hari masih pagi saat saya duduk di depan komputer, tapi rasanya bertubi-tubi kejutan yang saya alami. seorang gadis yang saya kenal ternyata telah membukukan puisinya, yang memang dahsyat. sang pujangga teman saya kemudian menunjukkan sesuatu yang sudah saya lupakan. bersama teman saya yang pemikir, sang pujangga mengingatkan saya untuk berhenti memandang dunia maya ini seolah-olah ia adalah sesuatu yang nyata. mereka mengingatkan saya untuk kembali bermimpi.
sebenarnya mereka bertiga mengingatkan saya untuk bermimpi. sang gadis mendahului saya mewujudkan sebuah mimpi yang hanya jadi angan-angan saya selama ini; menerbitkan puisi-puisi saya. paling tidak mengumpulkannya dan mempublikasikan. sang gadis mengingatkan saya untuk mengejar mimpi saya. Lucunya, dalam tulisan kawan saya yang pemikir itu, ada tulisan tentang orang-orang berpuisi. agak tersindir sebenarnya, tapi sepertinya ada benarnya juga kok.
Mungkin ada yang bertanya kenapa saya lupa bermimpi. padahal mimpi dan harapan adalah satu-satunya alasan manusia mampu bertahan hidup. seberat apapun beban, kalau masih punya mimpi dan harapan kita bisa kuat. Jadi kenapa saya lupa bermimpi?
setelah bertahun tahun hidup tersungkup dalam tempurung kelapa yang sering disebut dengan dunia, saya mulai terbiasa dengan tekanan dan persepsi tentang keberadaan sesuatu atau kenyataan. yah, kita menyebutnya realitas. saya mulai terlalu terbiasa dengan realitas bikinan kepala saya dan terlupa pada kenyataan di hati saya.
saya menjadi seorang realis..
mungkin ada yang berkata bahwa menjadi realis itu baik. saya tidak menganggapnya demikian. menjadi realis berarti mengurangi kepercayaan pada sesuatu yang punya kemampuan diatas realitas tersebut. realis juga bermain dengan aturan baku yang diterapkan dalam sandiwara dunia maya ini. realis hanya bertahan hidup, tanpa berusaha memperbaiki hidupnya. buat saya lebih berharga seorang pemimpi, yang mau mengejar mimpinya.
semua penemuan, semua perbaikan, semua kemajuan, di landasi impian untuk hidup lebih baik. tanpa impian mungkin saat ini kita masih dalam budaya berburu dan meramu. belum memakai celana. hanya menutupi kemaluan sekedarnya. masih hidup di gua-gua buatan alam, dan bukannya di rumah-rumah mewah itu.
terima kasih untuk semua yang telah mengingatkan saya. mulai sekarang saya akan lebih banyak bermimpi, dan lebih banyak bekerja.
ayo kita mimpi bisa mengubah negara ini sebab kalau semua bermimpi hal yang sama, mungkin mimpi tersebut akan menggumpal menjadi kenyataan.
didit
ah... masih pagi dan saya mengantuk. tulisan nggak jelas ini...
pengin bisa nulis indah kayak ochan atau nulis jelas kayak Agus.
saya bermimpi dulu deh... mungkin nanti jadi kenyataan....
No comments:
Post a Comment