menyakiti atau mengecewakan kita, cinta bisa hilang, menyusut atau berpindah. Saling menghargai, membuat pasangan menyadari kelebihan dan kekurangan masing-masing tanpa membuat itu menjadi ukuran dalam hubungan mereka. Jadi walaupun pasangan kita pintar, kita tak mengharapkannya selalu tahu apapun setiap saat. Bahkan saat ia tidak pintar, kita bisa tetap menghargainya.

Saling menghargai akan membuat kita sadar, bahwa pasangan kita manusia biasa, bukan sesuatu yang serba sempurna. Dengan pengharapan yang fair, kekecewaan berlebihan bisa dihindari. Kita juga lebih mudah menerima saat si dia berbuat salah. Maklum, si dia juga manusia...

Saya baru menyadarinya di usia tua.
Makanya saya sangat kagum pada teman saya itu. Usianya masih belia, tapi sudah bisa sampai kesimpulan yang dahsyat itu. "Being single is a lot wiser than being in a WRONG relationship"

Saya sendiri butuh banyak sekali pengalaman 'hubungan' untuk menyadari hal itu.
Ah, teman saya itu memang hebat... Dengan pemahamannya, ia akan jadi orang yang bijaksana saat seusia ku. Dia masih single, muda dan sangat bersemangat hidup.

ah, sesuatu melintas di pikiran saya.
Jangan-jangan kesimpulan dahsyat itu bukan kesimpulan.
Dia kan single.... Jangan jangan itu bukan sebuah kesimpulan,
tapi penghiburan diri.....

wah.... wah....





Catatan aneh malam palentin,

Jakarta, 14 Februari 2011

1 comment: