09 October 2006

DETAK TAHMID

malam ini aku kembali mengukur jalan dengan isak di mataku
berjalan diatas kereta api yang setia mengantarku ke tujuan
bersama sama dengan ratusan kepala lain
yang kekenyangan setelah berbuka,
yang merokok nikmat tak peduli bayi menangis di sampingnya,
yang terkantuk-kantuk kelelahan usai menjalani hari,
air mata terusmenetes sembunyi sembunyi di sudut mataku
teringat betapa aku alpa bersyukur atas segala nikmatnya
detak roda kereta menghantam rel seolah mengajariku berzikir
bunyinya seperti tahmid yang berulang, terus menerus
membuatku malu.....


dikakiku seorang anak bertelanjang dada menyapu lantai kereta
sampah-sampah yang menggunung diseretnya sepanjang gerbong
rambutnya merah, badannya kurus, wajahnya memelas menadahkan tangan
tapi matanya.. berputaran liar memandang sekeliling
Aku tak mampu mengeluarkan uang dikantongku untuknya..
matanya terus membayang dibenakku,
dan aku teringat lem aibon, ganja murahan, pelacur kelas kambing,
pesta mabuk mabukan, kekerasan anak, pelecehan yang berulang,
aku hanya memandangnya lewat dengan rasa bersalah..


dibelakangnya seorang pengemis baru muncul
aku tak pernah melihatnya sebelum ramadhan ini
seorang anak kecil berbaju lusuh, di bahunya sebuah tape recorder besar
mengumandangkan lagu dangdut yang tak terdengar dalam hingar pedagang
kerepotan, ia juga menggendong seorang bayi
ya Allah, umurnya paling setahun lebih tua dari anakku pertama...
dan bayinya tak akan lebih tua dari bayiku di rumah.
dan aku kembali menangis..
malu karena tak bersyukur atas anugerahnya pada ku anakku istriku
malu karena tak mampu membayangkan kalau anakku mengalami nasibnya
dan aku terus menangis
karena aku tak mau mengeluarkan uang receh untuknya..
karena aku sudah berjanji tidak memberikan uang pada para pengemis anak

aku takut uangku nanti hanya akan menyuburkan eksploitasi anak
tapi aku juga malu tak membantunya yang jelas-jelas meminta
maka kualihkan kembali indraku ke detak detak roda kereta
yang terus mengajakku untuk ber tahmid

Alhamdulillah ya Rahman ya Rakhiim

No comments:

Post a Comment