PEMILU
jelang pemilu 2004 aku agak bosan dengan tingkah laku standar para pengurus partai. mereka tidak keberatan melanggar segala macam aturan untuk kesuksesan partainya.
memang sih, status kita masih belajar demokrasi, tapi bahkan kucing tidak akan melakukan kesalahan yang sama 3 kali. aku tak akan bilang, kita harus meniru negara A atau negara B. menurutku semua negara punya karakteristik unik yang harus dipertimbangkan.
kali ini liputan kampanye masih seperti kemarin-kemarin. belum juga ada perkembangan. kebohongan, kata-kata berbunga, harapan-harapan yang lebih mendekati mimpi; berhamburan.
politik uang terus terjadi. bentrokan antar pendukung juga masih ada. kiai turun jadi jurkam melupakan fatwa-fatwanya terdahulu, lalu berbohong. Pendeta berkotbah di depan masa mengumbar janji, pemimpin adat menyokong pembayar tertinggi. Jurkam Parpol menghalalkan segala janji demi meraih simpati massa.
arak-arakan sah-sah saja. pemimpin parpol memeras perusahaan besar demi dana kampanye mereka.
rasanya kampanye kita tak maju-maju. slogan yang dipakai masih sama, tokoh yang maju belum berubah. rasanya tak ada perkembangan sama sekali. politisi busuk masih eksis, politisi licik masih berkuasa. reformasi jadi terasa sebatas kata-kata.
kalau dibilang itu karena masyarakat kita bodoh, aku pikir tidak juga. mereka cukup pintar untuk mendapat uang mudah dari partai-partai yang masih memakai paradigma lama. politik uang, istilah kerennya. (ini lumayan menyenangkan, melihat masyarakat miskin yang biasanya diperas orang-orang 'gedean' ganti mengakali mereka - paling tidak dari sudut materi) mereka cukup pintar untuk tahu, tipuan uang itu hanya berjalan selama pemilu; dan pilihan mereka tetap sesuai perasaan hati. bullshit kalau ada yang protes bahwa peserta pemilu bayaran itu mengajarkan budaya pemilu yang salah dalam masyarakat kita. pemilu kita memang salah kaprah dari dulu. sebuah proses perubahannya memang pelan-pelan, dan kalau masyarakat bisa mendapat tambahan gizi sambil bersenang-senang berpawai kataku, biarkan saja!
kalau mau dirubah, potensi budaya masyarakat kita menunjukan, budaya harus diubah dari atas. selama petinggi kita masih memiliki budaya berbohong dan memaksakan kehendak, percuma meminta masyarakat tidak menerima suap. apalagi kalau perut mereka lapar.
No comments:
Post a Comment