11 October 2009

Dongeng dua saudara

Alkisah disebuah negeri antah berantah hiduplah dua perempuan yang sangat dekat tepat tinggalnya. yang satu bernama Nesia dan yang satu bernama Aysia. Mereka sebenarnya masih saudara sepupu, tapi sayangnya kedua saudara ini tidak terlalu baik silaturahminya.

Aysia bekerja sebagai pegawai pemerintahan dan memiliki gaji bulanan yang cukup besar, sementara Nesia adalah seniman dan pekerja serabutan yang mengerjakan apapun untuk hidupnya. Dilihat dari penghasilan, tentu saja Aysia lebih unggul, tapi di lingkungan mereka Nesia lebih terpandang. Nesia selalu lebih dekat dan lebih dipercaya oleh masyarakat sekitar. Sebenarnya tidak heran hal itu terjadi, Nesia seniman berbakat. dia selalu punya hasil karya yang dibutuhkan oleh masyarakat sekitar. Mulai dari kain indah untuk upacara, tari-tarian penghangat suasana sampai resep-resep lezat untuk makan-makan bersama. Setiap ada kegiatan sosial, Nesia selalu menjadi pusat perhatian. karena hal itu Aysia benar-benar kesal pada Nesia.

Sebagai pegawai Aysia memang berlebihan secara materi, tapi tak ada yang bisa dibanggakan dalam hidupnya. Seluruh pekerjaannya adalah milik perusahaan, tak ada yang bisa dibanggakan sebagai karyanya. Sebaliknya Nesia memang kekurangan, tapi kemanapun Aysia pergi dia mendengar Nesia disebut-sebut.
Masakan itu resep dari Nesia... betapa indah interior rumah Nesia.... tarian itu gubahan Nesia... kenapa tidak tanya Nesia.... kain indah ini dari Nesia... dimana-mana Aysia mendengar Nesia dipuji-puji. Nesia seperti ada dimana-mana. hal itu membuat Aysia sangat membenci Nesia. Apalagi dia juga merasa Nesia sangat beruntung, tidak perlu berangkat kerja pagi-pagi, bisa bercengkrama dengan tetangga setiap senja. Rasanya Nesia bebas sementara Aysia, walaupun sudah manajer, merasa segala tindakannya diawasi sang bos. Aysia iri sekali pada Nesia.

Yang tidak dipahami oleh Aysia, sebenarnya Nesia juga iri padanya.
Nesia sadar usianya semakin bertambah, sementara pekerjaannya tak jua memberikan sinar terang padanya. Nesia memang punya banyak ketrampilan dan karya, tapi karyanya hanya membarikan kebanggaan dan bukan masa depan. ia hanya punya uang pada waktu-waktu tertentu, padahal usianya semakin bertambah. Nesia sedikit iri pada Aysia yang lebih muda darinya tapi sudah menjadi manager dan memiliki penghasilan bulanan besar. Nesia tahu Aysia punya masa depan yang cerah.

Rasa iri memang bisa membutakan seperti cinta. Karena rasa irinya, Aysia memutuskan untuk mengakui hasil karya Nesia sebagai miliknya. Aysia pun dengan senyum diwajahnya bertamu kerumah Nesia, berusaha mempelajari segala kreatifitas dan keunggulan Nesia. Sebagai saudara, Nesia menerima dengan pamrih, semoga Aysia mengajaknya makmur bersama. syukur-syukur diajak berbisnis bersama. Sayang Aysia punya maksud berbeda.

Begitu merasa sudah menguasai ilmu dan kreativitas Nesia, Aysia langsung bergerak. Dia menyebarkan pamflet dan membujuk orang-orang untuk percaya, bahwa pembuat karya-karya yang berserak di lingkungan rumahnya adalah Aysia, bukan Nesia. Dengan cerdas, Aysia mengemas karya-karya Nesia dengan bungkus baru dan melabelinya dengan merk Aysia. hak paten juga diurus dengan rajin. dalam beberapa waktu saja, mulai ada yang percaya bahwa Aysia adalah awal penciptaan segala jenis karya dilingkungan mereka.

Kontan Nesia marah. Satu-satunya modal untuk hidupnya dicuri oleh Aysia. Segera saja Nesia menuntut Aysia menyatakan yang sebenarnya. Ditantangnya Aysia membuktikan pada khalayak untuk membuat karya itu didepan umum. Walau Aysia telah belajar mati-matian, tetap saja ia hanya peniru di hadapan sang maestro Nesia. Aysia gagal membuat karya sekualitas Nesia, dan terpaksa mengakui bahwa sebenarnya segala karya itu adalah milik Nesia. Nesia pun puas dan kembali ke kehidupannya yang lamban dan tentram.

Tapi Aysia belum selesai, dalam tujuannya mencari jati diri dan akar tujuan keberadaannya, dia merasa harus memiliki karya yang diakui masyarakat. Ia harus memiliki sebagian karya Nesia. maka terjadilah lagi, kini resep-resep masakan sang Nesia diakuinya lagi. sekali lagi sejarah berulang. Nesia marah dan menuntut pembuktian lagi... Seperti tindakan yang sia-sia, kedua bersaudara itu melupakan keterkaitan mereka dan meneriakan kata-kata makian. Nesia mengatai Aysia sebagai maling, sementara Aysia menghina Nesia sebagai orang bodoh dan miskin.

bagi Nesia karya-karyanya adalah harapan untuk bertahan di masa depan, sedang bagi Aysia karya-karya itu adalah kaitannya, akarnya pada masa lalu dan aktualisasi dirinya. Mereka benar-benar merasa harus bertikai karena masalah pengakuan karya itu.

Sayangnya, dongeng ini belum berakhir, dan dari gejala yang akhir-akhir ini terjadi tampaknya tak akan ada happy ending gaya hollywood di akhir dongeng ini.....

No comments:

Post a Comment