19 November 2006

terlalu lama saya meninggalkan blog saya. selain tak ada kesempatan menulis, sepertinya saya juga kehilangan sensitivitas yang dibutuhkan untuk menulis.

NURANI ATAU PEKERJAAN

beberapa hari lalu seorang rekan kerja saya mengirim SMS, isinya membuat saya berpikir.
"mas, kalau harus memilih mana yang didahulukan, nurani atau pekerjaan?"
pesan itu singkat tapi membuat saya berpikir panjang.

rekan saya itu baru saja menjadi wartawan yang ditugaskan menyelidiki sebuah kasus pemalsuan. mungkin ada yang tidak percaya, tapi di Indonesia ini benar-benar ada wartawan penyelidik. pekerjaannya berbahaya dan membutuhkan kerja keras, keberanian tingkat tinggi dan kesabaran.
rekan saya memang masih baru, tapi dia berusaha keras dan memperoleh kemajuan yang lumayan. Saya kebetulan terpilih menjadi mentornya.

Dia tengah menyelidiki kasus pemalsuan consumer goods di Jawa Barat. setelah berhari-hari mengikuti, melobi dan mencari, akhirnya dia berhasil membujuk sang pelaku pemalsuan untuk mengaku. dia pamit pada saya untuk berangkat untuk menyelesaikan kasusnya, ke luar kota selama 2 hari. di malam hari ketiga, dan saat itu sudah sangat larut, saya menerima pesan singkat itu.

"mas, kalau harus memilih mana yang didahulukan, nurani atau pekerjaan?"

saya jadi ingin tahu, kalau pertanyaan itu ditanyakan pada kalian apa jawabannya? saya sendiri tidak tahu jawabannya. saat menerima pertanyaan itu saya malah berpikir tentang saya sendiri. beberapa kali saya mengalami bentrokan serupa dengan rekan saya itu, yang membuat saya harus menimbang apakah harus mendahulukan profesionalitas atau hati nurani. dulu pertentangan itu seringkali membuat saya bermimpi buruk, bahkan mogok makan berhari-hari (dan itu sulit, karena pada dasarnya saya suka makan). Saat menerima SMS itu, saya baru sadar bahwa pertanyaan itu semakin jarang menghantui pikiran saya. apakah itu berarti saya sudah menemukan keseimbangan atau malah kehilangan salah satunya? kehilangan profesionalitas atau kehilangan nurani buat saya sama-sama menakutkannya.


entah kenapa. sampai saat ini pesan singkat teman saya itu masih menghantui pikiran saya. nurani? atau profesionalitas? bisakah keduanya digabungkan saja? entah kenapa saya terus memikirkan pesan singkat itu...

No comments:

Post a Comment