kelelahan seorang pengamat
ah waktuku sudah berlalu.
baru saja bertemu dengan sebuah peristiwa, sepuluh tahun lalu mungkin aku akan melompat dan mengejar peristiwa itu. mengoyak-ngoyaknya dalam puisi, mengiris-iris dalam diskusi, membakarnya dalam dialog berapi-api. yah itu sepuluh tahun lalu... tidak, mungkin setahun lalu, sebulan lalu, atau bahkan seminggu lalu aku masih akan mengejarnya.
aku sudah waktunya berhenti.
aku sudah menyaksikan apa yang bisa diperbuat apatisme, tapi tak juga aku berhenti untuk bertindak. aku sudah tahu apa yang bisa dihasilkan antusiasme tapi tak juga aku bergerak. Aku hanya mengamati seperti hari-hari terakhir dalam hidupku. aku sudah melihat banyak hal, merasakan beragam kisah, mendengarkan bermacam komentar dan sedu sedan, tapi sampai saat ini aku masih tertinggal dari teman-temanku dalam memaknai berbagai peristiwa yang menimpaku.
Aku merasa sangat tertinggal.
padahal waktuku kurasa sudah usai.
aku merasa belum apa-apa tapi sekaligus tak merasa mampu lagi beraksi.
bukan waktu yang membuatku merasa tua, hati ini sudah masam terendam duka lara tawa ceria dan kebimbangan.
Aku masih melangkah tapi perlahan. mataku kugunakan untuk mengamati. telingaku mendengarkan. rasanya aku hanya penyerta kecil yang terseret arus kayuhan bahtera nabi nuh. aku tak mampu terangkat ke geladaknya, tapi ombaknya menyeretku ke arah sanctuary, paradise, syurga, jannah, atau tanah yang dijanjikan.
No comments:
Post a Comment