05 August 2010

Ngopul ngobreng

Warung kopi memang tempat yang tepat untuk bersantai. Warkop, itu istilah yang leih populer sejak trio Dono, Kasino, Indro mengangkat sebutan itu menjadi nama kelompok lawak mereka yang memang lucu.
Buat orang dengan jajan pas-pasan seperti saya, nongkrong di warkop tentunya lebih nyaman daripada kongkow di lobi hotel berbintang. Harga kopi di hotel berbintang bisa puluhan kali lipat daripada kopi di warkop. Toh, intinya sama saja, nongkrong sambil ngobrol kesana kemari. Yah, dasar Homo Homini Socius...

Nongkrong di Warkop jadi semacam kegiatan religius buat saya, karena dengan cara itu saya bisa mendengarkan banyak orang dari berbagai kelompok menuangkan pikirannya. Ada yang terbuka-kasar, ada juga yang malu-malu. Ada orang tua, muda,miskin, sangat miskin, sampai kelompok minoritas macam punk atau waria. Banyak masalah, ide, masukkan, dan kritik sosial disini yang selalu membuat saya merasa kurang baik sebagai manusia. Ah...kalau saja para ’penggede’ itu mau juga nongkrong di warung kopi pasti masalah negeri ini lebih jelas buat mereka. Para manusia warung kopi sangat kreatif melihat masalah dari sudut mereka masing-masing. Saya selalu menganggap waktu luang yang saya gunakan nongkrong di warkop sebagai waktu pengayaan diri.
Ironisnya, saya tidak terlalu suka kopi.

Hari ini warkop langganan saya ramai, padahal hari sudah beranjak larut. Jam 22.00.
Rupanya sedang ada dialog seru diantara para pengunjung. Kelihatannya masalah tabung gas yang berubah menjadi bom bakar menjadi primadona pembicaraan. Semua sibuk berdebat, semua merasa lebih tahudari yang lain. Masing masing mengutip perkataan ahli yang entah dibaca dikoran mana.

Saya jadi ingat, banyak juga teman saya yang seperti mereka. Sibuk ikut sibuk mengkritik DPR, dan aktif berdiskusi di ruang publik tentang cara menghukum para wakil rakyat yang gemar membolos itu. Ada lagi yang memilih nulis banyak di thread diskusi online tentang Luna Maya, Cut Tari dan Ariel. Sekedar mencurahkan ide, kekesalan atau Cuma nggak mau kelewat download video ariel yang terbaru. Benar-benar heboh. Belum lagi obrolan baru di BB messenger tentang berbagai peristiwa yang dianggap penting; mulai dari tawuran di Kuningan antara kelompok beringas yang mengaku beragama benar dan kelompok yang dituduh sebagai ajaran sesat, sampai debat kusir apakah Krisdayanti yang menghianati Anang, atau Raul Lemos yang menghianati istrinya...
Semua merasa penting menyampaikan solusi versi mereka pribadi, atau sekedar mengungkapkan pendapatnya...
Kita benar-benar senang mengurusi masalah orang lain.

Lucunya, sebagian besar orang yang kita urusi itu tidak kita kenal secara langsung. Dengan fasih mereka memaki-maki anggota DPR atau malah membuat alibi buat mereka, tapi boro-boro kenal, masuk gedung DPR saja tidak pernah. Kebanyakan orang cuma tahu masalah lewat media dan berdebat atas landasan pengetahuan itu. Mereka, seperti sebagian besar orang, menganggap apapun di Media pasti benar dan kemudian membentuk gambaran mereka terhadap lingkungan dan dunia berdasarkan gambaran yang mereka tangkap dari media itu.
Pseudo Environtment istilahnya.

Media memang mengerikan ya...
Bukan cuma bisa membentuk kebiasaan dan habit, media ternyata bisa membuat seseorang merasa bahagia atau sedih hidup di dunia. Keseringan membaca koran, apalagi meonoton televisi bisa membuat pemirsa merasa tertekan, lantaran berita-berita di televisi atau koran saat sekarang masih menganut pameo news jaman kuda gigit besi; ”Bad News is Good News”. Perang, kesengsaraan, kericuhan, penipuan, kecurangan, korupsi semua muncul sebagai sajian utama berita di media massa.

Saya hanya mendengarkan mereka bicara di warung kopi. Menyeruput teh sambil duduk di bangku kayu panjang dan menguping. Percakapan ngalor ngidul muncul, mulai memaki-maki DPR yang tidak sensitif pada kesengsaraan rakyat sampai rencana denominasi mata uang yang kalau benar terjadi akan memungkinkan kita membeli Nissan Serena dengan uang 400 ribu rupiah saja.
Saya jadi benar-benar percaya bahwa warung kopi adalah sumber inspirasi, seperti juga ’warung kopi’ di kantor saya. Di pojok belakang dekat pantri, disana buat saya adalah gudang ide yang sesungguhnya. Sebagai pekerja yang dituntut kreativitasnya, nongkrong ngobrol sambil sekedar menyeruput minuman memang bagaikan men-charge ulang batere kami.
Memang oleh kantor sudah disediakan sekotak ruang nyaman di bagian bawah kantor, dengan pilihan kopi yang beragam dan AC dingin. Cafe Coffee bean sudah built in dengan kantor saya, sayangnya sebagian (besar) dari kami tidak mampu, atau merasa sayang, mengeluarkan uang 25 ribu hanya untuk segelas kopi capucino. Kami-kami pun memilih nongkrong di ’warkop’ pojokan kami itu.

Sayang kemudian muncul banyak sekali peraturan belakangan ini, mulai pemindahan bangku yang nyaman, pelarangan merokok, penjualan camilan yang di stop, membuat pojok pantry itu semakin nggak mirip dengan warung kopi. Mungkin juga peraturan itu untuk mendorong kami pindah kongkow di warung Coffee Bean di lantai bawah, supaya kami kelihatan lebih berkelas dan gaya. Mungkin saja untuk menertibkan kantor yang sudah sangat sempit itu.

Akibat aturan baru itu, pantry pojok alias ’warung kopi’ kami mulai ditinggalkan. Sekarang hanya sedikit orang yang mampir, itupun sebentar saja. Kebanyakan hanya mengambil minuman dan langsung pergi..
Padahal saya merasa ’warung kopi’ itu harus tetap ada, supaya batere saya bisa di charge kapan saja tanpa harus jauh-jauh dari kantor - supaya tetap bisa beraktivitas 24 jam dengan kreatif, seperti tuntutan kantor kami...

Saya pun mulai berlangganan warung kopi di depan kantor. Warung kopi tempat saya nongkrong sekarang ini sebenarnya hanya warung angkringan tenda, bukan warung permanen. Yaahh...semacam warung kopi portable lah...

Disini, hanya dengan uang 6 ribu sebelum di denominasi, sudah cukup untuk ngopi. Saya memilih datang kesini daripada nongkrong di warung ’Coffee’ di lantai bawah kantor. Memang sih, jalannya cukup jauh, tapi lumayan juga buat menghangatkan badan yang dibekukan AC kantor seharian.
Menjelang jam 23.30 saya beranjak naik kembali ke kantor saya. Sudah terbayang dinginnya ruangan kantor, yang membuat mendadak saya mengigil.
Mudah-mudahan masih ada teman-teman diatas yang bisa diajak Ngompul ngobreng; Ngopi sambil ngumpul dan ngobrol bareng.....

No comments:

Post a Comment