duabelas tahun mengembara dijalur kusam yang membuat merahnya hati semakin suram. buta tuli bisu tak lagi kendala karena aku sudah menjadi bebal. rangsangan yang terasa di hati tak lagi manyar mengubah perasaanku, hanya duka yang terasa, terseret-seret di depan kereta nafsu yang semakin kehausan. pemuasannya hanya dalam imajinasi, sebab bebalku menjadi hantu yang membusukkan jiwa. perlahan-lahan.
duapuluh tahun berkelana di debu-debu manusia lain. selagi mengikuti arus, aku terseret dan terbenam dalam putihnya luka. duka-suka-membuka halaman baru dalam buku jiwaku. hanya karena senyumanmu menungguku aku mau kembali muncul di permukaan.
tapi lagi-lagi aku melukaimu, wahai kekasih, dengan pisau kata-kataku. kuharap tak kau tuliskan duka berdarah-darah itu dalam lapisan hatimu yang sehalus sutera. aku berjanji padamu, aku tak melakukannya dengan sengaja. tatap matamu membunuhku perlahan-lahan, tapi aku terus hidup bagai bangkai sehat sempurna, karena sukmaku lari dariku. perlahan jiwaku akan mati tanpa maafmu.
aku kehilangan sukma ku
hati yang ceria dan bening
penuh harapan
Akupun berlutut menautkan kedua tanganku. pertemukan dengan sukmaku! tercerabut mata kesederhanaan di setiap langkahku. kuhambur-hamburkan uang dan doa demi mencarimu. demi maafmu.
No comments:
Post a Comment