Dengan lancar sang reporter menyampaikan informasi dan kesimpulan yang didapat. diiringi tembakan bertubi-tubi dari DENSUS 88 yang mengepung rumah di Beji, Temanggung itu, sang reporter melaporkan kejadian dengan gagah berani.
dengan berani juga ia memastikan Nurdin M Top ada dirumah itu. Dengan berani ia juga berasumsi orang-orang di rumah itu bersenjata lengkap, walau tak terdengar tembakan balasan dari rumah itu. Reporter itu juga mengabarkan kebodohan Nurdin yang parah sekali. Dikatakan konfirmasi telah dilakukan oleh densus dengan menanyakan langsung pada orang di dalam rumah yang dikepung.. Saat ditanya; Apakah kamu Nurdin atau bukan? suara dari dalam menjawab: Nurdin...
entah kenapa sebuah scene dari film Dono Kasino Indro. Dono bertanya pada maling yang bersembunyi di rumahnya: "itu kucing apa maling?".. terdengar suara jawaban: "kuciinng..."
ha..ha..ha..ha "kamu Nurdin apa kucing?"..."Nurdin" ha..ha..ha
Tapi biar bagaimana, harus ada pujian buat polisi Indonesia..
boleh juga nyanyi seperti mbah surip: enak toh... mantap toh.
hebat memang polisi Indonesia, hanya dalam waktu kurang dari sebulan setelah peledakan Marriot 2, terorisnya sudah bisa digerebek. luar biasa ini, mengingat satu-satunya petunjuk dalam peristiwa itu adalah pelaku pemboman bunuh diri yang sudah berkeping-keping. Seolah-olah polisi sudah memiliki catatan tentang semua teroris yang beroperasi di Indonesia, jadi saat mereka bikin ulah tinggal ciduk saja dari tempat tinggalnya.
hebat memang. Nurdin M Top yang digambarkan sangat licin dan pandai berganti muka sepandai mencari istri muda ternyata persembunyiannya langsung bisa terendus. Teroris Top yang bertahun-tahun dikejar itu bisa digerebek persembunyiannya di sebuah desa antah berantah, kurang dari sebulan setelah berulah lagi di Jakarta. kehebatan polisi bukan itu saja, kelihatannya polisi juga mahir jadi event organizer... lihat saja macam mana hajatan penggerebekan inibisa diliput beberapa TV nasional.
kelihatannya penggerebekan 18 jam untuk menangkap hanya satu orang yang ditugaskan menjaga gudang bom para terroris terlalu lama, tapi mungkin juga dibutuhkan.
supaya kameramen TV sempat membuat liputan dahsyat bak film perang. supaya crew TV sempat mempersiapkan acara live report dari lokasi. para polisi dan DENSUS berseragam gagah, menembakan ratusan peluru yang sebutirnya berharga lebih dari 8000 rupiah. gagah dan garang... hanya untuk meringkus 1 orang teroris.
Reporter TV dari TV satu itu pun tidak mau kalah gaya dengan polisi dan DENSUS. dia ikut sibuk pasang komentar, yang kadang-kadang tidak bisa dipertanggungjawbkan. bahkan ada kata-kata yang menyatakan bahwa dalam siaran langsung seperti itu konfirmasi dan verifikasi tidak perlu dilakukan langsung. Setahu saya journalism is a discipline of verification.. entah bagaimana dengan jurnalisme yang dianut oleh reporter itu..
sayangnya konfirmasinya malah semakin nggak jelas. sang reporter malah tidak menjelaskan dari mana dia mendapat konfirmasi. Padahal dengan berani ia menyatakan di awal acara bahwa di dalam rumah ada 4 orang bersenjata lengkap, dengan senjata laras panjang, laras pendek dan bahkan granat. Ternyata di akhir drama pengepungan 18 jam (atau lebih) yang terlihat digotong tewas hanya satu orang. Sang reporter juga dengan bombastis menyatakan bahwa sosok jenasah yang dibawa keluar sudah dikonfirmasi 80 adalah Nurdin M Top - sekali lagi tanpa menjelaskan konfirmasinya berasal dari siapa-.
Nurdin M Top? benarkah itu Nurdin? kenapa sampai beberapa hari belum ada pernyataan resmi dari polisi? kalau benar itu Nurdin, berarti ini keberhasilan internasional yang layak disebarluaskan ke seluruh dunia. Kalau itu Nurdin, pasti sudah diumumkan polisi. tapimenurut saya, kalau itu Nurdin yang tewas, sungguh sepi akhir hidupnya yang penuh berita.
