23 December 2009

Growing up

“Menjadi tua adalah keharusan tapi menjadi dewasa selalu adalah sebuah pilihan.”

Kalau dipikir-pikir benar juga kata-kata itu ya. Banyak sekali orang-orang yang sudah tua secara umur tapi tetap ‘muda’. Seperti tanaman yang bertumbuh besar, tinggi, dan semakin tua, tapi tetap memiliki daun yang hijau...

Saya jadi ingat kata-kata seorang teman saya yang pakar kehutanan, katanya di setiap ekosistem yang memungkinkan tumbuh tanaman, selalu ada tanaman-tanaman utama (prime vegetation) disana. Tanaman utama itu adalah tanaman terkuat – biasanya juga terbesar dan tumbuh sedikit soliter dari lainnya – yang sudah membuktikan diri mampu bertahan ditengah kejamnya ekosistem tersebut. Tidak selalu tanaman tertua, karena ada juga tumbuhan yang hanya sekedar hidup tapi tak pernah jadi dominan.

Tanaman itu, menurut teman saya, kalau dibandingkan dengan manusia adalah seperti orang yang bijaksana dan dituakan. Biasanya tanaman itu juga menopang kehidupan lain bersamanya. Entah burung-burung yang bersarang di cabangnya, entah koloni kadal tua yang berlindung di akar-akarnya, atau ular yang bersembunyi di retakan batangnya.
Tanaman itu sudah membuktikan dirinya mampu bertahan, menurut saya, tanaman itu layak disebut tanaman dewasa diantara tanaman lainnya.

Sejak dulu saya ingin dewasa. Entah kenapa... sepertinya itu keputusan yang didasarkan oleh hati, bukan pikiran.

Kedewasaan memang membawa keuntungan tersendiri, seperti meningkatnya kepercayaan orang-orang terhadap kita, bertambahnya kemandirian, dan tentunya bertambah pula ‘kebebasan’ kita menentukan pilihan.
Kebebasan seperti itu pasti menyenangkan, tapi, sayangnya kedewasaan juga punya konsekuensi yang menyebalkan. Kedewasaan berarti kita harus mau bertanggungjawab terhadap semua akibat dari perbuatan kita,dan kehilangan waktu untuk menikmati hidup sebagai anak-anak.
Dewasa itu memang tidak enak, entah kenapa saya tetap ingin jadi dewasa.

Saya selalu mencoba untuk tumbuh dewasa. Tanaman untuk tumbuh besar hanya butuh tanah subur, air dan sinar matahari, tapi untuk menjadi pohon ‘dewasa’ yang mampu memberi manfaat bagi mahluk lainnya, dia membutuhkan badai, musim dingin dan kekeringan.
Tanaman itu butuh ujian dan keterbatasan agar bisa dewasa dengan sempurna. Begitu juga manusia....

Tapi manusia tetap berbeda dengan tanaman.
Manusia mampu berpikir dan tak terikat pada tanah yang ditentukan. Manusia kreatif dan mampu menyesuaikan diri dengan berbagai lingkungan hidupnya. Dan terakhir...Manusia punya Hati...yang mampu membimbingnya menjadi dewasa. Kekuatan sekaligus kelemahan utamanya...

Jika ranting pohon patah, dan dalam seminggu sudah akan muncul tunas baru yang menggantikannya. Tapi jika hati manusia -semangatnya- patah, butuh bantuan dari luar untuk menumbuhkan gantinya. Seperti serangga dan angin semilir yang membantu perkembang biakan sang tanaman, manusia butuh pendukung untuk menghidupkan semangatnya.

Dan itulah gunanya teman

Teman bisa membangkitkan semangat saat sedang patah asa, bisa membantu saat kesusahan, bisa menjadi pendukung saat dibutuhkan...
Seperti angin semilir bagi pepohonan
Seperti seperti kalian bagi saya.

“memiliki teman adalah kebutuhan, tapi menjadi teman adalah pilihan”




Desember 2009

didit





My friends,
You are the breeze that kept me going all this time,
Thank you for being there and help me keep my dreams,
Just by being yourself...

No comments:

Post a Comment