pernahkah kamu melihat pengangguran, pengamen atau pedagang asongan di pinggir jalan. terkadang kau lihat dia memegang uang banyak satu hari tapi tetap mengasong keesokan hari. baju lusuh tubuh kurus dan tampilan tak terurus. apa reaksimu pada mereka?
apakah :
orang itu terlalu malas. tak mengerti pembukuan. makanya dia bangkrut. harusnya dia sadar kemampuan. jangan mau rugi. kenapa sih dia nggak usaha lebih keras? kenapa juga dia nggak kayak lainnya, berkembang. salah sendiri mau aja jadi orang miskin. itu kalau punya uang nggak ditabung, malah foya-foya. nggak punya keinginan maju. mentalnya nggak siap jadi orang kaya.
sayang sekali kalau iya. aku juga merasa sedih, karena terkadang aku masih berprasangka begitu. su'udzon. padahal aku tak tahu mereka. aku bahkan tak kenal. dan dengan sok tahu aku memberi label di jidat mereka. betapa jumawa nya aku..sombong!! terkadang prasangkaku malah menghambat gerakanku untuk merogoh kocek sekedar memberi seratus dua ratus pada mereka.
kadang itu membuatku malu.
betapa sombongnya aku. betapa tak tahu berterima kasih. padahal harta, kesuksesan, kecerdasan, dan logika yang kumiliki adalah berkah dari Penguasaku yang Maha Pengasih. tanpa itu mungkin aku tak sebanding dengan mereka.
betapa besar kepalaku merasa secara mental lebih siap dari mereka. kalau dihimpit dengan kesulitan seperti mereka mungkin aku sudah patah, madat, mabok, mencuri atau mengemis, bahkan menjual diri. aku tak tahu beban yang mereka tanggung, betapa sok tahu aku merendahkan mereka.
aku berjanji mencoba menghilangkan prasangka buruk ini. aku tak tahu mampukah, tapi harus tetap kucoba..
aku (paling tidak berusaha) menolak:
mengukur orang lain dengan ukuran pribadimu.
memberi cap orang lain berdasar pandangan sekilas.
menolak mengenal orang lain lebih mendalam, tapi mencoba mengukur mereka.
merasa jalan sendiri paling benar.
merendahkan kemauan dan kecerdasan orang.
memberi tingkat-tingkat pada hubungan sosial dan manusia.
mudah-mudahan aku mampu.
No comments:
Post a Comment