Baru saja saya menonton salah satu acara dialog terbaik di Indonesia saat ini; KICK ANDY edisi Peradilan sesat. Kalau menurut teman saya, edisi yang saya tonton adalah siaran ulangan hari sebelumnya, tapi tetap saja menarik untuk saya tonton.
KICK ANDY dimulai dengan kedatangan narasumbernya, Lanjar. Ia adalah seorang bapak yang dituntut dengan pasal kelalaian yang mengakibatkan orang lain kehilangan nyawa. Di awal acara diceritakan kisah yang dramatis; Lanjar, Istri dan anaknya mengalami kecelakaan. Motor mereka menabrak sebuah mobil yang mengerem mendadak. Mereka terpelanting ke jalan. Malang sekali, sang istri tersambar mobil kedua yang lewat dan meninggal dunia. Sebagai korban, Lanjar malah diadili dan sempat dipenjara 35 hari, sementara sang mobil penabrak bahkan tidak diproses. Diduga karena pengendaranya adalah anggota kepolisian.
Dengan simpel dan tajam, Andy Noya mengupas kasus dan menunjukkan bagaimana anehnya kasus ini. Beberapa poin seperti menyudutkan kinerja jaksa dan polisi dalam menegakkan hukum. Penceritaan juga dilakukan oleh pengacara yang membela Lanjar secara Pro Bono (gratisan). Kegiatan pro bono itu diberi penekanan dengan humor Andy Noya bahwa ternyata ada juga pengacara yang baik...
Sang pengacara menganggap tuntutan pada Lanjar sebagai kesalahan, dan ikut menekankan betapa buruk penegakkan hukum di Indonesia. Seolah memperkuat anggapan bahwa peradilan Indonesia identik dengan peradilan sesat.
Saya senang kasus ini diangkat. Menunjukkan kepekaan pembuat KICK ANDY pada disparitas hukum di Indonesia. Saya menunggu-nunggu jawaban Jaksa dan Polisi atas tuduhan yang sangat menohok tersebut... dan saya terus menunggu sampai acara selesai.
Kasus kedua yang diangkat adalah kasus keluarga A Sian (kalau saya tak salah). Keluarga ini dituduh membunuh dan memutilasi tetangganya. Sekali lagi pengacaranya yang menjelaskan peradilan sesat yang mereka alami. Sekali lagi sia-sia saya menunggu verifikasi dengan para penegak hukum lain.
Kali ketiga sumbernya adalah 3 orang korban peradilan sesat lainnya. Mereka dibela langsung oleh tim pengacara OC. Kaligis, tentunya secara gratis. Kali ini saya tidak lagi menunggu konfirmasi dari pihak yang dipojokkan. Apalagi saat kamera menyapu tamu-tamu yang duduk di bagian paling depan. Nyaris semuanya adalah pengacara. Semua jadi masuk akal, bagaimana Andy Noya beberapa kali menyebutkan masalah pro bono. Pengacara pun menjadi narasumber wajib.
Rupanya para pengacara ini sedang ber iklan...
Sah-sah saja sebenarnya, apalagi memang kasusnya menarik. Hanya saja, saya agak heran karena hilangnya proses verifikasi ke pihak yang dipojokkan oleh tayangan ini. Apakah hak jawab sudah tidak penting lagi? Padahal menurut Kovack dan Rosensteil; Journalism essence is a discipline of verification. Setahu saya KICK ANDY adalah sebuah acara jurnalistik (dan salah satu yang terbaik), tapi kenapa tidak melakukan liputan kedua belah pihak, atau paling tidak memberikan hak jawab.
Terus terang, saya kecewa. Sebagai penikmat KICK ANDY, saya merasa sayang karena biasanya acara ini sangat peduli pada azas jurnalisme. Paling tidak azas keseimbangan dan penghargaan pada hak jawab.
Terus terang saya jadi kecewa, tapi mungkin saja saya yang keliru.
Saya hanya tidak mau KICK ANDY jatuh menjadi acara yang sekedar kontroversial.
Saya berdoa agar KICK ANDY tidak melakukan Trial by press tanpa merasa perlu melakukan konfirmasi. Apalagi sampai jatuh ikut melakukan peradilan sesat seperti yang ditunjukkan dalam acaranya...
Semoga KICK ANDY tetap jaya....
No comments:
Post a Comment