GERBONG KUMUH PEMILIK NEGERI"
naik transportasi milik rakyat, yang notabene adalah pemilik republik ini, ternyata jauh dari nyaman. jauh sekali rasanya dibanding naik kendaraan milik para "pelayan masyarakat". minggu kemarin aku kembali ke jakarta naik kereta api, dari stasiun gombong menuju stasiun senen. awalnya memang sangat exciting bisa naik kereta "jawa" sekali lagi.. terakhir saya naik kereta ekonomi bisnis adalah saat aku berusia 19 tahun..
ternyata naik sawunggaling dari stasiun gombong benar-benar membangkitkan romantisme historis ku. dulu seingatku kereta apigerbong-gerbongnya kumuh, berkulit kursi warna hijau dan dinding kelabu kusam. panas dan pengap, hanya dilawan putaran kipas angin yang letaknya terlalu jarang. seingatku dulu penumpangnya selalu overload dan banyak penumpang yang berdiri di lorong, duduk di lantai gerbong, dan bahkan tiduran di kolong-kolong. belum lagi pedagang yang bagaikan hantu seenaknya menerobos kerapatan penumpang yang berdesakan di lorong. mereka bergerak seolah-olah mereka bisa menerobos tanpa menyentuh para penumpang itu, padahal kenyataannya ratusan kaki terinjak, mulut mengaduh dan hati dongkol, tapi semua bertenggang rasa... walau jempol memar-memar.
dan saat aku naik kereta kemarin, rasanya suasananya masih sama persis.. rasanya waktu berhenti di gerbong gerbong rakyat itu. walau tidak nyaman, aku merasa terharu dan terhormat naik gerbong kumuh itu. disini tempatnya orang-orang yang bekerja keras untuk mencari nafkah. disini orang-orang tidak marah dan maklum kalau pedagang yang mengganggu hanya berusaha mencari makan. mereka tidak petantang-petenteng memamerkan jabatan. mereka mengulurkan tangan dan mengangkat kakinya untuk orang lain. disini tempat orang-orang yang menyokong bangsa indonesia, bukan menggerogotinya. disini, di kereta-kereta kumuh ini, adalah tempat para pemilik yang sah dari negeri ini.
No comments:
Post a Comment