07 July 2005

BAHAN BAKAR UNTUK HIDUP ATAU HIDUP UNTUK BAHAN BAKAR

Pascal S Bin Saju, Kompas - Krisis BBM belum bisa diatasi pemerintah. Di beberapa provinsi, harga eceran premium dari Rp 11.000 sampai Rp 15.000 per liter. Keadaan ini membuat masyarakat semakin panik dan nekat mengantre berjam-jam untuk mendapatkan premium kendati isi tangki kendaraan mereka masih lebih dari separuh.
Pemandangan lain yang menarik adalah antrean yang mencapai 2,5 kilometer di Kupang, Jambi, dan Bengkulu. Para pengantre baru mendapat kesempatan membeli bensin setelah mengantre sekitar tiga jam.
Di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, krisis bensin memasuki fase meresahkan. Kota sempat lengang beberapa jam, nyaris lumpuh, karena ribuan kendaraan mengantre di delapan stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU), Rabu (6/7). Pengemudi angkutan kota, kendaraan pribadi atau dinas, termasuk ribuan tukang ojek motor memadati seluruh SPBU.Ratusan warga mengantre sejak Selasa pukul 04.00 meski SPBU baru buka pukul 07.00. Antrean tidak pernah surut hingga pukul 17.00.
Beberapa anggota polisi yang bertugas mengawal pengisian BBM di SPBU Oebufu—yang panjang antreannya sekitar 2,5 kilometer dari dua arah—nyaris bentrok dengan para pengecer. Meski petugas melarang pengisian dengan jeriken dan drum, sejumlah pengecer tetap memaksa membeli dengan cara itu sehingga petugas terpaksa bersikap tegas. Dalam kondisi seperti ini, harga bensin di tingkat pengecer mencapai Rp 15.000 per liter, dari Rp 3.000 per liter.

AH
Baru saja saya bersisian dengan sebuah toyota Alphard mewah. Kelihatanya peumpangnya tidak terlalu perduli dengan kekurangan BBM. sama seperti saya, tak perduli karena toh saya tak punya mobil.
AH
baru saja lihat sekelompok "bike to work". para pekerja yang berangkat ke kantor dengan sepeda. Mereka juga tampak tidak risau.
yang aku khawatirkan adalah kenaikan harga barang-barang lain meyusul langkanya bahan bakar fosil itu. apalagi harga yang sudah naik biasanya gengsi untuk turun lagi.

No comments:

Post a Comment