30 January 2011

Membongkar Kenangan

Hari-hari belakangan ini memang penuh dengan bongkar membongkar. Maklum, kami sekeluarga akan pindah ke rumah baru, maka hampir setiap sentimeter rumah orang tua kami, dibongkar untuk mencari barang-barang yang mungkin ingin dibawa. Hampir seluruh keluarga ikut serta. Mendadak saja bermacam-macam barang yang sudah lama hilang, bahkan terlupakan, muncul kembali.

Mulai dari souvenir-souvenir kecil yang saya bawa saat berkunjung ke daerah lain, pernak-pernik rumah tangga yang dibeli di awal masa pernikahan - waktu itu niatnya untuk menghias rumah - tapi ternyata lenyap sebelum sempat punya rumah sendiri, ada juga foto-foto masa lalu, pakaian yang sudah kekecilan, dan yang paling penting buat saya koleksi buku-buku dan komik yang sudah sempat saya relakan karena dianggap menghilang.

Saat membongkar gudang yang penuh rayap dan kecoa, mendadak malah menjadi saat-saat yang membahagiakan. Membongkar kardus-kardus dari rak, dan menemukan barang-barang lama yang terkadang sudah tak lagi sempurna, rasanya seperti bertemu dengan sahabat-sahabat lama yang bercerita banyak pada kita. Mengingatkan pada kenangan lama. Ada yang menyenangkan, ada yang menyedihkan, tapi saat ini semua tinggal menjadi kenangan yang 'ngangenin'.

Saudara-saudara saya yang ikut membongkar-bongkar gudang, mengambili dan menyimpan sesuatu sebagai penanda masa lalu mereka. Sesuatu itu terkadang di luar nalar. Bayangkan saja, diary nya boleh dibakar tapi sebuah tas yang bahkan tak lagi berfungsi sempurna, malah dicuci dan dan disimpan. Ada lagi yang memilih mengambil boneka kumal daripada tea set yang masih komplit, untuk diselamatkan...

Atau seperti saya, yang memilih menyelamatkan komik-komik masa kecil yang sudah kumal dan robek-robek daripada beberapa piagam penghargaan dan sertifikat pelatihan. Membereskan barang memang jarang sekali melibatkan logika, nyaris seperti saat kita merapikan kenangan.

Saya menemukan kaset-kaset the Corrs saya…Saat menyimpan kaset itu ke dalam kotak penyelamatan, hanya dengan menyentuhnya terasa seperti mendengar kembali Andrea Corrs melantunkan suaranya yang sexy.. Suara yang pernah menemani saya melewati masa-masa sulit diwaktu remaja
Saya juga menemukan ijasah saya, yang saya pikir sudah hilang dan tak lagi diperlukan, dan dan menemukan baju yang saya gunakan untuk menikah.

Semua barang itu mewakili bagian-bagian tertentu dalam garis hidup saya. Semua itu rasanya benda-benda yang berharga, tapi entah kenapa malah tertumpuk-tumpuk di pojokan gudang. Dibiarkan kotor, lapuk dan berdebu.

Saya tak merasa meletakkan barang-barang itu di gudang. Saya bahkan tak merasa mengepaknya. Tapi toh kenyataannya barang-barang itu tersimpan di gudang, tanpa tahu kapan dan dimana diletakkannya. Itu sama saja dengan dibuang.

Saya jadi terpikir, jangan-jangan kita juga memperlakukan kenangan kita sama dengan kita memperlakukan benda-benda itu. Saat dianggap berharga, sebuah kenangan kemudian disimpan di sudut-sudut ruangan hati. Disimpan rapat, tersegel rapi dan terjaga dari kerusakan... tapi kemudian terlupakan dan tak pernah lagi diingat. Kenangan yang terbuang.

Hari bongkar-bongkar masih belum selesai, tapi sekarang saya merasa ingin membongkar memori yang tersimpan didalam kepala saya. Jangan-jangan ada kenangan penting yang tersembunyi menanti ditemukan kembali.



Didit

Saya menemukan sebuah foto bapak, dan kemudian hati saya bertanya. Kemana kenangan tentang ibu saya? Apakah saya sudah menggudangkannya terlalu dalam sampai terlupakan, atau memang saya yang bersalah melupakannya?

No comments:

Post a Comment