28 September 2006

RAMADHAN SI HATI BATU

Ramadhan sudah tiba lagi. beberapa hari di awal ramadhan saya ditimpa kegundahan yang luar biasa. Biasanya setiap awal bulan suci hati saya berbunga-bunga, merasa seperti diberi hadiah luar biasa.
tapi ramadhan kali ini berbeda. Bahkan istri saya berkata saya lebih cepat marah. Saya kurang sabar. Entah kenapa, ramadhan tahun ini belum mampu menyentuh hati saya. saya jadi takut hati saya sudah membeku. bahkan taraweh pun dilakukan dengan berat hati. Saya ketakutan kalau hati saya sudah membeku.

sampai tadi malam.

Malam tadi saya menangis. mendengar sebuah lagu yang bukan lagu rohani, saya seperti diingatkan bahwa saya sudah diberikan banyak sekali oleh Allah. setiap tarikan nafas harusnya saya rayakan dengan tasbih, setiap langkah yang di tapak seharusnya diramaikan dengan tahmid. Saya menangis sedih. ingat anak-anak saya, ingat istri saya, ingat keluarga saya, ingat pekerjaan saya, ingat rumah, kendaraan, kesehatan, ketenangan, kecerdasan, kewarasan, nafas, detak jantung, air mata, dan mengingat ingatan yang diperkenankannya mampir di hati saya. Saya bersyukur dan menangis..

saya menangis di sebuah stasiun kereta, bersandar dipagar dan berlindung pada kegelapan yang di anugerahkanNya. Tangis sedih terisak isak. Saya merasa bersalah melupakan satu-satunya pelindung saya saat kehilangan orang tua. satu satunya penolong saya saat ditimpa kesempitan dan tak terlihat jalan keluar. satu satunya yang selalu mau mendengar dan membalas keluhan dan doa saya. Saya nyaris melupakan pemilik, pemelihara dan pelindung yang Utama. padahal tak ada nikmat yang bisa saya dustakan dari Nya. Allahu Akbar.

Saya bersyukur masih bisa menangis sesedih malam tadi.

mendadak alunan ramadhan terasa lagi di hati saya. getarannya kembali menggoda. walau masih lemah, tapi saya usahakan untuk memperkuatnya. Saya takut hati ini mengeras dan melupakan Ramadhan. Mumpung masih diijinkan Allah mengingat bulan nan suci ini saya cuba merayakannya dalam hati. syukur-syukur dalam tindakan dan perbuatan juga terasa.

Mudah mudahan Ramadhan selalu terasa di hati ini..

malam itu saya juga menangis rindu. sebuah lagu tentang Rasulallah menekuk kaki saya dalam kerinduan padanya. Rasanya ingin menghambur ke pelukannya, mencium punggung tangannya, dan mendengarkan nasehatnya yang menyejukkan hati. Aku ingin bertanya padanya, yang diberikan cahaya dalam hatinya. Bertanya cara melalui hari-hari berpeluh tanpa mengingkari kata hati. Menjalani waktu demi waktu tetap dalam jalurnya. Ya Allah, saya rindu sekali teladan itu... sampaikanlah saya bertemu dengannya

No comments:

Post a Comment