
Katanya karya pertama seorang maestro selalu sangat personal. Karya itu hampir selalu dipenuhi dengan visi, pemikiran, gairah dan serpihan-serpihan pengalaman pribadi sang maestro. Menurut saya, itu yang terjadi pada buku Mencari Tepi Langit ini.
Sebagai jurnalis Fauzan memasukkan sebagian dirinya dalam buku ini. Ia mengembarakan pembacanya melalui kaca mata pencari berita, memperkenalkan mereka pada berbagai pengalaman, ambisi dan kegalauannya. Bagi para jurnalis, buku ini akan terasa seperti memoar pribadi, menyentuh pergulatan sehari-hari mereka dalam mempertahankan idealisme dibawah tekanan bisnis berbalut usaha memuaskan pemirsa. Banyak bagian di buku ini yang menyerukan sakit hati para jurnalis (terutama jurnalis televisi) saat dipaksa tunduk pada kebutuhan mengejar rating, share dan revenue. Buku ini menyuarakan kegalauan para jurnalis, seperti penulisnya.
- Itukah yang dia maksud? Kami ini para pemburu drama? ( hal 208 ) -
Sayangnya, data dan fakta yang mempesona dalam buku ini bisa jadi malah memusingkan orang awam yang membacanya. Beruntung Fauzan mampu memberikan daya tarik lain pada tulisannya, perenungan Senja Senantiasa, sang tokoh, masih dibalut romansa unik warna-warni dalam hubungannya dengan Horizon Santi.
Saya menolak menceritakan sinopsis cerita ini. Saya hanya ingin menceritakan kegagalan menghadapi buku ini.
Mencari Tepi Langit memiliki beberapa alur menarik yang dilepas sekaligus, dipandu dengan ketrampilan berkisah yang mumpuni dan kecepatan penceritaan yang mengejutkan, buku ini terasa renyah sekaligus memusingkan. Sebagai penggemar roman picisan yang ber alur linier alias lurus-lurus saja, saya gagal mengerti buku ini. Saya hanya bisa jadi penikmat dan pengagum saat membacanya.
Perpindahan cepat antara tokoh misterius, Wiring Bittarae dan sang tokoh Senja Senantiasa sering kali tak terduga. Kelihatannya penulis sengaja menunjukkan perbedaan Wiring yang karakternya misterius dan sangat terasa Makassar, dikontraskan dengan Senja Senantiasa, yang saya rasakan seperti produk Makassar yang kompromis. Boleh dibilang lebih mirip orang Jawa daripada Makassar, lembut, terbuka, perenung, tapi tetap pandai membuat wanita tersenyum. Mungkin penulisnya memang sengaja membuat mereka tampak kontras.
Sayangnya saya gagal menangkap perbedaannya.
Sudut pandang linier saya sangat sederhana. Sulit melihat kerumitan hubungan antara mereka. Saya malah melihat mereka seperti satu individu yang sama, tapi dalam dua timeline yang berbeda. Yang satu seperti versi muda dari yang lain. Hubungan mereka yang terpisah dan hanya disatukan oleh sebuah pertemuan, seperti merujuk pada sebuah peristiwa yang memicu metamorfosa mereka.
- Untuk penulis ini kelihatannya selalu mengenai sebuah peristiwa, tak pernah sebuah proses. Bahkan cukup satu peristiwa yang memicu Horizon Santi meninggalkan sama sekali kehidupan nyamannya -
Terus terang saya berharap Wiring adalah versi muda dari individu tersebut. Sebagai pencinta film Hollywood, saya juga pencinta Happy ending, dan jelas akhir cerita Senja lebih nyaman daripada akhir cerita Wiring.
Saya memilih penyatuan Senja dengan Horizon Santi, daripada ending penolakan tragis yang jelas membekas dari seorang dokter....
Ah ya, tentu saja, saya tidak boleh lupa membahas Horizon Santi.
Tokoh ini adalah puncak kegagalan saya untuk di mengerti. Awalnya saya pikir saya bisa mengidentifikasi Horison Santi dengan seseorang yang dekat dengan sang penulis. Tapi tokoh ini bahkan tak bisa dibandingkan dengan wanita yang mampu membawa damai bagi sang Mukrim, penulis buku ini. Saya gagal mempersonifikasikan tokoh Horizon Santi di dunia nyata.
Setiap saya membaca tentang karakter ini, saya selalu membayangkan sebuah jendela yang bening. Sebuah jendela yang memberi kita akses pada kerumitan pemikiran yang indah dari sang Senja dan Wiring Bittarae.
Eddi Kurnianto Saptawan
saya suka buku ini, dan ingin meminta Fauzan untuk menulis sekuelnya...
Tapi bukan mengenai sang Senja ataupun Horizonnya, saya ingin Fauzan Mukrim menulis tentang Wiring Bittarae-nya.. Ya... tentang tepian langit yang sebenarnya...
sebab sang senja hanya bisa menemukan horison kedamaiannya di tepian langit...
waaah resensi yang kereen,.,. sebab sang senja hanya bisa menemukan horison kedamaiannya di tepian langit! mantaaapps! *dan mendukung penuh sekuel ini!
ReplyDelete