Aneh....
Nurdin M Top, jaringan teratas dari terorisme Asia tenggara ternyata cuma sendirian di rumah itu. Tanpa pengawalan, tanpa kawan dan pengikut. tidak cocok sama sekali dengan profil persembunyian Nurdin selama ini yang selalu memilih tempat ramai ditengah perkampungan atau komplek perumahan. Nurdin bukan pemurung perakit bom yang akrab dengan senjata berat. Nurdin pandai bergaul (bahkan pandai mencari istri), dan tugasnya mempengaruhi orang untuk membuat dan meledakan diri. dia bakan tidak merakit sendiri bomnya.
kalau profil itu diikuti akan jadi aneh rasanya Nurdin terjebak di rumah itu, dan mati tanpa ditemani. secara logika lebih nalar kalau mengatakan bahwa yang tewas hanya sekedar pesuruh yang diminta menunggui gudang amunisi para teroris. Aneh kalau Nurdin menunggui sendiri bom rakitannya, setelah selama ini selalu menjauh setiap aksi pengeboman dilakukan.
Lebih aneh lagi salah seorang reporter TV swasta yang melakukan siaran langsung, bisa langsung memastikan yang mati adalah NoordinM Top. tanpa ada konfirmasi dari Densus 88 atau pihak berwenang lain.
apapun itu, gaya penampilan sang reporter yang profokatif dan ucapannya yang cenderung kontroversial membuat siaran langsung pengerebekan terasa lebih hidup. suasana terasa tegang dan mencekam (padahal di gambar mereka pun di jarak beberapa meter ada warga duduk-duduk dan menonton penggerebekan). berkat penampilan sensasional para reporternya, show berjalan menarik bagi penonton.
Melihat cara penayangan yang sudah dipersiapkan, saya jadi merasa seperti menonton film perang. terencana dan teratur rapi. bayangkan, pada saat pengepungan dimulai sudah ada 2 televisi lengkap dengan mobil Live. Buat anda yang awam dengan tatacara live, harap mengerti bahwa mobil satelit televisi selalu besar, dengan parabola diatapnya dan di cat warna-warni sesuai logo TV yang bersangkutan. kalau 2 mobil seperti itu muncul, masak teroris super cerdas model Nurdin M Top tidak sadar adanya penyerbuan..
persiapan yang rapi juga membuat saya curiga; jangan-jangan sebenarnya penggerebekan bisa dilakukan beberapa hari sebelumnya, tapi takut bentrok dengan berita kematian Mbah Surip "the phenomenon". ha..ha..ha..ha..
Berita kecelakaan kereta saja nyaris tak tertayangkan televisi karena terlalu sibuk meliput si Mbah yang sudah mangkat.
apapun itu, penggerebekan ini sudah dijadikan komoditas yang baik. show yang mantap. sedikit kebohongan publik seperti di halalkan demi membuat tontonan menarik. mungkin memang seperti inilah trend pemberitaandi masa depan, gabungan antara breaking news dan termehek-mehek.
pendapat pribadi:
saya sungguh kesal dengan tingkah reporter dari TV satu yang terus menyiarkan live insiden ini. kalau dari pihak berwenang sampai beberapa hari belum juga mengkonfirmasi, bagaimana mungkin seorang reporter dalam kondisi konflik, hanya beberapa menit dilapangan bisa mengkonfirmasi bahwa orang dalam rumah yang terkepung adalah Nurdin; orang paling dicari di seluruh Asia. kemudian segera seusai drama sang reporter bisa langsung memastikan - bukan dugaan- yang tertembak mati adalah Nurdin, tanpa ada bukti konfirmasi dari polisi.
disampaikan secara live dan penuh keyakinan, menurut saya itu gegabah dan sombong kelewatan. sang reporter membohongi publik dengan arogansinya yang melupakan azas azas dasar jurnalistik, macam; cek dan re check, akurasi before speed, atau verifikasi ke pihak yang berwenang.
dan ini dilakukan seorang reporter dari TV satu yang mengklaim sebagai TV berita? apa tidak ada teguran dari pimpinannya yang katanya salah satu leading role dalam dunia berita televisi di Indonesia? menipu masyarakat dalam tayangan live report menurut saya bukan jurnalisme, itu cuma berjualan informasi (yang keliru!) dengan cara yang kasar... memalukan menurut saya! (tapi ini menurut saya, entah menurut mereka)
aku terkesan sebagai penonton
aku berduka sebagai jurnalis
aku terkesima sebagai broadcaster
dimana kode etik?
No comments:
Post a Comment