TUJUAN HIDUP
hari ini ada rapat tentang pengumuman rolling tahunan. artinya; setiap orang harus siap menempati posisi baru di program acara baru. ada yang berharap tetap di tempat, ada yang berharap segera di pindah tugaskan. untuk saya perpindahan atau rolling ini menimbulkan gairah baru.
di manapun tempatnya, aku berharap bisa dapat pengalaman baru, dapat kehidupan baru dan kemampuan baru. desas desus segera timbul. ada yang mengaku dapat bocoran valid A1 dari yang berwenang. ia mengatakan si A disini, si B disana, si C di program lainnya. sementara bocoran lain juga merebak. ada yang bilang program A bakal diganti, program B segera diruwat dan dibongkar. bagaimanapun rasanya gairahku semakin berkobar.
tantangan. yah, mungkin itu yang membuatku bergairah. saat aku berada di posisi yang sulit aku cenderung lebih bergairah. semua kesulitan, kelemahan, aku anggap sebagai tantangan yang harus di atasi untuk mencapai tujuanku. semakin sulit suatu posisi, biasanya semakin menantang. aku terus berusaha mencari tantangan baru, dan menghindari momok menakutkan; kebosanan. tanpa tantangan aku justru kehilangan motivasi dan cenderung anti sosial.
beberapa teman mulai membanding-bandingkan, program ini lebih nyaman, program itu lebih santai. aku pun punya program favorit, yang nyaman, banyak jalan-jalan dan tekanannya kurang. kalau dapat program itu, menurutku pasti aku nyaman.
pengumuman memang masih esok hari, tapi penantian dan pengharapan bisa sangat menyiksa. apalagi kalau hasilnya tidak seperti yang kita harapkan. aku terus berharap sampai seorang kawanku menyiksaku dengan kata-kata yang diucapkan sambil lalu;
"lo tuh kerja buat cari aman atau buat bikin prestasi?"
kata-kata itu membuatku berpikir. benar, untuk apa aku bekerja?
kalau untuk cari uang yang aman dan nyaman harusnya aku tidak lagi uring-uringan, tidak puas. gajiku cukup baik walau memang bukan yang ter baik; tapi kalau ALLAH memang memberiku hanya segini masa aku bisa bilang tidak puas? padahal ALLAH sudah memberiku bermacam-macam. toh, kalau tidak puas tak ada yang menghalangiku untuk pindah. mungkin di suatu tempat aku dihargai lebih mahal daripada disini. - wah boleh juga - pikirku. dengan itu aku bisa bilang uang bukan alasanku bekerja saat ini.
lantas apa aku bekerja untuk prestasi? kalau iya, mustinya aku memilih posisi yang langsung menghasilkan karya, atau menjadi figur yang berada dalam spotlight. sayangnya aku cenderung memilih menjadi perencana dan berada dibelakang layar. aku malu menonjolkan diri, karena masih banyak orang yang lebih dari aku.
jadi untuk apa aku bekerja?
pertanyaan itu terus terngiang di kepalaku. rolling jadi terasa tak terlalu penting. aku sadar pekerjaanku penting, tapi kenapa? apakah aku memang manusia yang butuh aktualisasi diri? apakah karena dengan bekerja aku menjadi 'ada'? apakah untuk menonjolkan diri, bersaing dengan orang lain? kebingungan itu membuatku nyaris menyerah pada dorongan untuk menyesali keharusan bekerja dan mencari nafkah. menggerutui kewajiban untuk memiliki pekerjaan dan produktif. memaki-maki tanggungjawab dan kedewasaan.
kemudian aku mendengar suara dari dalam hatiku. suara yang mengalun lembut, berbisik. sebenarnya selama ini suara itu tak pernah berhenti berbisik, hanya saja aku yang berhenti mendengar. katanya;
"dan nikmat tuhan yang manakah yang engkau dustakan?"
mendadak aku tahu kenapa aku bekerja. bukan untuk menjadi lebih baik, bukan untuk menjadi lebih kaya, bukan untuk menjadi lebih terkenal. aku bekerja untuk menjadi aku. aku bekerja untuk memenuhi kewajibanku, untuk apa aku dibuat. fullfiling my destiny.
" dan tidaklah KUciptakan jin dan manusia, selain untuk beribadah kepadaKU."
No comments:
Post a Comment